21. Dua Puluh Satu

28 6 0
                                    

Yanti masih menatap pintu toilet yang terbuka tapi tidak kunjung menampakkan seseorang yang akan masuk.

Hampir dua menit ia mematung ke arah pintu sampai ia disadarkan oleh air keran yang masih mengalir mengenai tangannya.

Yanti segera menutup air keran dan segera keluar dari toilet. Ia sangat takut ada yang iseng menguncinya seperti di felm horor yang pernah ia tonton.

Ketika akan bergabung dengan tamu lain, tiba-tiba dari arah berlawanan seorang gadis yang berpakaian adat merah dan bersanggul mendatangi Yanti dan tersenyum kepadanya.

Mayang.

"Kau datang juga rupanya."
Mayang tersenyum sinis padanya.

"Kamu juga datang?"
Suara Yanti agak kaku.

"Tentu saja. Saya adalah sahabat baik mempelai wanita. Lagi pula, dulu saya ada sempat kerja di sini. Yuni juga..."
Mayang melirik Yanti yang tiba-tiba memandangi Mayang dengan serius.

"Kamarnya ada di gedung itu. Di gedung yang ada toiletnya tadi. Kamarnya tidak pernah dibuka selama ia meninggal."

"Kenapa...?" Yanti seakan tak sadar bertanya.

"Karena semua orang tahu dia masih hidup dan tinggal di sini."

Yanti seketika pucat.
Ia menatap Mayang dengan mata yang membulat. Mayang lalu membisikkan sesuatu ke telinganya.

"Dia akan selalu menuntut orang yang telah menyakitinya."

Seketika Yanti merinding.
Ia menatap Mayang yang berlalu menuju toilet.

Hahahaha

Dari dalam toilet Yanti mendengar tawa Mayang yang seakan tak ingin berhenti.

Ia segera menghampiri Yudi dan mencoba menenangkan diri.

Hingga pesta usai dan mereka telah pulang ke desa, entah mengapa pikiran Yanti menjadi tidak karuan.

Ia pun tidak konsentrasi dalam mengerjakan pekerjaan rumah. Selalu saja melamun tentang hal-hal yang tidak mungkin.

"Apa benar Yuni masih hidup?"
Yanti mengutarakan pertanyaannya hingga Yudi kaget mengapa Yanti tiba-tiba menyebut Yuni lagi.

Yudi yang sedang sibuk merapikan kayu bakar di belakang rumah terdiam.

"Mayang bilang, kamarnya tidak pernah dibuka lagi karena semua orang menganggapnya masih hidup.."
Yanti menatap Yudi.

Yudi menghela nafas panjang dan menatap wajah cantik istrinya yang menatapnya dengan penuh kecurigaan.

"Iya... Kamarnya ditutup karena setiap kali dibersihkan, semua barang-barangnya akan kembali seperti semula."

Jangan lupa vote and coment

Pamali Kamis MalamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang