Zhang Hao kini tengah berkeliling di sebuah butik terbesar di Seoul. Ia sedang memilah jas dan kemeja untuk memenuhi isi lemarinya. Ia bisa memilih sesuka hati tanpa takut tagihan membengkak karena ini adalah salah satu butik besar milik ibunya.
Disampingnya ada Ricky yang berpakaian tak kalah modis. Baju dan celana dari brand ternama membalut tubuhnya.
Karena hal itu mereka mengundang decakan kagum dari para kaum omega dan beta. Mereka bedua bak model ternama yang tengah fashion show.Zhang Hao tentu saja merasa risih, namun ia akui pesonanya sebagai enigma begitu kuat, apalagi ditambah ia adalah seorang pewaris tunggal keluarga Zhang tentu ia sangat digadang-gadang menjadi mate yang sempurna dan menantu idaman.
Tinggi, tampan, kaya dan otak yang cerdas itu sudah sangat mumpuni dan memenuhi kriteria para mertua.
"Aku akan ka ruangan ibuku, kau mau ikut" tanya Zhang Hao.Ricky melirik ke arah arloji mahalnya, lalu menggeleng pelan.
"Tidak, aku lebih baik menunggumu di cafetaria bawah sambil menikmati segelas americano yang nikmat, daripada harus mendengar kau berdebat dengan ibumu" jawab Ricky."Ck dasar sialan" Zhang Hao berdecak pelan sambil memutar bola matanya malas.
.
.
.
.Hanbin terkantuk-kantuk dalam perjalanannya menuju kota, kedua orang tuanya sibuk masing-masing, bahkan mereka tak mengajak Hanbin mengobrol barang sedetik pun.
Hanbin menjadi murung, ia berpikir seharusnya kedua orang tuanya tak perlu repot menjemput dan membawanya ke kota. Seharusnya mereka membiarkan Hanbin meliar di Samjinae, bila begini siapa yang tak bersedih, raganya ada namun tak terlihat.
Hanbin memandang kaca mobil yang terkena percikan air hujan, ia memandang jalanan yang tengah ia lalui nampak basah dan berair. Sepanjang mata memandang gedung pencakar langit sudah menjadu pemandangannya.
Tak ada lagi hijau-hijau yang memanjakan matanya, berarti kini ia sudah begitu jauh dari Samjinae.
"Aku akan mampir ke salah satu butik nantinya kau bisa turun dan makan sesuatu di cafetaria sana, tapi ingat jangan sekalipun kau membuka mulut bila aku adalah ibumu kau paham kan" ucap Wendy yang diangguki pelan oleh Hanbin.
Daehan hanya melirik ke arah putra sulungnya lalu kembali fokus pada gadget di genggamannya.
Hanbin menggenggam kedua tangannya yang dingin. Permintaannya sudah terkabul, berkumpul kembali namun ia juga sepertinya harus lebih banyak berkorban terutama perasaannya.
.
.
.
.
.Zhang Hao sudah sampai di ruangan ibunya yang terletak di lantai paling atas dan paling ujung. Saat membuka pintu sesuai dugaannya disana ada Jung Hyein dan ibunya, Mama Zhang / Zhang Mei.
Zhang Hao menghela nafasnya pelan, kiranya apa yang ibunya akan lakukan kali ini.
"Ah anakku kau sudah sampai, duduklah, Hyein sudah dari tadi menemaniku" ujar Mama Zhang sambil tersenyum anggun.
Dengan langkah malas, Zhang Hao berjalan ke arah sofa dan mendudukan dirinya.
"Ada apa bu?" Tanya Zhang Hao.
Zhang Mei tersenyum begitu anggun." Aku sudah menyiapkan beberapa kemeja dan jas untukmu, sudah kau cek, kau suka kan?"
"Heum, suka sesuai dengan seleraku" ucap Zhang Hao.
"Jadi begini, Hyein akan pergi ke Inggris beberapa waktu ke depan, sebelum berpisah lebih baik kalian berdua berjalan-jalan menikmati waktu berdua bagaimana?" Usul Mama Zhang.
Tentu saja itu mengundang senyuman kecil yang begitu manis pada Jung Hyein namun tidak untuk Zhang Hao.
Wajahnya datar seperti biasa. Namun kepalanya bertolak belakang dengan kemauan hatinya, akhirnya ia mengangguk pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐁𝐘 𝐘𝐎𝐔𝐑 𝐒𝐈𝐃𝐄
FantasySung Hanbin harus merelakan apa yang bukan menjadi bagian dirinya, namun dia adalah sosok istimewa dari sekian manusia. Dan bertemu tiga sosok dominan alpha yang menjadi garis hidupnya. Sayang, kedua orang tuanya merencanakan hal buruk demi keberlan...