"Kau...dipukuli ayahmu?"
Jiwoong mengangkat bahu. "Um.... tidak selalu. Hanya jika aku mendapat juara 2 atau lebih buruk."
"Kau serius? Padahal juara 2 juga sudah sangat bagus, kan. Tsk, aku bahkan belum pernah masuk 3 besar."
"Itu karena bagus saja tidak cukup bagi ayah, aku harus sempurna."
"Waa...kalau aku jadi kau, kurasa aku akan mati sesak."
Jiwoong tertawa kecil, tapi itu bukan tawa yang terdengar bahagia, pahit.
"Benar. Pada akhirnya itu hanya akan membuat aku mati sesak."
Ricky tiba-tiba merasa hatinya tercubit, padahal anak di sebelahnya tampak sangat ceria tapi ternyata dia menjalani hidup yang tidak mudah.
"Kau baik-baik saja? Uh...kalau ingin menangis, aku akan pura-pura tidak melihat apapun."
Jiwoong menoleh, matanya bulat besar menatap Ricky sambil berkedip polos. Tidak tampak genangan air mata barang sedikitpun.
"Tapi aku tidak ingin menangis."
"Uh...oke. Baguslah."
Jiwoong menepuk tangannya sekali.
"Lanjut! Selain suka menggambar dan memasak, aku juga suka menyanyi! Sebenarnya aku ingin jadi idol."
"Oohh...tidak buruk, setidaknya wajah tampanmu itu sudah jadi modal."
"Eh? Jadi kamu mengakui kalau aku tampan?"
Ricky berdeham. "Lanjut!"
"Percaya atau tidak, aku hampir jadi trainee di perusahaan besar."
"Hampir?"
"Eum. Sayangnya ayahku tahu, tentu saja ayah marah besar."
"Shit, apa ayahmu memukulimu?"
"Bingo! Sssh, aku masih ingat sakitnya. Badanku penuh lebam dan tulangku rasanya akan remuk."
"Separah itu?! Hei, apa kau tidak akan melaporkan ayahmu pada polisi?"
Jiwoong mengangkat bahu. "Buat apa? Semua sudah tidak berguna. Lagipula kalau ayah masuk penjara, bagaimana dengan ibu?"
Ricky menghembuskan napas kecewa, tapi dia paham maksud Jiwoong.
Kalau suaminya masuk penjara, ibu Jiwoong akan menghadapi kesulitan menanggung beban jadi kepala keluarga.
"Lalu? Apa mimpimu jadi idol sudah berakhir?"
"Benar."
"Sayang sekali."
Jiwoong kembali menoleh pada Ricky. "Kamu bagaimana? Tidak mau cerita?"
Ricky terdiam beberapa saat, menimang apa dia harus bercerita. Kalau ditanya, sebenarnya memang ada yang mengganggu kepalanya.
"Sebenarnya....uh, kalau dibandingkan dengan ceritamu mungkin ini tidak seburuk yang kupikirkan," ujar Ricky pada akhirnya.
"Huh? Memangnya siapa bilang kita sedang berlomba untuk cerita hidup terburuk sepanjang masa?"
"Dasar bocah aneh. Dengar baik-baik karena aku tidak akan mengulang!"
"Siap!"
"Uh...ibuku seorang designer yang membuka boutique terkenal. Lalu ayahku, umm ayahku pengusaha. Kurasa mereka menikah bukan didasarkan cinta? Mungkin hanya perjodohan karena bisnis?"
"Kenapa kamu berpikir begitu?"
"Belum lama ini mereka bercerai, ayah kemudian menikah lagi. Dia bahkan tidak menunggu lama. Bukannya itu terlalu jelas? Maksudku, bahkan ketika mereka masih bersama mereka juga selalu terlihat dingin pada satu sama lain."
KAMU SEDANG MEMBACA
CUTS - Jiwoong Centric ✅
FanfictionKarena sering dapet ide cerita tapi jarang bisa merealisasikannya dari awal sampai tuntas maka lahirlah buku ini. Sesuai judul isinya bisa jadi cuma potongan cerita, bukan complete story. Kalau minat dan semangat muncul baru kubuat full story-nya...