"Ulangi lagi."
Entah sudah berapa kali Jiwoong harus mengulang rekaman vokal bagiannya.
Frustasi? Sudah tentu. Mungkin karena itu juga hasilnya bukan semakin bagus malah semakin tidak memuaskan.
"Tsk. Keluar!"
Raut wajah produser mereka tampak sangat kesal, Jiwoong meninggalkan ruang rekaman dengan kepala tertunduk.
"Kamu masih ingin comeback? Serius! Kamu pikir dengan suara seperti itu lagu kalian pantas dirilis?!"
"Joesonghamnida."
"Untuk apa minta maaf? Tsk. Lakukan sesuatu dengan suaramu, aku akan kembali dalam 10 menit dan aku mau hasil yang sempurna! Paham?"
Produser meninggalkan studio sambil membanting pintu.
Hanbin mendekati Jiwoong. "Di mana masalahnya Hyung? Mungkin aku--"
"Kau mengejekku?"
Jiwoong menatap Hanbin sengit.
Itu pertama kalinya.
Semua orang mendadak bisu, terkejut dan sedikit takut karena sorot mata Jiwoong jadi sangat menyeramkan.
"Hyung, aku sama sekali tidak berniat begitu, aku hanya ingin membantu."
"Hh! Jangan bohong. Di dalam hati kau juga menggerutu karena aku terus mengacaukan semuanya kan?"
"Hyung. Cukup. Hanbin hanya ingin membantu, Hyung tidak perlu kasar padanya. Jangan melampiaskan kekesalanmu pada orang lain."
Tiba-tiba Hao ikut memanas karena membela Hanbin.
"Kau juga sama saja. Kalian berdua melakukan semua dengan baik, produser memuji kalian. Mana bisa kalian paham posisiku?"
"Kenapa malah bertengkar..." lirih Ricky.
Hanbin akhirnya menyeret Hao ke sofa di sudut studio sementara Taerae dan Gunwook menyeret Jiwoong masuk kembali ke dalam ruang rekaman.
Meskipun tidak bisa mendengar apa yang Taerae, Gunwook dan Jiwoong ucapkan di dalam sana, Yujin masih bisa melihat ekspresi wajah mereka dengan jelas karena ruang rekaman memang di desain untuk dipantau, pembatasnya terbuat dari kaca.
Ketiganya tampak bersitegang.
"Aku tidak mengerti kenapa dia harus marah, kamu hanya bersikap baik padanya. Dia seharusnya berterima kasih!"
Suara tinggi Hao membuat Yujin berjengit.
"Jiwoon-Hyung hanya sedang tertekan," ujar Matthew.
"Maksudmu dia boleh berkata kasar pada Hanbin karena dia sedang tertekan?" Hao menyalak.
"Eiii, apa kalian juga akan bertengkar? Kasihan Yujin, dia ketakutan," keluh Gyuvin.
Hao melirik Yujin kemudian beranjak dari sofa dan meninggalkan ruangan disusul Hanbin.
Yujin menatap pintu yang tertutup dan ruang rekaman bergantian. Di dalam sana Jiwoong masih tampak kesal, dia lalu membuka pintu dengan kasar.
"Hyung--"
BRAK
Yujin berjengit.
Jiwoong bukan hanya mengabaikannya tapi juga membanting pintu di depan wajahnya.
Rasanya seperti melihat orang lain dan bukan Jiwoong.
Yujin benar-benar ingin menangis.
"Aish. Mereka semua keluar, bagaimana jika mereka bertengkar lagi di luar?" ujar Taerae.
![](https://img.wattpad.com/cover/353668041-288-k792992.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
CUTS - Jiwoong Centric ✅
Fiksi PenggemarKarena sering dapet ide cerita tapi jarang bisa merealisasikannya dari awal sampai tuntas maka lahirlah buku ini. Sesuai judul isinya bisa jadi cuma potongan cerita, bukan complete story. Kalau minat dan semangat muncul baru kubuat full story-nya...