⁰⁰ - Temukan Dia -

402 19 1
                                    

Halaman kediaman yang selalu sepi dan sunyi kini terisi banyak pasukan, yang awalnya ingin membiarkan dan menunggu seseorang kembali, kini ia bergerak sesuai logika karena tak kunjung datang hari dimana seseorang itu kembali.

"Yang mulia semua persiapan sudah siap,"Lapor seorang komandan, ia menunduk menghadap kepada majikannya, dengan wajah penuh kegelisahanm

Pria berperawakan tampan itu diam sejenak sambil melihat puluhan... tidak, bahkan ribuan pasukan yang berada dikediamannya melalui jendela panjang di ruangannya.

"Cari dia,"Perintah pria itu

Ruang gelap dengan sekelebat cahaya tipis, ruangan yang begitu mendominasi sang pemilik, ruangan yang dulu penuh dengan cahaya putih kini terisi dengan berbagai kemalangan.

"Temukan dia dimanapun, mau itu mayatnya atau tulang belulangnya, bawa dia kemari,"Pria itu menatap tajam bawahannya yang menundukkan diri di depannya, tatapan muak, rindu, dan menyesakkan menjadi satu dalam manik matanya dengan kemarahan yang paling berkuasa.

Marah?,siapa yang tidak akan marah di perlakukan dengan sepele seperti itu, benci?, tentu saja ia merasa benci dengan gadis itu, ia pikir kesepakatan itu yang paling tepat, dan tidak merugikan kedua belah pihak, tapi apa apaan ini?! berani beraninya gadis itu membohonginya dan kabur darinya, siapa yang tidak benci dengan itu, setelah banyak berkata manis berani beraninya ia berkhianat.

"Jangan lengah...,"Peringatnya

"Jangan sekali kali tunduk akan posisinya,"

"Tangkap dia sebagai sandra," Tekan pria itu dengan tekat tak mau lagi kehilangan ikan pancingnya, rasa kesepian yang terus menemani beberapa tahun itu kini berubah menjadi hasrat kepemilikan, perasaan obsesi yang datang tanpa diundang dan merusak akal sehatnya walau selama ini sudah sangat ia tekan agar tak bertindak gila, tapi suatu saat untuk pertama kalinya ia tahu keberadaan orang itu, hasrat untuk mengurungnya bagai burung tak bisa di hentikan dan dikendalikan lagi.

Apa ini yang dinamakan cinta?

Yang benar saja?!.

Omong kosong!.

Cinta atau obsesi, siapa yang peduli?.

"Bawa dia pada ku,"Pria itu menyeringai dengan tatapan mata yang terus menelisik benda berharga milik gadis yang sudah dicap sebagai miliknya.Keserakahan, keegoisan,dan hasrat ingin memiliki semuanya terpampang jelas dimatanya.Semua ketidak benarkan itu tumbuh dengan dalih akan nama cinta.

Komandan itu merinding mendengar suara rendah majikannya, ia melirik sekilas pada majikanya itu, sesosok pria tampan yang terlihat sangat kacau, Komandan itu menelan ludahnya dengan susah payah, ini tidak benar, tindakan tuannya itu benar benar tidak bisa di benarkan tapi ... siapa dia mau memprotes?,komandan pasukan itu hanya bisa patuh dengan tekanan menyesakkan yang menguar seolah ingin melahapnya. Tertekan? tentu saja ia tertekan, entah bagaimana nasibnya kalau tak berhasil menangkap orang yang dimaksud tuannya.

"Siap,laksanakan!,"Jawabnya dengan lantang walau hatinya terus gelisah kalau kalau kepalanya terpenggal.

"Bagus,"Ucap Pria itu dengan senyum penuh kemisteriusan.

"Keira Mariabel De Atalenta ...." Ucap pria itu dengan nada amat rendah. Pria itu tersenyum indah dengan berbagai kelicikan yang tersembunyi

"Kini kebebasanmu telah berakhir,"

𖥔

"Keira....,"Panggil pria itu nada seksual

Pria itu menatap lekat wajah gadis yang sudah lama di carinya, akhirnya ia bisa memilikinya. Pria itu memainkan beberapa helai rambut merah indah itu dengan sesekali mengecupnya, lantas ia meraih tangan Keira dan mencium punggung tangannya, Pria itu melirik sekilas wajah tenang Keira.

"Kamu pernah bilang padaku kalau kamu menyukai putra mahkota kan, tapi apa itu benar?,"Selidik Pria itu dengan balik mencium telapak tangan Keira, Keira hanya bisa diam seribu bahasa, naluri alam bawah sadarnya memberi peringatan agar ia tetap diam dan menuruti ucapan pria tidak waras ini dengan sebatas wajarnya tapi logika otaknya terus mencari celah untuk kabur dari genggaman Pria gila satu ini.

Keira agak tersentak saat Karl menjilat telapak tangannya dan menggigit jarinya dengan penuh minat ingin membuat Keira hancur dan menyatu dengan tubuh Karl agar hanya dia yang bisa melihat, mendengar, dan berinteraksi dengan Keira, singkatnya Karl ingin memiliki Keira dan akhirnya itu terwujud.

"Pada akhirnya kamu membuangnya, sama seperti kamu membuangku ..." Ucap Karl dengan senyum liciknya, Karl beralih menangkup kedua pipi Keira, ia menggenggam erat wajah gadis itu, dan kembali tersenyum ringai dengan tatapan mata merendahkan.

"-Setelah menjinakkanku,"

Benar benar menakjubkan Karl sangat menikmati ekspresi heran dan tercengang yang ditampilkan Keira, sangat pintar sekali ia berakting seolah tak tahu apa yang di maksud Karl padahal Keira orang yang paling paham tentang itu.

"Ah... Atau itu cuma kebohonganmu agar kamu bisa lepas dariku,"Ucapnya dengan penuh asumsi, Keira tersentak mendengar itu, bisa bisanya ...

"Benar benar pemikiran yang bodoh.,"Sarkas Karl, ia kembali mencium telapak tangan Keira dengan hasrat yang selama ini di lupakannya.

Hasrat untuk menghancurkan Keira, agar hanya Karl yang bisa melihatnya.

Kamar remang remang yang sudah lama tak berpenghuni, kenangan yang sudah lama kandas di telan kemalangan kini di tempati si pemilik rumah dan gadis bernama Keira, entah apa yang akan dilakukan Karl pada Keira setelah berani menghianatinya.

Mata itu menatap Keira seolah ingin menelannya utuh utuh, kemarahan benar benar terlihat jelas dimatanya dan Keira tahu itu, tapi ... tapi ... Ia bener benar tak paham dengan situasi saat ini, benar benar tak paham, bisa tolong jelaskan secara panjang lebar pada Keira?.


The Antagonist Is Mine Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang