상처

528 37 0
                                    

"Yujin? Kau sedang apa?"

Jiwoong bertanya pada Yujin yang berbagi kamar hotel dengannya.

Jiwoong baru saja keluar dari kamar mandi setelah membersihkan tubuh, agak bingung karena melihat Yujin berada di sisi tempat tidur bagian Jiwoong alih-alih bagiannya sendiri.

"B-Bukan apa-apa!"

Yujin terlihat panik, tangannya yang menggenggam ponsel Jiwoong melambai cepat seraya kepalanya menggeleng.

"Kenapa ponselku ada di tanganmu?"

"Ha?" Yujin menatap ponsel di tangan kanannya, baru sadar sejak tadi dia mengangkatnya. "Oh! Uh...boleh aku pinjam ponsel Hyung? Itu...aku lupa mengabari Eomma dan bateraiku habis!"

Jiwoong mengangkat bahu cuek.

"Pakai saja."

Yujin berlari kecil ke kasurnya sendiri, mengutak-atik ponsel Jiwoong sementara si empunya ponsel sibuk mengeringkan rambut sebelum mengoles beberapa produk perawatan wajah dengan telaten.

Selesai dengan skincare routine-nya, Jiwoong bersiap tidur.

Namun sebelum tidur biasanya Jiwoong selalu mengecek pesan dari kerabat atau keluarganya. Jadi dia melirik Yujin yang sedang memakai ponselnya.

"Sudah?"

"Eum.... Boleh kupinjam untuk main game?"

"Tidak. Sudah malam. Kau harus tidur."

"Uh..."

Meskipun terlihat enggan, akhirnya Yujin mengembalikan ponsel pada pemiliknya.

Mata Yujin tidak lepas mengikuti bagaimana ponsel itu pindah dari tangannya ke tangan si pemilik.

"Jangan buka X!" seru Yujin begitu Jiwoong membuka menu.

Jiwoong menoleh ke arahnya dengan terkejut, jelas saja, suara Yujin tidak pelan.

"Aku hanya memeriksa pesan di Katalk."

"O-Oh..."

"Kenapa aku tidak boleh membuka X?"

"Ha? Uh...um..."

"Kau sudah lihat ya?"

"L-Lihat apa?"

"Videoku viral, kan? Katanya sikapku buruk karena mengabaikan sunbae yang membungkuk padaku."

Mata Yujin membulat besar.

Ternyata Jiwoong sudah tahu?

Padahal dia dan Gyuvin sudah setengah mati menyusun rencana agar Jiwoong tidak tahu perihal videonya yang viral. Berbohong soal manager yang menyita ponsel sampai mereka tiba di hotel.

Gyuvin yang langsung ribut memaksa semua makan bersama begitu sampai hotel hanya agar mereka punya lebih banyak waktu menjauhkan Jiwoong dari gadget.

Sampai akhirnya Yujin yang memaksa Jiwoong mandi duluan begitu mereka sampai kamar supaya dia bisa mencari cara menyabotase ponsel Jiwoong, sempat ingin uninstall X tapi takut Jiwoong sadar.

Dengan tergesa-gesa Yujin turun dari kasurnya dan naik ke kasur Jiwoong.

"Hyung sudah tahu?" tanya Yujin, raut wajahnya khawatir.

Jiwoong tersenyum kecil.

"Maaf ya. Rasanya aku sudah berusaha sebaik mungkin tapi tetap saja ada hal buruk yang terjadi. Pada akhirnya aku membuat grup ikut dicaci."

PLAK

Gantian Jiwoong menatap Yujin dengan mata bulat besar seraya memegangi lengan kirinya yang panas habis dipukul Yujin keras-keras.

Yujin berkacak pinggang.

"Kenapa minta maaf?! Hyung tidak salah. Orang-orang menilai hanya melihat potongan video singkat. Seharusnya mereka meminta maaf kepada Hyung!!" seru Yujin menggebu-gebu.

Jiwoong terdiam sebentar. Berdeham.

Dia meletakkan ponselnya di kasur, benar-benar fokus pada Yujin.

"Yujinie, dengar. Ini mungkin terdengar tidak adil, tapi kamu tetap perlu belajar sesuatu supaya kamu tidak banyak terluka di masa depan," ujar Jiwoong memulai seraya meletakkan tangannya pada kedua bahu sempit Yujin.

"Tidak peduli seberapa keras usahamu melakukan semuanya dengan baik, pada akhirnya akan selalu ada orang yang tidak menyukaimu. Kamu tidak bisa membuat semua orang berada di pihakmu. Dunia selalu seperti itu."

Keduanya terdiam.

Jiwoong tahu Yujin mungkin terkejut karena kata-katanya terkesan jahat. Namun itu adalah kenyataan.

"Karena itu, dari pada mendengarkan mereka yang tidak berada di pihakku, aku hanya perlu fokus pada mereka yang mendukungku. Itu hanya komentar buruk, tidak perlu terlalu dipikirkan. Semuanya akan berlalu, orang-orang akan melupakan ini dengan cepat."

Jiwoong menyakinkan Yujin dengan senyum rotinya, seolah dia tidak memiliki beban sama sekali.

Yujin juga paham ucapan Jiwoong.

Namun hati kecilnya masih terusik.

"Lalu Hyung?"

"Hmm?"

"Orang-orang itu akan lupa semuanya, kata-kata menyakitkan yang mereka tulis, seolah mereka tidak pernah mengutarakannya. Bagaimana dengan Hyung? Memangnya Hyung bisa lupa begitu saja? Memangnya luka di hati Hyung akan hilang begitu saja? AISH! INI SANGAT TIDAK ADIL, AKU KESAL!"

Saking kesalnya, Yujin sampai tidak sadar menyentak tangan Jiwoong menyingkir dari bahunya.

Dia juga tidak sadar kalau ujung mata kirinya mulai basah.

Jiwoong menghela napas panjang, bibirnya mengerucut.

"Benar. Sangat tidak adil. Mana bisa sakit di hati hilang begitu saja."

Yujin jadi merasa bersalah, bukan cuma soal menyentak tangan Jiwoong--atau memukul lengannya sebelum itu--namun karena dia baru sadar jadi membuat perasaan Jiwoong lebih buruk.

"Meskipun begitu, tidak apa-apa. Sebab dari luka kita bisa belajar menjadi kuat. Bukan karena kita masih berdiri meski berulang kali dijatuhkan, tapi karena tiap luka harusnya membuatmu sadar masih ada orang yang menyayangimu, yang menangis untukmu, memelukmu saat kamu terluka. Seperti Yujin untuk Hyung. Benar, kan?"

Jiwoong membuka tangannya lebar.

Yujin mengambilnya sebagai kode untuk sebuah pelukan.

Tentu saja Yujin memeluk Jiwoong.

Pelukan itu singkat, namun hangat.

Tidak kalah hangat dari senyuman tulus di wajah Jiwoong setelahnya.

Dengan ibu jari Jiwoong menyingkirkan basah di ujung mata Yujin, lalu mencubiti pipi yang muda.

"Oguuu~ jangan menangis lagi. Hyung lebih kuat daripada Ironman karena Hyung punya Yujin."

Tentu saja Yujin merengek.

Pipinya sakit.

Setidaknya hatinya baik dan Jiwoong juga begitu.

CUTS - Jiwoong Centric ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang