⁰⁷ - Perbedaan -

86 4 0
                                    

Zea meremas kepala bingung ia mulai prustasi dengan otaknya yang makin lama makin lemot.

"Lo remes terus juga gak ada gunanya, pake blender biar cepet," Celetuk Keira.

Zea melirik singkat Keira dengan tatapan tajam "Diem deh!,"Peringat Zea sebelum dirinya benar benar meledak, pertemuan dengan kaisar tadi gagal total semuanya tak seperti yang Zea ceritakan pada Keira, semuanya sangattttttt berbeda jauh.

Kini mereka ada di ruang kesehatan, Zea datang kemari setelah Karl pergi meninggalkan ruangan ini, setelah datang dengan tergesa gesa bukannya mengontrol nafasnya agar kembali stabil Zea justru meminta Keira untuk segera menceritakan pertemuan di ruang dekan tadi tanpa terlewat setitik pun, Keira pun menceritakan semua dan Zea mendengarkannya dengan cermat, tapi semakin Zea mendengar cerita Keira, semakin tidak masuk akal ucapan Keira.

Zea meremat rambut kasar, berulang ulang kali ia memukul kepalanya sendiri karena tak kunjung mengingat alur novel di bab ini, seingatnya, seingat Zea alurnya tidak seperti ini, seingatnya di dalam bab ini sama sekali tak di singgung tentang Duke Langsker, tapi ... Kenapa bangsawan satu itu malah ada di bab ini?, sungguh Zea sama sekali tak mau percaya kalau otaknya mulai rusak "Yakin Lo, tadi kaisar bener bener ngomong gitu?,"Seru Zea mencoba membenarkan kapasitas otaknya.

Keira berdecak muak "Lo udah nanya itu sebanyak 30 kali dan gw gak bakal ngerubah jawaban gw sedikitpun," Ucap Keira enteng, memang benar ... sejak tadi Zea terus bertanya seperti itu, Keira jadi berfikir apa Zea tak capek menanyakan pertanyaan yang sama terus menerus, Keira sendiri yang mendengarnya saja merasa muak.

Zea berdecak kesal lagi lagi Zea menatap sinis Keira yang tengah anteng membaca buku di kasur ruang kesehatan "Tinggal jawab 'nggak' apa susahnya anjr,"Cibir Zea sebal.

Keira membalik halaman bukunya ia sama sekali tak berniat menatap Zea barang sedikit pun "Jawaban gw tetep sama," Timpal Keira yang berhasil membuat Zea tak bisa berkata kata.

BRAK.

Zea menggebrak kasur dengan perasaan dongkol, ia membenamkan wajahnya kekasur saking kesalnya, dan saking tak mau mengakui kalau otaknya itu mulai lemot dan tak berguna "MASA' GW HILANG INGATAN SIH ANJR!!! KAN GAK MUNGKIN!!!!!!!!, AGRRRHHHH GIMANA SEHH!!!!!," Monolog Zea dengan jeritan nyaring melengking bagai suara lumba lumba, jika saja Zea tak membenamkan wajahnya suara Zea pasti sudah terdengar jelas sampai luar.

Keira menggeleng kepalanya ringan, ia sudah biasa melihat tingkah konyol Zea yang satu ini, tapi kalau di pikir pikir..., kalau cerita Zea memang keliru maka seharusnya tak akan sekeliru itu, pasti ada yang mereka lewatkan.

"Lo yakin kita masuk novel itu?,"

"Ya iyalah! Ya kali' kagak! Lo mikir deh anjr, nama, tempat, sampai alurnya semua sama, ya kali' kita gak masuk novel!!!!,"Omel Zea dengan sekali tarikan nafas, tak membiarkan Keira memotong ucapannya juga tak membiarkan Keira mencercah dirinya.

𖥔

Setumpuk selimut tebal terkumpul rapi di atas nakas, banyak pelayan berkumpul mengerubungi satu ruangan dengan wajah khawatir dan penuh iba, para pelayan wanita itu terus memperhatikan bangsawan cantik nan mungil yang kini terbaring kritis di ranjangnya.

BRAK.

Pintu terbuka dengan amat kasar menampilkan bangsawan muda dengan wajah pusat pasi, wajah yang di banjiri banyak keringat,wajah pucat yang kapan saja bisa meleleh bagai lilin, bangsawan itu berlari masuk dengan amat khawatir dan prustasi, dengan langkah cepat ia menghampiri ranjang dan membelah lautan manusia, dan seharusnya... Seharusnya penyakit adiknya sudah sembuh, tapi apa ini??!!! kenapa lagi lagi penyakit itu kambuh kembali?.

The Antagonist Is Mine Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang