#17

522 67 4
                                    

Hanbin sudah sampai di rumah kedua orang tuanya, terlihat bangunan yang megah dan beberapa orang penjaga khas sekali seperti rumah selebritis papan atas.

Ia hampir tak menyangka kalau ia adalah keturunan dari seorang entertainment ternama, Wendy sang penyanyi solo terkenal serta Daehan pebisnis ternama. Saat pintu utama tubuhnya diterjang oleh pelukan yang erat, itu adiknya Sung Yujin. Kalau tak salah kira mungkin saat ini Yujin sudah berumur 15 tahun.

"Aku rindu sekali dengan kakak" pelukan itu kian merekat dan membuat Hanbin terharu, langsung saja ia balas pelukan itu tak kalah erat.
"Huum aku pun juga merindukanmu sangat Yujin-ah".

Hanbin masih tak menyangka Yujin tumbuh dengan baik, dulu saat berpisah Yujin masih ditimang oleh mama, kini bahkan tinggi badan Yujin sudah setara dengannya.

"Hanbin kau bisa menempati kamar dilantai atas, biar bibi Hwan yang mengantarkan, dan kau Yujin segera bersiap guru les mu akan datang" ucap Wendy setelah berlalu pergi.

"Mari tuan saya antar ke kamar anda" ucap seorang wanita paruh baya bernama bibi Hwan.
"Panggil Hanbin saja bi, jangan tuan, rasanya terdengar aneh di telingaku"

Bibi Hwan tersenyum, sedangkan Yujin melengkungkan bibir ke bawah. Sejujurnya ia sangat ingin bolos dari rutinitas les yang membosankan, ia masing ingin melepas rindu dengan kakaknya.

"Dan kau Yujin, segeralah bersiap, jika sudah selesai kita bisa bermain bersama" ucap Hanbin. Yujin mengangguk semangat lalu mengecup pipi Hanbin sekilas.
"Tunggu aku di kamarmu ya kak".

Hanbin sudah tiba dikamarnya, cukup luas bahkan kamar ini lebih luas dari kamarnya di Samjinae, ada jendela besar serta sofa. Disudut ada rak berisi beberapa macam buku serta meja dan kursi, di dinding ada foto dengan ukuran cukup besar dan berbingkai kayu.

Disana ada foto ibunya dengan dress selutut serta ayah dan adiknya dengan tuksedo lengkap, nuansa foto itu hitam dan putih namun ada kebahagiaan terpancar disana.
Hanbin memandangi foto itu dengan terkesima.

Namun beberapa saat kemudian tubuhya terasa sedikit tak nyaman, panas menjalar dari lengan lalu merambat ke sekujur tubuh.
"Astaga aku kenapa akh-"
Tanda bulan di pergelangan Hanbin menyala terang. Ia jadi teringat dengan sosok Zhang Hao yang beberapa saat lalu tak sengaja bertemu.

Ia juga tak sengaja melihat tanda bulan di leher kiri Zhang Hao. Lalu ia meraba dadanya, berdentum sesuai sedikit lebih cepat.
"Aku mate dari Zhang Hao"

.
.
.
.
.

Yujin yang tengah mengerjakan soal dari guru lesnya pun mengernyit bingung, aroma kue jahe merangsek masuk di hidungnya. Dahinya mengernyit heran, setahunya pegawai disini belum membuat kue tapi kenapa aromanya sangat tercium.

"Kenapa Yujin" tanya seorang gadis bernama Gisella Wu atau sering dipanggil oleh Yujin dengan sebutan Kak Gisell.
"Tidak kak, aku sedikit merasa aneh, eum kau mencium aroma kue jahe tidak"

Gisella mengernyit, mencium aroma tubuhnya dan menggeleng pelan.
"Ah mungkin tetanggaku sedang buat kue jahe"

"Ada-ada saja kamu, selesaikan soalnya ya nanti kita bahas materi selanjutnya"

.
.
.
.

Zhang Hao tak berhenti tersenyum, meski ia habis mendapat ceramah panjang dan pedas namun itu tak jadi masalah yang terpenting ia sudah menemukan jejak matenya.
Ricky yang melihatnya pun bergidik ngeri, sebenarnya ia sangat penasaran apa yang sedang Zhang Hao rasakan, namun ia tak ingin mengganggu euforia si enigma.

Namun cukup sudah rasa penasaran yanh ada dikepalanya sudah membumbung tinggi dan tingkah laku Zhang Hao semakin membuatnya ngeri.

"Kau kenapa sih?"
"Kenapa, siapa, aku?" Zhang Hao menampilkan wajah bodohnya.

𝐁𝐘 𝐘𝐎𝐔𝐑 𝐒𝐈𝐃𝐄Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang