¹¹ - Aneh -

79 5 0
                                    

Dari koridor yang terlihat sepi terdengar suara yang amat ramai, saling sahut menyahut dan semakin menaikkan volume suara, suara suara itu adalah suara nyaring perdebatan antara ayah dan anak satu ini, pertengkaran .. yah .. pertengkaran adalah hal biasa namun bila ada pertengkaran di kediaman ini apa lagi di lakukan oleh pemilik kediaman yang tak lain adalah ayah dan anak itu maka pertengkaran ini patut untuk di curigai.

"Anak kurang ajar!!!!!,"Teriak sang ayah dengan bibir membusa teramat kerasnya.

Sang ayah menatap nyalang anak gadisnya yang kini berdiri di depannya, bukannya takut seperti biasanya anaknya itu justru memasang wajah membangkang juga kesombongan yang tiada tara, sang ayah mengeratkan rahangnya "Hei!,"Panggil sang ayah dengan kasar pada pelayan yang berada tak jauh di belakangnya.

"Ambil kayu pemukul, anak bodoh ini harus di didik,"Desisnya kesal.

Pelayan itu tak menjawab ia menatap prihatin lady yang dilayaninya, pipi gadis itu robek dan memerah berkat tamparan dari tuan yang di dilayaninya, pelayan itu tak mau mengambil kayu pemukul karna kalau ia mengambilnya pasti tuannya akan menyiksa sang lady habis habisan, ia tak mau sang lady menderita akibat ia yang dengan patuh melaksanakan tugas majikannya, tapi anehnya ntah kenapa ia merasa ada yang berbeda dengan lady yang dilayaninya, sang ayah menoleh pada pelayan di belakangnya dengan wajah teramat kesal "HEI!!!! KAU TULI?!! AMBIL KAYU PEMUKUL!!!!,"Teriaknya menggelegar.

Pelayan itu tak kunjung bergeming, ia memegang kedua telapak tangannya yang bergetar takut ... Tidak .. sebenarnya bukan hanya tangannya tapi seluruh tubuhnya kini sudah bergetar ketakutan melihat ekspresi murka tuan yang di layaninya "TAK DENGAR HA!!! MAU DI CAMBUK?!! CEPAT AMBIL KAYU PEMUKUL!!!!,"Perintah sang ayah, ancaman tadi sukses membuat sang pelayan berlari terbirit-birit melaksanakan tugas, sebenarnya ia tak mau mengambil kayu pemukul itu, tapi ia lebih tak mau lagi di cambuk seperti itu, rasanya sakit "Maaf, maaf nona,"Serunya dalam hati merasa bersalah.

Orang yang di sebut nona itu tersenyum konyol, mantap datar pelayan itu yang berlari melaksanakan tugas "Naif," ia berdecih sinis lantas meludah menghina bangsawan berstatus ayahnya ini "Orang tua kolot,"Umpatnya sinis, sang anak segera berbalik, dan memilih pergi, ia berjalan lewat jalan yang berbeda arah dari tempat sang ayah berpijak, sungguh ia tak punya waktu untuk seperti ini. Sedikit, ia sedikit terkejut menerima perlakuan seperti ini ia kira hidupnya akan damai saja sampai ajal menjemput, tapi ternyata tidak, tampaknya tuhan tak ingin ia hidup dengan amat membosankan sampai ajak menjemput, tapi kalau sudah begini ya sudah, yang bisa di lakukannya hanya bersyukur dan membangkang.

"HEI!!! MAU KEMANA KAMU ANAK SIALAN!!! BRENGSK! KEMBALI KAMU,"

"ANAK KURANG AJAR!!!!!,"

𖥔

Pagi pagi sekali, di saat ufuk timur mulai meninggi, dengan pakaian rapi Karl sudah ada di meja makan padahal biasanya bangsawan satu itu tak akan pergi sarapan, ruang makan ini tampak sepi dan tenang, ruang makan yang diisi beberapa pelayan dan asisten Duke juga sang Duke, sang Duke tampak duduk sendirian di salah satu kursi, tampak khusus memakan makanan yang memang bukan seleranya, Karl memotong pinggiran daging serapi mungkin setelah itu ia segera menyantapnya, ia segera meminum air yang ada di sampingnya lantas menyeka bibirnya sebersih mungkin, bukannya menghabiskan makan yang masih biasa terbilang amat banyak bangsawan itu justru mulai menanyakan hal yang sudah menjadi rutinitas "Apa yang dilakukan Keira, dimana dia?,"Tanya Karl beranjak berdiri.

Krit.

Kursi itu berdecit saat sang Duke mulai berdiri, Karl segera berjalan keluar dari ruangan makan di susul oleh asisten nya "Kebetulan tadi tuan Armon mengirim pesan, lady masih saja mengurung diri, lady tak keluar sama sekali sejak kemarin untuk sekedar makan atau apapun lady juga tak memanggil pelayan, jadi kemungkinan lady belum makan dari kemarin, marchioness berusaha membujuk lady Atalenta namun nampaknya usaha itu tak berhasil yang mulia,"Seru Morgef melapor, ia berjalan di belakang tuanya namun masih menyamakan langkah sang tuan agar tak tertinggal.

The Antagonist Is Mine Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang