6. Enam

58 10 0
                                    

Perasaan was-was mulai muncul dalam hati Yanti.
Ia begitu khawatir hingga makan sambil melamun.

"Nak... makanlah yang banyak, jangan sampai kamu kurus dan Yudi marah padaku.." suara Arisa menyentak Yanti dari lamunannya.

Ia baru sadar, ternyata ayah dan ibu mertuanya sudah selesai makan dari tadi. Terlihat piring mereka berdua sudah tergenang air, tanda mereka telah mencuci tangan setelah menyantap hidangan malam ini.

Yanti dengan cekatan menghabiskan nasi dan lauk yang tersisa di piringnya.

Dengan cekatan ia mengembalikan piring-piring kotor dan wadah nasi ke dapur.

"Istirahat sudah nak... besok kamu mesti temani Jovita lagi. Bagaimana dengan lehernya, apa masih bengkak?" Tanya Arisa.

"Sudah mendingan mama... ya sudah mama, mama istirahat saja, nanti saya yang akan gulung tikar."

Arisa mengangguk pelan sambil tersenyum. Ia sangat bersyukur mendapatkan menantu baik seperti Yanti.

Setelah Arisa menghilang di balik pintu kamar, Yanti mulai membersihkan nasi yang terjatuh ke tikar ketika makan tadi. Dengan cekatan ia mulai menggulung dan mengikat hingga menyandarkannya ke dinding ruang tengah.

Entah mengapa, Yanti enggan untuk masuk kamar tidur. Ia sangat takut jika ia tertidur dan mimpi aneh lagi.

Yanti memutuskan untuk main handphone saja di ruang tengah. Ia mulai menggelar karpet lusuh yang tinggal sepenggal, dan duduk sambil menjelajahi sosial media.

Tiba-tiba,
Low!

Baterai handphone Yanti dayanya tinggal dua persen. Sebentar lagi benda pipih itu akan mati.

Hujan di luar rumah semakin kencang. Angin seakan ingin mengangkat dan melemparkan rumah kayu mertua Yanti.

Cetaaaaarrrrrr!

Petir berbunyi disusul listrik padam. Biasanya pihak PLN akan segera mematikan listrik, takut ada korsleting dan menimbulkan kerusakan pada mesin.

Suasana gelap menyelimuti ruang tengah dan ruangan lainnya. Yanti seakan de Javu dengan kejadian ini.

Jantungnya berdetak kencang. Ia lupa lagi, mencari letak lampu botol itu berada.

Ia teringat dengan handphonenya dan menyalakan layarnya saja. Kalau ia menyalakan flash handphonenya, maka, dayanya pasti langsung mati.

Dalam keremangan ruangan, Yanti merasakan aura dingin dari tiupan angin dan hujan dari luar rumah. Dengan awas, Yanti memperhatikan sekeliling ruangan.

Tiba-tiba, sesuatu bergerak di balik tumpukan baju yang ia cuci tadi pagi.
Keranjang bergoyang-goyang dan tak lama, seprei yang ia cuci tadi semakin lama seakan meninggi perlahan-lahan.

Mata Yanti seakan tak bisa berkedip. Keringat di pelipisnya mulai mengalir, padahal cuaca sangat dingin malam ini.

Seprei itu tidak berhenti bergerak, hingga tingginya hampir sejajar dengan dinding rumah.

Nampak bagian atas seprei seperti bentuk kepala, bahu, badan dan kaki manusia.

Seakan ada seseorang yang bersembunyi di balik seprei itu dalam keadaan berdiri.

Sosok itu kemudian bergerak, mendekat ke arah Yanti.

Yanti semakin gemetar ketakutan, saat di lihatnya, di bagian mulut manusia seprei itu keluar cairan.

Tes, tes,

Cairan itu menetes ke lantai.

"Tto...tto.llong..." suara parau Yanti seakan tercekat karena sosok itu semakin mendekat ke depan wajah Yanti dan ....

"Arrgghhg!"

Jangan lupa votment ya....

Pamali Kamis MalamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang