#30 - Zhang Hao

270 36 5
                                    

Zhang Hao menyandarkan tubuhnya pada sofa putih di ruang tengah, disampingnya sudah ada Ricky dengan lembaran kertas yang berserakan.

Hanbin masih tertidur setelah semalaman ia berjaga karena sesuatu hal yang membuatnya enggan menutup mata.

Zhang Hao dengan sabar menemaninya, memeluk serta berbagi cerita menyenangkan seperti dongeng bebek kecil dan induknya atau si gadis berkerudung merah. Semua hal yang ia lakukan semata hanya untuk menenangkan Hanbin.

Dan kini dihadapannya berserakan beberapa lembar foto dan tentu saja membuatnya hampir mengumpat setiap saat.

"Bagaimana, apakah ini cukup membuatmu terkejut" tanya Ricky.
"Kau bercanda, ini diluar akal manusia bagaimana mereka bisa melakukannya"

"Kepopuleran, kekayaan, uang dan segala hal yang gemerlap di dunia ini membutakan kedua bola mata mereka" Ricky menyandarkan kembali tubuhnya. Menatap langit-langit ruang tengah apartemen Hao.

Tangan Zhang Hao meremat selembar foto. Giginya mengerat dan rahangnya mengeras kuat. Hatinya menahan gejolak amarah luar biasa.
"Mereka melakukan ini selama bertahun-tahun dan tetap saja orang tak berdosa akan terkena imbasnya".

"Eum begitulah, kita bisa menggagalkan rencana selanjutnya"
"Jangan gegabah, kita tidak tahu resiko apa yang akan kita hadapi dikemudian hari, tetap tenang aku akan membicarakan ini pada Gyuvin atau Jiwoong nanti"

Ricky mengangguk, melawan hal yang tak kasat mata sama saja mencari mati. Mereka tak menampak namun dampak buruknya amat sangat terasa. Malang sekali nasib orang yang terkena imbasnya.

Yang ia lakukan sekarang hanya tetap bersama tuannya apapun yang terjadi. Walau bagaimanapun juga tuannya sudah menemukan sang benang merah, mau tidak mau tuannya harus terlibat dengan semua hal gila ini.

.
.
.
.

Zhang Hao membawakan sarapan ke dalam kamar miliknya. Hanya seporsi bubur ayam yang masih mengepul dengan segelas teh madu hangat. Cuaca di luar begitu dingin dan makanan ini cocok untuk menambah energi.

Ia menatap gumpalan selimut dengan iba, bahu ringkih itu telah melewati segala hal berat selama ini, maka dari itu Zhang Hao harus berusaha semaksimal mungkin untuk membahagiakan.

Ia menaruh nampan tersebut di atas nakas dekat dengan tempat tidur.
Lalu kakinya melangkah, menyibak tirai besar menutup bentangan kaca, terlihat gumpalan awan mendung yang bearak-arak menyelimuti kota, dengan gerimis tipis namun tetap saja mengantarkan hawa dingin menyentuh kulit.

Ia tersenyum kecil menatap burung pipit kecil yang terbang melewati kaca. Tanpa sadar sosok dibelakangnya mulaj terbangun, meregangkan badannya dan menatap sekitarnya.
Mata bulatnya menjelajah kamar dengan nuansa hitam putih yang hangat.

"Zhang Hao..."

Sang alpha menengok dan memberikan senyuman terbaiknya. Melangkahkan kakinya untuk mendekat.
Duduk disamping sang omega.

"Sudah lebih baik"
Sang omega manis mengangguk pelan, pipinya bersemu entah karena merasa malu atau memang cuaca yang dingin mempengaruhi sensitif kulitnya.

"Mau cuci muka dulu atau langsung sarapan" tanya Zhang Hao.
"Huh" wajah bingung Hanbin membuat Zhang Hao terkekeh.
"Baiklah sepertinya aku harus memberimu waktu untukmu mengumpulkan nyawa"

Hanbin menggaruk tengkuknya tak gatal, perkataan Zhang Hao membuatnya cukup malu, ia merapikan sedikit rambutnya yang mencuat ke segala arah.
"Aku mau cuci muka dulu boleh?"

"Eum tentu saja manis, turunlah"
Butuh waktu beberapa menit untuk menuntaskan segala hal. Dan kini si omega duduk dengan dihadapannya ada meja kecil dan satu set sarapan menggugah selera.

"Maaf kau harus menyiapkan ini semua" ujar Hanbin tak enak hati.
"Tidak masalah, tamu adalah raja, dan kau raja dihatiku aku akan memperlakukanmu dengan sebaik-baiknya, bagaimana yang mulia?"

Hanbin tergelak, jawaban apa itu, justru ia merasa seperti tamu yang tak tahu diri. Ketika ia datang segalanya telah dipersiapkan oleh Zhang Hao sedangkan dirinya hanya membawa diri tanpa membawa perlengkapan apapun.

"Jangan merasa sungkan, atau berat hati, membawa dirimu dalam keadaan baik itu sudah cukup bagiku"
Hanbin membulat, apakah Zhang Hao mendengar apa yang pikirannya katakan.

"Aku mendengar semua isi hati dan pikiranmu binah, jangan mencoba untuk menyembunyikan segalanya dariku" ujar Zhang Hao.

"Ah astaga, kau sungguh-sungguh tahu segalanya" Zhang Hao mengangguk mantap.
Hanbin menutup wajahnya malu.
"Kau mateku bagaimana bisa aku tidak tau apa yang kamu rasakan"

Sekarang semua rahasia yang Hanbin pendam akan ketahuan oleh pemuda Zhang ini.

.
.
.

Berbelanja menjadi satu andalan untuk keduanya menghabiskan waktu. Membeli bahan makanan, baju, handphone, atau menonton film. Keduanya melakukan hal menyenangkan meski cuaca teramat dingin hal ini tak menyurutkan keduanya untuk berjalan bersama.

Beruntung pukul tiga sore gerimis tak lagi turun, dan itu menjadi kesempatan Zhang Hao untuk mengajak Hanbin ke street food dekat denga apartemennya.

Mencicipi aneka makanan dan minuman yang dijajakan dan seperti diperkirakan Hanbin begitu menyukainya.

"Biasanya kalau jajanan seperti ini akan ada di saat festifal bulan di Samjinae" ucap Hanbin.
"Aku pernah mendengar festival itu, kelihatan menyenangkan sayang sekali aku tak punya cukup waktu kesana" jelas Zhang Hao.

"Nanti akan aku ajak kesana hehe"
Mereka berdua menikmati jalanan trotoar dengan tenang. Sambil berpengan tangan dengan salah satu tangan menenteng keresek berisi aneka macam makanan ringan hingga berat.

Mata bulat Hanbin menelusuri lalu lalang kendaraan. Begitu melihat matanya membulat sempurna melihat Yujin yang berjalan tergesa.

"Yujin" teriak Hanbin. Zhang Hao terkejut, Hanbin segera melepas tautan tangan itu dan mengejar Yujin.

Tanpa memperhatikan lalu lalang dan orang-orang sekitar Hanbin berjalan tergesa.
"Yujinah" panggilnya lagi namun Yujin tak mau menengok sama sekali.

Zhang Hao segera mengejar langkah Hanbin. Lalu tanpa sadar Hanbin menyebrang jalan tanpa melihat kanan kiri.
Semua begitu tiba-tiba hingga suara klakson besar membuyarkan semuanya.

"HANBIN"

.
.
.

Zhang Hao segera menarik lengan Hanbin
dan kecelakaan itu dapat terhindarkan.
Membawa tubuh Hanbin dalam dekapan yang begitu erat dan hangat.

Menenangkan jantung yang bertalu cepat, jika Zhang Hao terlambat sedikit saja semuanya akan berakhir.
Dan Hanbin seakan linglung dengan apa yanga barusan ia alami.

"Yujin~" gumamnya.
"Itu bukan Yujin, dia adalah orang lain, Yujin akan segera menengok bila kamu memanggilnya" jelas Zhang Hao.

Hanbin tertegun, dan membenarkan ucapan Zhang Hao. Sebenarnya apa yang sedang ia alami sekarang.
"Kau membuatku takut Bin" feromon hangat Zhang Hao merangsek masuk ke indra penciuman Hanbin.

Lagi dan lagi ia melakukan tindakan yang membuat orang sekitarnya takut.
"Kau harus tenang, bila kau mau bertemu Yujin aku akan mengantarkanmu kerumah okay, jangan seperti tadi".

Kejadian itu membuat orang sekitar menatap keduanya dengan iba. Mereka merasakan ada yang tidak beres dengan salah satu pemuda tadi.
Bagaimana dari jalan saja yang tak memperhatikan sekitarnya.

"Kita pulang dulu, besok aku antarkan kamu ke rumah ya"
Hanbin mengangguk pelan. Zhang Hao mengeratkan pegangan tangannya. Dan mereka berdua berjalan pulang.

.
.
.
Selamat malam, selamat beristirahat semuanya, aku bawa hadiah buat kalian xixi yeay aku bisa double up 🤩🤭

Maafkan untuk penulisan kata yang banyak typo

Masih suka sama cerita absurd ini boleh komen yaa hehe

Rencananya aku akan ganti judul dan cover buat book ini siapa setuju cungg wkwkw

Yaudah segitu dulu ya see u and good night all ❤️❤️

𝐁𝐘 𝐘𝐎𝐔𝐑 𝐒𝐈𝐃𝐄Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang