#31

235 23 10
                                    

Wendy Sung menyilangkan satu kakinya dan menumpunya diatas kaki yang lain, tubuh rampingnya ia sandarkan pada sofa mewah berlapis emas. Dress merah menyalanya masih melekat di tubuhnya serta riasan yang nampak sedikit tebal masih menghiasi wajah ayunya.

Dia nampak tenang namun tidak dengan hatinya, beberapa kali ia melirik detikan jam dinding. Suaranya menggema seakan mencekik dalam waktu yang bersamaan.
Ia menghembuskan nafasnya pelan menetralkan detak jantungnya yang kian ribut.

Wendy sedang gelisah, otaknya terus memikirkan kejadian lampau tepat bulan purnama merah, hampir seluruh awak media tak dapat percaya pada tiap kata yang ia lontarkan. Petinggi agensi menyudutkannya, dan beberapa pemegang saham tinggi lepas dari genggaman Daehan suaminya.

Bila ia terus begini maka ia akan mati dalam kubangan kesengsaraan, ia akan jatuh miskin dan kembali menjadi bahan olokan oleh ribuan mulut orang lain.
Ia tak bisa membiarkan, kemewahan yang selama ini ia nikmati lenyap begitu saja dari genggamannya.

Suara sepatu pantofel yang mengetuk lantai marmer terdengar jelas di ruangan tersebut. Itu Daehan, sosok yang terlihat lelah namun masih gagah. Jas hitam jelaga masih menempel pada tubuhnya.
Namun rambut legam itu mencuat tapi masih meninggalkan kesan rapih.

"Jadi bagaimana, apa rencanamu selanjutnya"
Sejujurnya Daehan pun enggan meninggalkan kekayaan yang sudah ia nikmati bertahun-tahun ini dengan kemiskinan yang akan membawanya sampai mati. Oh itu tidak boleh terjadi, ia cinta keluarganya tapi dirinya lebih mencintai uang dan kekuasaan.

"Sudah aku bilang, kau diam saja dan ikuti saja arah jalanku" Wendy bersuara setelah sepersekian menit diam.
"Kau yakin akan kembali ke dewi kegelapan itu"

"Hanya itu yang bisa membantu kita suamiku, aku bahkan rela sekali menukarnya dengan segala hal termasuk darah dagingku" ungkapan kata Wendy membuat Daehan sedikit gamang.

Wajar saja, berkolaborasi dengan dewi kegelapan sama saja kita menyerahkan dunia dan seisinya untuk menjadi tumbalnya. Namun, disaat seperti ini hanyalah itu yang bisa diandalkan.

"Kau tahu, aku tidak mau Yujin terkena imbasnya"
"Yah sangat tahu, lagipula Yujin adalah dominan alpha, dia akan menjadi penerusmu kelak, aku.... akan mengorbankan Hanbin, putra sulung kita"ujar Wendy.

Dewi kegelapan mencintai keindahan dan Wendy akui putra sulungnya adalah hal terindah di muka bumi ini. Sayangnya kehadiran dia yang tidak tepat membuatnya harus menguburkan mimpi di masa muda. Semuanya harus dibayar tuntas, Hanbin harus merasakan apa yang Wendy rasakan dahulu.

Dia tahu dia bukanlah sosok ibu yang baik, karena selama mengandung Hanbin ia melakukan berbagai cara untuk melenyapkan sang jabang bayi. Namun setiap ia lakukan usahanya selalu gagal, seolah dewi bulan tak berkehendak Hanbin mati di tangannya.

Hingga lahir pun tak sedikitpun kasih sayang Wendy sebagai ibu mengucur deras kepada Hanbin kecil, hingga Hanbin tumbuh dan besar dibawah kaki tangan sang pengasuh.
Hanbin kecil tak pernah merasakan apa itu pelukan sang ibu atau ayah, tak pernah diajari tentang dunia dan seisinya.

Malang memang tapi Wendy dan Daehan tidak pernah peduli akan hal itu.
Wendy menyandarkan dirinya pada dekapan Daehan.
"Tenanglah semuanya akan baik-baik saja, begitu bulan paruh tiba aku akan kembali ke tempat itu dan meminta dewi kegelapan untuk menormalkan semuanya"

Andai kedua orang dewasa itu tahu, sosok lain tengah mendengar semua rencana yang akan mereka lakukan.
Dia mengepalkan tangannya begitu kuat.

"Ternyata selama ini aku dibesarkan oleh dua monster"

.
.
.
.

Bulan paruh telah tiba, Wendy beserta beberapa bodyguard menuju hutan Fiore, hutan yang dipenuhi pohon yang menjulang tinggi dan lebat. Siang malam tak nampak karena seluruhnya tertutupi oleh kanopi hutan.

Hutan Fiore adalah hutan yang berada di ujung kota, hutan itu tak terjamah karena banyaknya kejadian janggal yang menimpa. Entah para penikmat alam yang tiba-tiba menghilang, atau seringnya ditemukan potongan tubuh yang tak lengkap, sehingga pemerintah menegaskan dan melarang seluruh warga korea untuk mengunjungi hutan tersebut.

Dan mitosnya Hutan Fiore merupakan tempat tinggal dewi kegelapan, dewi yang sangat bertentangan dengan dewi bulan. Bagi siapa saja yang menyembah dewi kegelapan ia akan hidup makmur namun dengan bayaran yang diluar akal manusia.

Contohnya Wendy, dia sudah mengenal hal gila ini semenjak kakinya melangkah ke dunia entertainment. Ia rela menempuh perjalanan berat demi mencapai apa yang dia mau.

Kini, ia kembali menuju kegelapan, keserakahan yang ia inginkan membutakan nurani yang ia punya.
Kaki ramping itu menjejaki tanah basah dan melewati pohon pohon lapuk.

"N-nyonya apakah anda yakin dengan hal ini" salah satu maid yang ia bawa bersuara.
"Sua, kau meragukanku huh, jika kita berhasil membujuk dewi kegelapan kau juga akan menikmati hasilnya, diam dan ikuti aku"

Kedua bodyguard yang lain saling berpandangan, dalam hati mereka semoga ia tak menjadi santapan lezat untuk sang dewi.
Hutan begitu gelap, bau lumut basah tercium dimana-mana.

Hingga langkah mereka berhenti pada sebuah gua gagah yang berdiri kokoh di tengah hutan. Wendy mengucurkan satu botol berisi darah sapi yang segar didepan mulut gua, sebagai ucapan selamat datang.

"Aku datang kemari meminta pertolonganmu" setelah berkata demikian, lengkingan suara perempuan terdengar begitu jelas dan membuat bodyguard serta Sua gemetar ketakutan.

"Masuklah anakku, sambutanmu aku terima dengan baik"
Wendy tersenyum miring, permohonannya akan berjalan dengaan mulus.

Tibalah mereka pada batu besar yang tegak ditengah gua, disitulah dewi kegelapan bersemayam.
"Aku meminta semua orang kembali percaya padaku, dan suamiku serta kekayaan yang tiada habisnya" Wendy mengucapkan secara gamblang apa yang menjadi keinginannya.

"Permintaan mudah, apa yang kau persembahkan untukku" ujar dewi kegelapan itu.
"Anakku"

Tiga pasang mata disana terbelalak terkejut, anak, seorang nyawa yang masih hidup. Jiwa beta-beta disana gemetar tak percaya apa yang tengah dilakukan oleh majikannya.

"Anak, alpha?"
"Tidak, anakku yang omega, dia dianugerahi mempunyai pasangan 3 alpha, anak terpilih dari dewi bulan"

Lengkingan tawa memekakkan telinga menghujani rungu mereka, semakin menambah suasana mencekam.
"Menarik, dengan begitu aku akan berhasil menguasai dunia dan seisinya, dan kau akan kujaminkan semuanya"

Wendy tersenyum puas. Penderitaan ini akan berakhir tanpa sisa.
"Sekarang pulanglah, biar ketiga beta ini akan menjadi pembuka menu untukku malam ini, cepatlah"

Sua dan kedua bodyguard itu terkejut bukan main, dalam benak mereka bertanya apa yang akan terjadi.
Mereka semua membisu, keringat dingin mengucur deras dari atas hingga bawah.
Majikan mereka memang kejam, tapi mereka tak menyangka kalau ia melakukan ini demi sebuah kekayaan.

Wendy melangkah tegas keluar gedung, sebentar lagi maka semuanya akan selesai dan dia kembali abadi dengan semua kemewahan.

"Tutup mulut kalian, jika hal ini sampai bocor keluar aku pastikan keluarga kalian akan lenyap semua"

Wendy tersenyum miring. Dan segera meninggalkan ketiga pelayan yang masih gemetar ketakutan.

.
.
.
.

Jahat banget mama Wendy :(
Happy reading all, semoga suka dengan chapter ini, maaf untuk segala typo dan kekurangannya ♥️

Good night

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 05 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

𝐁𝐘 𝐘𝐎𝐔𝐑 𝐒𝐈𝐃𝐄Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang