Setelah perjanjian disepakati oleh Ara dan Shenaa, kedua wanita itu lalu pergi ke tempat hiburan malam milik Madam Davika, Arabela langsung menebus Shenaa saat itu juga walau dia hanya mengatakan kalau Shenaa akan bekerja di tempatnya. Meski berat tapi Madam Davika mengizinkan Shenaa ikut dengan Ara.
"Besok aku akan mengajakmu bertemu dengan Ares", ucap Ara. Saat ini mereka sedang dalam perjalanan kembali ke apartemen.
Shenaa mengerutkan keningnya, "Ares itu siapa?", tanyanya.
"Suamiku", jawab Ara singkat.
Shenaa mengangguk, wanita itu kemudian menatap ke arah luar, dia menurunkan kaca mobil sehingga angin malam langsung berhembus menerpa wajahnya dan membuat rambut panjangnya melayang menutupi wajahnya.
"Tutup lagi kacanya, apa kau tidak dingin?", tanya Ara dengan lembut.
Shenaa lalu menaikan kembali kaca mobil itu, perlahan di merubah posisinya, dia menyandarkan kepalanya di bahu Arabela, Shenaa menutup matanya, dia menikmati aroma lavender yang menguap dari tubuh wanita itu. "Nanti kepala dan pinggangmu akan sakit bila tiduran di posisi seperti ini", ucap Ara lagi.
"Sssttt...biarkan aku seperti ini sebentar saja", jawab Shenaa.
Ara mengalah, dia membiarkan kepala Shenaa bersandar di bahunya, bahkan Ara juga menyandarkan kepalanya di kepala Shenaa, merasakan kepala Ara bersandar di kepalanya membuat Shenaa tersenyum, mereka tetap berada di posisi itu sampai di apartemen.
Setibanya di apartemen Ara membantu membawakan barang-barang milik Shenaa, mulai malam ini Shenaa akan tinggal di apartemen itu.
"Kau tidur disini?", tanya Shenaa.
Ara menatap wanita itu, "aku harus pulang, Daddy, Mommy dan Ares pasti menungguku, kau istrahatlah, besok aku akan menjemputmu", jawab Ara.
Shenaa terlihat sedih dan murung, dia mengira Ara akan menginap disitu malam ini, "pergilah", ucapnya singkat.
Ara menangkap aura kekecewaan dari perkataan itu, dia lalu mendekati Shenaa dan mengangkat dagu wanita itu dengan jari telunjuknya, " heii...besok malam aku akan menginap disini", jawab Ara.
Mata mereka saling bertemu dan mengunci tatapan masing-masing, perlahan tapi pasti Shenaa mendekatkan wajahnya pada Ara tapi wanita itu memalingkan wajahnya, "maafkan aku, tapi bisakah kau memberikan aku waktu?", ucapnya dengan lembut.
Shenaa mengangguk, dia tahu Ara membutuhkan pembiasaan diri untuk ini, "Baiklah, aku akan selalu setia menunggu", jawab Shenaa.
Ara tersenyum mendengar jawaban Shenaa dan senyuman itu membuat Shenaa seperti terkena angin surgawi, dia terdiam sesaat tapi kemudian dia di sadarkan dengan usapan tangan Ara di kepalanya, "aku pulang dulu, sampai jumpa besok", ucap Ara.
Skip...
Saat ini Ara dan Ares sedang sarapan pagi bersama orang tua Ara, keadaan tuan Chankimah sudah mulai membaik, tapi dokter menyarankan tuan Chankimah untuk melakukan pengontrolan rutin.
"Bagaimana sayang?, permintaan daddy waktu di rumah sakit apa kalian sudah memikirkannya", tanya tuan Chankimah.
Ara membersihkan mulutnya dengan tisu, dia menatap daddynya lalu kemudian menatap Ares yang ada di sampingnya, "aku dan Ares sudah membicarakannya dan kami akan segera melaksanakan program anak secepatnya", jawab Ara.
Ares menatap heran istrinya itu, sejak kapan mereka membicarakannya, tapi dia hanya menuruti keinginan Ara tanpa mendebatnya sama sekali.
Ara dan Ares memiliki pekerjaan di perusahaan yang berbeda, tapi mereka sama-sama pemilik perusahaan, itulah kenapa keduanya memang nyaris tidak pernah terlihat bersama.
"Sejak kapan kita membicarakan program anak?", tanya Ares pada Ara, saat ini mereka telah di depan mobil masing-masing.
"Sejak hari ini, oh iya berikan waktumu selama dua jam untuk hari ini, aku ingin mengajakmu bertemu dengan seseorang malam ini", jawab Ara.
Ares menatap heran istrinya itu, "kau ingin berkencan?", tanya Ares lagi.
Arabela membuka kacamatanya, tatapan mata itu kembali menusuk hati Ares, "kau akan tahu setelah kita bertemu nanti malam, aku akan memgabari mu nanti", jawab Ara.
Wanita itu lalu memakai lagi kacamatanya dan berjalan masuk menuju mobilnya, meninggalkan Ares yang tampak heran dengan Arabela.
Skip...
Malamnya Arabela menjemput Shenaa di apartemen, mereka akan pergi ke restoran di sebuah hotel ternama kota Bangkok, Ara menerima pesan dari Ares kalau pria itu sudah di dalam perjalanan menuju ke restoran tersebut.
"Sayang..bisakah kau kemari dan membantu ku?", panggil Shenaa dari dalam kamar.
Ara melihat jam tangannya, sekarang sudah pukul 20.47 dan Shenaa masih belum selesai berganti pakaian, dengan sabar Ara berdiri dan menuju ke kamar menemui Shenaa.
Shenaa sedang berdiri di depan cermin dengan gaun merah tanpa lengan, gaun itu belum tertutup di bagian belakang, wanita itu menatap Ara yang berdiri di depan pintu.
"Bantu aku menaikan resleting gaun ini", ucap Shenaa.
Ara berjalan mendekati Shenaa, dia menatap gaun itu dari bawah sampai atas, "ganti baju ini, kita bukan mau ke pesta kerajaan", jawab Ara dengan santai.
"Memangnya kenapa?, gaun ini formal dan bagus", ucap Shenaa lagi.
Ara hanya menatap Shenaa, tapi dari tatapan itu seolah mengatakan, "aku tidak ingin berdebat", Shenaa langsung memahami maksud tatapan itu, dia lalu melepaskan tangannya yang menahan gaun itu hingga gaun tersebut lepas sampai ke ujung kakinya.
Ara melihat tubuh putih bersih yang hanya berbalutkan bra tanpa tali dan CD berwarna merah, Shenaa berbalik dan mengalungkan tangannya di leher Ara, "pilihkan baju yang cocok untuk acara kita malam ini", ucapnya.
Ara mengerutkan keningnya, dia tersenyum sekilas dan melepaskan tangan Shenaa dari lehernya, "nakal", ucapnya sambil berjalan menuju lemari baju dan memilihkan pakaian untuk Shenaa.
Skip...
Ara dan Shenaa kini telah tiba di restoran, mereka berjalan beriringan tapi sekali lagi aturan nomor dua berlaku, mereka adalah sepasang kekasih jika hanya ada mereka berdua. Kedua wanita itu langsung menuju ke ruang VIP, disana Ares menunggu dengan wajah kesal karena dia sudah berada di tempat itu hampir satu jam lebih.
"Aku sudah hampir lumutan menunggu disini", itulah kalimat sambutan yang Ares ungkapkan pada Ara, dia belum menyadari keberadaan Shenaa dibelakang Ara.
Ara langsung meminta Shenaa berkenalan dengan Ares, "Kenalkan ini Ares suamiku dan Ares ini Shenaa", ucap Ara.
"Siapa wanita ini?", tanya Ares.
"Ini Shenaa, dia adalah surrogate mother untuk ku".
Ares menatap Shenaa dan Ara bergantian, "apa dia orang yang kau bilang akan kau kenalkan padaku?".
"Yah..dia orangnya", jawab Ara.
Ketiga orang itu lalu duduk di meja makan berbentuk bundar tersebut, Ara berada di tengah Ares dan Shenaa. Arabela adalah satu-satunya orang yang tidak canggung dengan situasi sekarang ini.
"Shenaa bersedia mengandung anak kita, setelah daddy dan mommy berangkat ke Jerman bulan depan, kita akan memulai program ini", ucap Ara.
Ares tertawa, dia sangat merasa lucu dengan keadaan ini, "jika kau bisa hamil kenapa harus wanita lain yang melakukannya?", tanya Ares.
Shenaa semakin merasa canggung, dia berada di tengah perbincangan sepasang suami istri itu.
"Ini adalah kesepakatan kita, entah itu dari rahimku atau rahim Shenaa, bayi yang akan lahir nanti tetaplah anak kita berdua, setujui saja kau hanya perlu menyumbangkan sperma mu saja", jawab Ara dengan frontal namun menusuk tersebut.
Tidak ada lagi percakapan setelah itu, baik Ares maupun Shenaa tidak lagi menyambut perkataan Ara, semua sudah jelas tidak ada lagi yang perlu dibantah.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Girl
RomanceAku membutuhkannya sebagai wanita yang akan melahirkan anak ku nanti, tapi dia menginginkan sebuah syarat yang sulit untuk aku penuhi, Shenaa begitu aku memanggilnya, dia mau menjadi ibu pengganti yang akan mengandung anak ku tapi dengan syarat aku...