12. Dua belas.

41 6 0
                                    

Hosh, hosh, hosh...

Yanti ngos-ngosan berlari berlomba dengan pintu rumah yang hampir terkuak penuh.

Segera ia mendorong dan merapatkan pintu dan menguncinya.

Setelah ia rasa pintu rumah aman, Yanti segera menghampiri ibu mertuanya.

Mereka berdiri sambil berdiam diri mulai gelisah dengan keadaan sekitar yang masih dingin dengan tiupan angin serta hujan yang turun semakin deras.

Cetarrrr!!

Bunyi petir menyambar rumah mereka, mengakibatkan atap seng yang sudah berkarat terbelah. Bukan hanya satu seng saja.
Hampir semua atap itu terbelah dan mengucur lah air hujan membasahi semua ruangan.

Krikik!

Listrik menjadi tidak terkendali. Berkedip kedip seakan korslet dan tiba-tiba menjadi padam.

Yanti dan ibu mertuanya saling memeluk, mereka seakan lupa untuk meminta tolong.

Pikiran mereka begitu kalut dalam kegelapan malam. Kedua badan mereka menjadi basah kuyup kembali dan bergetar hebat karena kedinginan.

Kilat masih menyambar sesekali masuk sampai ke dalam ruangan yang telah kacau balau.

"Mak..." Suara Yanti tertahan Ketika menangkap sosok perempuan berdiri mematung menatap ke arah mereka yang masih berpelukan.

Dalam kegelapan, ia masih menatap sambil memegang ujung baju yang nampak mengembang seperti baju pengantin.

Ibu mertua Yanti terbelalak menatap sosok dalam kegelapan itu. Yanti ikut menatap sosok yang masih tidak bergerak sama sekali di sudut ruangan.

"Siapa itu Mak?"
Suara Yanti bergetar antara kedinginan atau takut.

Kilat masih menyambar dan tampaklah sebuah wajah yang sebagian hangus terbakar.

"Hah?"
Nafas ibu mertua Yanti seakan tercekat.

"Ka... Kamu?" Mata Arisa melotot melihat sosok yang sangat dikenalnya. Sosok yang hanya dalam mimpi bisa dilihatnya.

"Yuni...."
Air mata lolos langsung dari mata Arisa.

Yanti menatap Arisa heran. Ia baru mendengar nama yang disebut ibu mertuanya itu.

Saat Yanti menatap sosok aneh di depan mereka tadi, sosok itu telah hilang.

Atap-atap rumah yang bocor juga telah rapi kembali. Genangan air juga telah raib dalam ruangan.
Yang aneh, hanya tubuh mereka yang masih basah kuyup.

"Huuuu...huuu..huuuu"
Arisa mulai meratap. Tangisnya begitu pilu.

"Siapa itu Yuni mak?"
Tanya Yanti lagi. Ia begitu khawatir dengan tangisan mertuanya yang makin menyayat.

Jangan lupa votment ya, supaya author bisa segera update...

Pamali Kamis MalamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang