"Seperti ini."
Hanbin membantu Jiwoong memegang sumpit dengan benar di antara jari-jari lentiknya.
Itu kali pertama Jiwoong belajar makan menggunakan sumpit.
Dia berhasil menyuap beberapa butir nasi ke mulutnya, sisanya berjatuhan.
"Jalhaesseo."
Meskipun begitu Hanbin tetap memuji usahanya dan tersenyum bangga.
Jiwoong ikut tersenyum senang, setiap hari dia belajar hal baru.
Pertama kali membuka mata, Jiwoong tidak bisa apa-apa.
Namun sekarang Jiwoong telah pandai berbicara dan melakukan banyak hal.
"Hao!"
Mata Jiwoong berbinar kala meneriakan nama orang yang baru saja datang bergabung dengan mereka.
Hao meletakkan set makan siangnya di meja, duduk tepat di sebelah Hanbin.
"Hao, lihat! Bisa pakai sumpit!" pamer Jiwoong, butiran nasi di sudut bibir.
Hao hanya tersenyum tipis.
Jiwoong mengernyit heran.
"Hao sakit?" tanya Jiwoong. Tangannya terulur hendak menyentuh tangan Hao namun tanpa diduga Hao menepisnya.
Mata Jiwoong membola.
Hao menggigit bibir, ada perasaan tidak suka melihat wajah polos Jiwoong.
Karena wajah itu, Hao jadi merasa bersalah berlaku kasar.
"Mianhae," ujar Hao.
"Hyung, waeire?" tanya Hanbin, tidak menyukai sikap Hao.
Tiba-tiba saja Hao merasa kesal.
Hanbin seharusnya tahu apa masalah yang terjadi di antara mereka.
Hanbin seharusnya tidak bertanya.
"Hanbin-ah, geumanhaja."
Hao menatap Hanbin serius.
"Dia bukan Kim Ji Woong. Tidak peduli seberapa keras usahamu membuatnya terlihat seperti Kim Ji Woong, dia cuma salinan yang tidak sempurna."
Hanbin membuang muka, tidak lagi menatap Hao.
Tangannya terkepal erat.
"Dia Kim Ji Woong. DNA Jiwoong Hyung ada dalam dirinya," ujar Hanbin seraya menatap Jiwoong yang balik menatap ke arahnya dengan polos.
Hao menggeleng, mencengkeram bahu Hanbin. "Hanbin....Jiwoong Hyung sudah mati."
Hanbin menepis tangan yang berada di bahunya. "Dan kita membuatnya lahir kembali."
"Buka matamu!" Hao menggebrak meja.
Dia bangkit berdiri, menunjuk-nunjuk Jiwoong dengan jarinya.
"Kau mengajarinya semua hal satu per satu, menjadikannya seperti apa yang kau mau. Lalu apa? Apa dengan begitu dia akan menjadi Jiwoong Hyung? Apa bedanya dia dengan robot yang kau program sesuka hati?! Palsu!!"
Hanbin ikut geram, lantas berdiri dan mendorong Hao hingga nyaris jatuh.
"Dia bukan robot!! Dia manusia, sama seperti kita. Dia punya perasaan."
"Jangan bertengkar..."
Suara Jiwoong terdengar lirih di antara teriakan dua orang lainnya.
"Hyung..." Hanbin menatap Jiwoong penuh rasa bersalah, kemudian dia menghampirinya dan memeluknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
CUTS - Jiwoong Centric ✅
FanficKarena sering dapet ide cerita tapi jarang bisa merealisasikannya dari awal sampai tuntas maka lahirlah buku ini. Sesuai judul isinya bisa jadi cuma potongan cerita, bukan complete story. Kalau minat dan semangat muncul baru kubuat full story-nya...