Duke Langsker, Karl De Nightlanska kini tengah menatap jengkel sekumpulan pasukan miliknya yang tengah berlatih, bukan .. bukan para pasukannya yang membuatnya jengkel tapi ayahnya lah yang membuatnya jengkel.
Kaisar saat ini yaitu kaisar Emiles memerintahnya dengan gulungan perintah berstempel kerajaan dan kuil suci bahwa dirinya harus ikut andil dalam peperangan, mungkin kaisar takut anak sulungnya ini di anggap pemberontak, tapi mau di sebut apapun dirinya, Karl tidak peduli yang di pedulikannya hanyalah Keira, padahal rencana awalnya adalah membawa Keira ke dalam kediaman, begini .. alasan Karl memberitahu tentang para pemberontak pada Marques Atalenta dan bukan langsung ke kaisar adalah karna Karl ingin Marques Atalenta menempatkan Keira di tempat aman yaitu kediaman Karl sendiri dan bukannya terjadi sesuai keinginannya Karl malah di suruh untuk ikut berperang, seperti perintah kaisar kini karl tengah melatih para pasukannya.
Karl menghela nafas ringan, ia mengayunkan pedang kayu miliknya ke belakang, lalu menaruhnya di tempat asal dan berjalan menuju tempat istirahat, karna para pasukannya kini tengah berlari mengelilingi lapangan jadi Karl punya cukup waktu untuk istirahat sebentar.
Ruang istirahat yang nampak sederhana namun terjaga dan elegan, berbagai jenis senjata tersusun rapi di sana mulai dari pisau sampai tombak sekali pun, Karl duduk di salah satu kursi bersama Armon yang dengan lahap memakan cemilan ringan.
Karl meneguk air yang tersedia di meja hingga tandas "Apa yang dia lakukan?,"Tanya Karl.
Armon tersenyum sinis, lagi lagi pertanyaan itu, iya ia muak tapi mau bagaimana lagi ini kan pekerjaannya "Kalau nanya gitu terus sih.., aku khawatir kalau Morgef bisa bisa Risen dari pekerjaannya"sarkas Armon sambil mengusap pipinya yang kini banyak sekali tertempel remah remah makanan ringan.
Kalau di pikir pikir benar juga, Armon yang kadang kala bersama Karl saja sampai muak mendengar pertanyaan itu lalu apa kabar dengan Morgef yang hampir 24 jam bersama Karl.
"Kenapa tak kau saja,"Seru Karl datar yang seketika membuat kegiatan Armon terhenti, Armon tersenyum nyengir lantas menepuk tangan ringan guna menghilangkan sisa remah remah di tangannya "Aku sih mana Sudi,"Seru Armon Tanpa dosa.
Ia masih mencintai uang, maka dari itu Armon harus bekerja dengan orang kaya seperti Duke muda ini.
Armon mengambil gumpalan bolu besar di meja lantas menjejel semuanya ke dalam mulut "Hm.. lady Atalenta tampak normal normal saja, yah walau setengah hari ini dia mengurung diri di dalam kamarnya," Lapor Armon seadanya.
"Mengurung diri?,"
Armon mengangguk membenarkan "Berarti setengah hari ini Keira tak bertemu siapapun?, bahkan temannya sekalipun?"
Armon menyeringai kecil mendengar ucapan konyol sang Duke, sungguh kalau bisa ia ingin tertawa, walau tempo hari ia memata matai Keira dan jelas kalau tempo hari Keira pergi ke ibu kota dengan temannya Armon tak akan pernah percaya orang seperti Keira bisa memiliki teman pasti kemarin itu hanya salah satu korban Keira itulah yang di pikirkan Armon "Memangnya dia punya teman?!,"Sarkas Armon dengan tawa lebar.
Karl tak menjawab, ia memilih bungkam toh lebih bagus kalau Keira tak punya teman, karna sejujurnya teman adalah pengganggu terbesar dalam hidup dan teman adalah orang yang bisa dengan mudah merubah seseorang, seperti dahulu orang yang di sebut 'teman' lah yang membuat hubungan mereka jadi hambar seperti ini.
𖥔
Malam hari, di saat hari mulai gelap dan di saat bintang telah bertabur bersama sang rembulan, di jam jam seperti ini lah waktu untuk makan malam tiba, di sebuah ruangan luas berisikan meja lebar nan panjang , di meja itu terhidang banyak makanan mewah yang cukup agak berlebihan untuk 1 orang bangsawan, sebenarnya makanan makanan itu di siapkan untuk 3 bangsawan tapi karena yang satunya kini tengah sibuk jadinya makanan itu untuk dua orang.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Antagonist Is Mine
FantasyKeira Ardelia dan Zea Qirana Aqila dua sahabat yang tak seperti sahabat pada umumnya, mereka berdua terkesan bodo amat terhadap satu sama lain, mau sahabatnya itu sakit, senang, atau dalam bahaya mereka tetap tak akan peduli pada satu sama lain, mer...