9. Sembilan

56 7 0
                                    

Jan lupa follow!

Hari telah berlalu, senja di ufuk barat seakan mengantar kepergian sang Surya yang menemani siang yang terang sedari pagi.

Burung-burung terbang ke peraduannya setelah lelah berpetualang di siang hari yang panas. Hanya sekelompok kelelawar baru keluar dari persembunyiannya dan siap menghabiskan malam untuk berburu.

Yanti sudah pulang ke rumah mertuanya dan menyalakan listrik agar rumah reot itu bisa terang benderang dan jauh dari kesan horor.

Dengan perapian di tungku sederhana, Yanti bisa menghangatkan tubuhnya yang sudah diserang angin malam yang masuk dari celah fentilasi jendela yang tidak terlalu tinggi.

Di tungku, air hampir mendidih. Yanti akan menyediakan kopi untuk ayah dan ibu mertuanya jika sampai rumah nanti.

Percakapannya dengan Jovita tadi, seakan tak memuaskan hati Yanti. Seperti ada tabir yang sengaja Jovita rapatkan karena kebanyakan Jovita membelokkan arah pembicaraan.

Yanti menatap samar pulau kuburan yang ada di di kejauhan melalui lubang fentilasi jendela dapur rumah.
Terbayang lagi, wajah ayu, seorang gadis yang dilihatnya malam ketika ia tak sadarkan diri.

Sementara itu...

Yudi tersentak dari tidurnya.
Ia menyugar rambutnya yang basah karena keringat. Ia bahkan tertidur di waktu Magrib seperti ini. Ia langsung takut dengan pamali yang bisa menyerang orang yang tidur di waktu sore seperti ini.

Katanya, jika kelamaan, orang itu tidak akan bangun selamanya.

Mimpi itu terulang lagi.

Seorang gadis dengan rambut panjang.

Tengah menunggunya di atas jembatan kayu.

Ia merentangkan kedua tangannya menikmati hembusan angin laut yang datang dari kebun manggrove di hadapannya.

Seketika ia tersadar.

Orang yang ia tunggu telah sampai.
Ia menoleh.

Lalu tersenyum sangat manis.

Dengan hati yang berbunga ia berlari,  untuk menghampiri.

Tiba-tiba...

Brakk!!

Kakinya terperosok ke dalam papan jembatan yang telah lapuk.

Yudi memijat keningnya.

Kejadian itu, sama persis dialami Yanti. Beberapa waktu lalu.

Pertanda apa ini?

Yudi menggeleng tak Sudi membayangkan hal mengerikan terjadi.

Ia melirik jam weker di atas meja samping tempat tidurnya.
Pukul dua dini hari.

Malam ini mes tempat kerjanya seperti lengang.

Biasanya, di blok kamarnya masih ada beberapa orang yang bangun, bahkan duduk ngobrol sambil minum kopi.

Yudi menelusuri blok kamarnya dan menyeberang ke blok kamar perempuan. Matanya terpaku pada satu kamar yang sudah terkunci selama hampir dua tahun ini, karena penghuninya, tidak akan pernah kembali lagi.

Vote dan coment dulu baru lanjut!

Pamali Kamis MalamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang