Hanbin mendesis, pergelangan tangannya terasa tak nyaman. Ia tertatih berjalan ke arah rumahnya yang letaknya cukup jauh dari pusat bukit Samjinae.
Ia benar-benar kepayahan, peluh membasahi dahinya, bibirnya merintih kesakitan. Ia menyeret kaki kanannya yang semakin lama semakin berat.
Beberapa saat kemudian tubuhnya oleng karena tak kuat menahan panas yang menjalar di pergelangan tangannya namun sebelum itu tubuhnya ditangkap oleh dua lengan kekar.
"Astaga kak, hei kak Hanbin ada apa ini, kakak kenapa"
"Ashh, Gunwookie panas, tanganku panas sekali hiks" mata tajam Gunwook terbelalak melihat sinar merah menyala di tangan itu begitu pula dengan Wonyoung.Mereka tak percaya melihat kejadian itu. Langsung saja Gunwook menggendong tubuh Hanbin dan berjalan cepat untuk kembali dengan Wonyoung berjalan di depan sebagai penunjuk arah.
Sesampainya di rumah Hanbin, Wonyoung bergegas pulang untuk memanggil ibunya. Dan Gunwook pun menyiapkan sebuah handuk serta baskom berisi air dingin untuk mengusap peluh Hanbin yang mengucur deras.
Hanbin tak henti merintih kesakitan dan itu menambah rasa khawatir pada Gunwook.
"Tenang ya kak, sstt aku disini untuk kakak"Bibi Jang segera menghampiri Hanbin begitu ia sampai. Mengecek dengan teliti apa yang terjadi pada Hanbin.
"Sebelumnya apa Hanbin bertemu atau berinteraksi dengan orang lain selain kalian berdua" tanya Bibi Jang.
Gunwook Wonyoung menggeleng berbarengan. Mereka tak paham Hanbin bertemu dengan siapa karena mereka terlalu larut dengan euforia dengan pesta lampion.
Bibi Jang menenangkan Hanbin dengan mengusap keningnya dan dibacakan beberapa mantra sehingga Hanbin dapat tertidur pulas.
"Apa yang terjadi bi, apa kak Hanbin baik-baik saja" tanya Gunwook.
Bibi Jang menghela nafasnya pelan, lalu ia mencium kening Hanbin pelan."Hanbin bertemu dengan matenya"
Gunwook dan Wonyoung tentu saja terkejut, pasalnya Hanbin belum mengetahui gender sekundernya tapi sudah menemukan seorang mate.
.
.
.Zhang Hao membaringkan tubuhnya, dua lengannya menjadikan bantal untuk kepalanya. Jantungnya berdegup cepat setelah insiden tadi. Sedikit merona namun ia kembali mengernyit heran.
"Manis sekali tapi aku hanya bisa mencium aromanya dengan samar apakah dia belum legal ya, mungkinkah, aku saja menemukan gender sekunderku saat usia lima, dia bukan bocah umur lima kan" gumamnya.
Ia menatap langit malam yang berhiaskan cahaya bulan purnama yang terang.
"Apakah mateku seorang late bloomer?"Ia memiringkan kembali tubuhnya ke arah kanan, ia harus memastikannya besok, ia harus bertemu dengan pemuda yang tak sengaja ia temui di festival lampion tadi.
Aroma kue jahe itu masih tertinggal meski samar. Ia segera mengambil ponselnya dan menelfon Ricky.
"Besok datang ke Samjinae, urusan kantor biar Jeongwoo yang mengurusnya"
"Hah kau gila Zhang Hao, kau menelfonku di jam 11 malam hanya untuk menyuruhku besok datang ke Samjinae, Yak kau gi-"
Telfonnya langsung ia matikan, ia tak mau mendengar ocehan Ricky yang begitu berisik di telinganya.
.
.
.Pagi hari Samjinae dilanda hujan cukup deras. Hanbin masih terbaring di tempat tidurnya dengan mata terpejam.
Disisinya ada Wonyoung, Bibi Jang juga Gunwook ditambah dengan paman Park ayah dari Gunwook.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐁𝐘 𝐘𝐎𝐔𝐑 𝐒𝐈𝐃𝐄
FantasySung Hanbin harus merelakan apa yang bukan menjadi bagian dirinya, namun dia adalah sosok istimewa dari sekian manusia. Dan bertemu tiga sosok dominan alpha yang menjadi garis hidupnya. Sayang, kedua orang tuanya merencanakan hal buruk demi keberlan...