Akademi Amperty, akademi yang di dirikan berabat abat lalu, tepatnya 2 tahun setelah kekaisaran ini terbentuk.
Amperty adalah tempat terpercaya bagi para penerus keluarga dan pewaris tahta kekaisaran ini untuk belajar, akademi yang benar benar aman dan konsisten, setiap makanan yang masuk ke akademi itu selalu di cek langsung oleh kepala koki agar tak ada mayat yang tergelatak di sana, fasilitas yang sangat terjaga dan keamanan yang tak bisa di ragukan lagi.
Selama berabad abad sejak akademi Amperty di dirikan sama sekali tak ada kekacauan atau masalah yang membuat nama akademi itu tercoreng, tapi pada akhirnya nyawa putri satu satunya Marques Atalenta, keluarga bersejarah yang pernah ikut andil dalam membangun kekaisaran ini terancam, tentu saja sang marquess tak akan melepaskan masalah ini begitu saja, begitu juga sang kaisar.
Penyelidikan langsung di gerakkan setelah berita tentang pingsannya Keira terdengar, titah sang kaisar untuk menyelidiki masalah itu langsung turun begitu mendengarnya, dan kata Zea atau Liliona hari ini adalah waktunya sang antagonis untuk bergelayut manja di tangan sang calon putra mahkota, selama seperempat jam tanpa henti Zea menjelaskan bagaimana ucapan dan gerakan yang di lakukan Keira, sang antagonis.
Dan sekarang waktunya Keira untuk terjun langsung kelapangan.
"THEO~!," Jerit Keira mendalami perannya.
Keira berlari masuk kedalam kelas yang sudah terisi oleh para bangsawan muda tanpa sang guru, ia berlari menghampiri Theodore yang sudah bergidik ngeri melihat kedatangannya. Tempat duduk Theodore berada di belakang sampai jendela tempat yang pas untuk memperindah panggung novel yang disiapkan untuknya, Keira segera duduk di samping Theodore dan bergelayut manja di sampingnya.
"Theo~," Panggil Keira dengan manja.
Theodore menyipitkan matanya judes, ia segera menarik lengannya dari pelukan Keira "Sudah saya bilang, jangan memanggil saya dengan nama itu lady Atalenta,kita tak seakrab itu untuk saling memanggil nama,"Ucapnya mengoreksi ucapan Keira.
"Wah... sama persis," Takjub Keira dalam hati.
"Ah... benarkah? Bagaimana kalau kita saling mengakrabkan diri?,"Serunya dengan senyum berseri seri, Keira semakin merapatkan tubuhnya pada Theodore, bahkan Theodore sampai merasakan lekuk tubuh Keira.
"Lady Atalenta, itu bukan kalimat yang bisa dengan mudahnya di ucapkan oleh bangsawan seperti anda,"Tegas Theodore menatap dingin ke depan, sekali lagi dengan kasarnya ia menarik lengannya dari dekapan Keira.
"Gw juga ogah ngomong gitu,"batin Keira dalam hati, ia memutar bola matanya malas tanpa sepengetahuan Theodore, lantas segera mengganti mimik mukanya saat tatapan dingin itu mengarah padanya.
"Bangsawan seperti ku? Oh ya .. sudah berapa kalikan ku bilang tak perlu bicara terlalu formal dengan ku," ujar Keira dengan wajah congak.
Keira tahu betul kalau raga yang di tempatnya ini memiliki latar belakang yang sangat berpengaruh di kekaisaran ini tapi latar belakang Theodore saat ini juga sangat berpengaruh bagi kekaisaran. Keluarga Roosevelt, salah satu keluarga Duke yang ada di kekaisaran, keluarga ini berisi keturunan dari anak kedua kaisar pertama kekaisaran Nightlanska yang tak mendapat hak suksesi akan tahta, lalu keluarga keluarga Duke lain pun tercipta sesuai persetujuan sang kaisar dari waktu ke waktu, dan untuk apa orang dari keluarga yang lebih berpengaruh itu berbicara sangat amat formal padanya.
"Lady Atalenta-,"
"Aih ... padahal aku baru sembuh," potong Keira dengan nada sedramatis mungkin saat melihat wajah Theodore yang siap menelannya hidup hidup, yang di balas dengan erangan pelan oleh Theodore, melihat bahwa Theodore tak akan membalas ucapannya lagi persis seperti yang di ceritakan Zea, Keira segera memeluk lengan Theodore seerat mungkin tak membiarkan ia kabur barang sejengkal pun, persis seperti Keira asli, sang antagonis.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Antagonist Is Mine
FantasiaKeira Ardelia dan Zea Qirana Aqila dua sahabat yang tak seperti sahabat pada umumnya, mereka berdua terkesan bodo amat terhadap satu sama lain, mau sahabatnya itu sakit, senang, atau dalam bahaya mereka tetap tak akan peduli pada satu sama lain, mer...