"Keira," panggil sang Duke, Karl menggenggam tangan Keira lembut, sambil tersenyum cerah kepadanya, ia merasa amat senang bisa bertemu dengan Keira, sudah lama, sudah lama rasanya mereka tak bertemu seperti ini.
Keira menoleh melihat siapa bangsawan yang kini tengah menggenggam tangannya, karna setahunya menyentuh tubuh seorang lady tanpa persetujuan sang Lady merupakan tindakan yang tidak sopan, berbeda lagi jika mereka sudah akrab?, tapi siapa ini?, Keira mengerutkan keningnya saat netranya itu menangkap wajah tampan bak malaikat dengan sejuta semburan merah diwajahnya, ia jadi berpikir apa bangsawan yang ada di depannya ini dekat dengan tubuhnya yang ditempatinya kini.
"Rambutnya hitam, mata coklat, siapa ini?,"Pikir Keira dalam hati, alisnya terangkat satu dan mulai berfikir kenapa bangsawan di depannya ini menghampirinya, seingatnya adegan setelah menggoda sang calon putra mahkota itu menemui kaisar, tapi apa ini? Siapa ini? Apa Keira salah ingat? dan lagi rambutnya hitam, oh.. beberapa hari lalu Zea bilang kalau rambut hitam ini adalah simbol dari kerajaan? Kalau begitu berarti bangsawan di depannya ini adalah anggota kekaisaran tapi siapa?.
Karl memandang Keira penuh rindu, entah sejak kapan terakhir kali ia bisa bertemu dengan Keira yang setenang ini, rasanya Karl ingin membagi rindunya itu pada Keira, Karl ingin Keira tahu seberapa rindunya ia selama ini, dan seberapa lamanya ia menantikan saat saat seperti ini, saat saat di mana Keira tak membangkang pada nya.
Keira memandang bangsawan di depannya penuh selidik, ia tak tahu harus melakukan apa, ia juga tak punya informasi bangsawan yang ada di depannya ini, Keira tak tahu ia harus bertingkah seolah tak mengenal bangsawan di depannya, atau malah berlagak tak mengenalnya, ia tak tahu harus bagaimana, kini yang bisa di lakukannya adalah mengatupkan bibirnya rapat rapat, agar alur novel tak berubah secara sengaja maupun tidak.
Karl mengikis jarak yang tersisa di antara mereka, berjalan mendekat dan tanpa sadar lagi lagi Karl tersenyum saat Keira tak berlari menjauh darinya.
"Ada apa Keira?,"Tangan Karl telur mengelus pipi putih nan mulus milik Keira, membelainya lembut sembari terus tersenyum cerah.
Hening.
Keira tak menjawab, Keira menatap penuh selidik wajah bangsawan di depannya, tentunya dahi Keira masih berkerut memikirkan siapa bangsawan yang kini ada di depannya, Karl terkekeh melihat wajah berkerut Keira yang seolah tak mengenalnya.
Karna tak kunjung mendapat jawaban dari Keira, tangan Karl beralih mengusap daun telinga Keira, mengabsen satu persatu sudut telinga Keira, Karl tak pernah menyangka kalau akan ada hari dimana Keira akan setenang ini saat berhadapan dengannya, yah walau ia tak sepenuhnya percaya dengan tindakan Keira yang seolah menerimanya. Karl, ia sama sekali tak bisa dan tak boleh percaya pada Keira sepenuhnya.
"Kamu marah?,"Serunya mencoba berpikir alasan apa Keira mendiaminya, yah walau Karl sudah cukup bersyukur Keira tak kabur darinya, Karl mendekatkan kepalanya pada kepala Keira, dahi mereka saling bertemu dengan jarak minim yang terlihat jelas, Keira tersentak saat bangsawan di depannya itu menekan tengkuk Keira maju, tampaknya bangsawan itu tahu kalau Keira hendak melarikan diri dari situasi ambigu seperti ini.
Sudut bibir Karl tertarik naik, saat otaknya memutar balik kilasan memori antara dirinya dan sang kaisar, sementara Keira terus mencoba menjauhkan dahinya agar tak menyentuh dahi Karl namun nampaknya itu sia sia karna kepalanya sama sekali tak bergerak seincipun, Keira menggigit bibir bawahnya kesal membuat seringaian Karl tercetak jelas diwajahnya.
Seseorang kesatria berjalan memasuki taman, menghampiri kedua bangsawan yang kini seolah tengah menyalurkan rindu mereka, kesatria itu menunduk "Salam kepada Duke Langsker dan Lady Atalenta," Ujar kesatria itu dengan hormat.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Antagonist Is Mine
FantasyKeira Ardelia dan Zea Qirana Aqila dua sahabat yang tak seperti sahabat pada umumnya, mereka berdua terkesan bodo amat terhadap satu sama lain, mau sahabatnya itu sakit, senang, atau dalam bahaya mereka tetap tak akan peduli pada satu sama lain, mer...