Warning: Panjang banget! Baca pelan-pelan aja sambil diresapi(?)
👩👦
Cling
Suara lonceng yang bergoyang kala pintu didorong berbunyi nyaring.
Seorang wanita paruh baya dengan senyum hangat menyambut pelanggannya dari balik meja kasir.
"Selamat datang. Mau pesan apa?" ujarnya ramah.
Pemuda yang baru saja memasuki cafénya tidak langsung menjawab, namun tampak tertegun lama menatap wanita di depannya.
"Apa... Anda Lee Ji Na?"
"Eh?"
Itu memang namanya. Namun dia tidak mengenakan tanda pengenal apapun di pakaiannya, jadi bagaimana pemuda itu tahu namanya?
"Saya Kim Ji Woong."
Deg
Ahh...
Tentu saja.
Dia tahu ada kemungkinan hari seperti ini akan tiba--hari di mana seseorang bernama Kim Ji Woong mencarinya. Itu bukan berarti dia siap.
"Bukan! Saya bukan Lee Ji Na."
Jiwoong tahu dia bohong--dari suara dan raut wajahnya yang panik.
Cling
Suara lonceng kembali terdengar.
"Mama!"
Seorang anak laki-laki dengan seragam SD berlari masuk dan menghampiri Jina, memeluknya.
"Ma, Papa bilang ayam sama telur yang lahir duluan ayam--emang iya?"
Seorang pria yang tampak membawa tas kecil sang anak menyusul di belakang. "Yujin, Mama lagi sibuk. Nanti tanya lagi ya? Yuk, kita ganti baju dulu."
Jina menggendong Yujin buru-buru. "Biar aku aja, Mas tolong layanin."
"Oh? Oke."
Meski sedikit bingung, karena biasanya dia yang kedapatan tugas membantu Yujin bersih-bersih sepulang sekolah, sang ayah tetap melakukan seperti apa yang istrinya minta.
Pandangan Jiwoong mengikuti ke mana ibu dan anak itu pergi. Bocah yang dipanggil Yujin tampak sangat bahagia dalam gendongan ibunya, senyumnya begitu lebar.
"Kak? Jadi pesan?"
Entah sudah berapa kali Jiwoong diberi pertanyaan sama, dia tidak dengar.
Begitu sadar dirinya sedang ditatap dan ditanya, Jiwoong membungkuk sopan terburu-buru.
"Maaf," ujarnya sebelum berbalik pergi tanpa memesan apapun.
Suami Jina hanya menantap kepergian Jiwoong dengan bingung.
Tidak lama hujan turun. Lalu laki-laki berseragam SMA berlari masuk ke café dalam keadaan basah kuyup.
"Ya ampun, Gyuvin! Kenapa ngga pake payung?"
"Ketinggalan, Pa."
"Ya udah ganti baju sana buruan! Itu lantai sampai becek gara-gara kamu."
"Nanti aku pel!" seru Gyuvin seraya berlari menaiki tangga menuju kamarnya di lantai tiga café.
Gyuvin tidak bohong kok. Segera setelah membersihkan badan dan ganti baju, dia buru-buru turun lagi ke bawah tapi ternyata lantainya sudah dipel.
"Nungguin kamu mah keburu ada yang kepeleset, Vin." Kata Jina yang barusan mengepel lantai becek karena Gyuvin.
KAMU SEDANG MEMBACA
CUTS - Jiwoong Centric ✅
Fiksi PenggemarKarena sering dapet ide cerita tapi jarang bisa merealisasikannya dari awal sampai tuntas maka lahirlah buku ini. Sesuai judul isinya bisa jadi cuma potongan cerita, bukan complete story. Kalau minat dan semangat muncul baru kubuat full story-nya...