I think I heard the curtains whispering
your name And the paint has started
running like the tears across
my faceAnd I don’t know if it’s
helping But I don’t think I can
help it Cause there’s a million
things I didn’t get to say
Like how much I love youI miss youI
wish you were hereMaybe if I shout
it Loud enough you’ll appear"
Sebuah lagu dengan judul EMPTY ROOM dari Jamie Miller, terdengar mengalun di dalam mobil sedan putih yang sedang membelah jalanan kota Bangkok, di dalamnya seorang wanita cantik berambut hitam panjang sedang mengendarai mobil itu, sambil sesekali dia bernyanyi mengikuti irama lagu tersebut. Di jari manis tangan kirinya ada sebuah cicin berlian, sepertinya wanita ini sudah menikah.
Dua puluh menit berkendara akhirnya wanita itu tiba di sebuah gedung berlantai sepuluh, sebuah perusahaan besar yang bergerak di bidang properti, perhotelan dan hiburan. Mobil sedan putih itu langsung terparkir di halaman depan gedung tersebut, si pemilik mobil kemudian turun dengan begitu anggun.
Wanita itu masuk ke dalam gedung, langkah kaki yang tegas serta wajah yang tak terlihat adanya senyuman membuat semua orang tunduk tak berani menatapnya, tapi kali ini semua karyawan di perusahaan itu sedang bertanya-tanya, kenapa wanita itu malah masuk kantor?, bukankah seharusnya dia sedang menikmati hari pernikahannya?. Wanita itu terus berjalan menuju lift, dia menekan tombol angka sepuluh gedung tersebut.
"Kenapa kau masuk kantor?, bukankah ini hari pertamamu sebagai seorang istri?".
Seorang wanita lain yang bernama Wilona kaget, saat CEO dari perusahaan itu tiba-tiba muncul, dia seharusnya sedang cuti karena semalam wanita itu baru saja menikah.
"Memangnya kenapa?, aku tidak perduli dengan status baruku ini", jawab wanita itu.
Wilona yang merupakan sahabat sekaligus sekertaris wanita tersebut, menggelengkan kepalanya, sahabatnya ini memang sedikit unik.
"Dimana Ares?, apakah dia mengizinkanmu ke kantor?".
"Aku tidak membutuhkan persetujuan darinya untuk datang kemari".
"Ara!".
"Wilona!".
Wilona mengangkat tangannya, berdebat dengan wanita di hadapannya ini tidak akan ada gunanya, sahabatnya itu sangat keras kepala, "baiklah, aku keluar dulu dan ini berkas yang harus kau tanda tangani", jawab Wilona, wanita itu lalu keluar dari ruangan sang CEO.
Arabela Pov...
Namaku Arabela Chankimah, panggil saja aku Ara, tadi malam aku baru saja menikah dengan seorang pria yang bernama Ares Yuan, seorang pria bekebangsaan China yang merupakan anak rekan bisnis ayahku. Hari ini aku masuk kerja, aku yakin kalian pasti heran kenapa aku harus bekerja disaat pasangan pengantin baru lainnya pergi berbulan madu, aku sangat tidak tertarik dengan pernikahan ini, jika bukan karena daddy aku tidak akan mau menikahi pria yang tidak aku cintai sama sekali.
Ara adalah anak tunggal yang sangat mandiri, dia berbeda dengan anak tunggal pada umumnya, sejak usianya memasuki dua puluh lima tahun dia sudah diperkenalkan dengan dunia kerja oleh ayahnya, di tambah lagi sikapnya yang cuek dan dingin membuat karakter CEO yang tegas melekat pada dirinya.
Pukul satu siang, Ara bersiap pergi, hari ini dia akan menemani sang suami melakukan konferensi pers tentang pernikahan mereka. Ah...apa kalian tahu, Ares Yuan adalah anak seorang pengusahan ternama di China, itulah kenapa Arabela dan Ares harus melakukan konfrensi pers tentang pernikahannya.
"Wilo, aku ada acara bersama Ares siang ini, tidak usah menungguku karena mungkin saja acaranya akan lama", ucap Ara saat keluar dari ruangannya.
"Baguslah kalau kau tidak akan kembali ke kantor, bila perlu pergilah ke negeri dan berbulan madulah disana", jawab Wilona.
"Aku pergi dulu", Arabela tidak menanggapi perkataan Wilona, wanita itu langsung berlalu pergi dari hadapan sahabatnya itu.
Skip...
"Dimana cincin pernikahanmu?", tanya Ares pada Ara, saat ini mereka tengah dalam perjalanan menuju lokasi konfrensi pers.
Ara menatap jarinya, "aku menyimpannya di dalam tas, nanti saja kalau sudah sampai dan aku akan memakainya", jawab Ara.
"Aku harap kali ini kita harus terlihat seperti sepasang suami istri", ucap Ares.
Arabela memakai kacamatanya, "aku tahu, tidak perlu mengaturku".
Setengah jam kemudian, keduanya telah tiba di lokasi konfrensi pers, ada banyak sekali wartawan yang hadir untuk meliput kedua anak CEO tersebut, Arebela benar-benar menjalankan tugasnya dengan baik, sepanjang acara dia terus menggandeng tangan Ares, dia juga terus memperlihatkan senyumannya dan menjawab pertanyaan setiap wartawan dengan begitu anggun, seolah dia adalah wanita yang dimabuk cinta.
Bahkan saat disinggung tentang kapan mereka ingin punya anak, Arabela menjawab secepatnya, sungguh akting yang sangat luar biasa, padahal dia sama sekali tidak ingin hamil dan itu adalah salah satu perjanjiannya dengan Ares. "Nona ada telpon dari Nyonya untuk anda", bisik asisten Ara kepadanya.
"Mommy menelpon, aku ingin menerima telpon dari mommy dulu", ucapnya pada Ares.
Pria itu menganggukinya dan Ara pun langsung berpamitan dengan para wartawan, dia pergi mencari tempat yang aman untuk berbicara dengan ibunya.
A..."Hallo mom?".
"__"
A..."Apa?, mommy ada dimana sekarang?".
"__"
A..."Baiklah, aku segera kesana".
Arabela langsung berjalan cepat saat menerima telpon dari ibunya, "katakan pada Ares saya pulang duluan, temui saya di rumah sakit karena daddy ada di rumah sakit sekarang", ucap Ara pada asisten pribadinya. Wanita itu pergi meninggalkan lokasi konfrensi pers tanpa memberitahukan pada Ares suaminya.
Setibanya di rumah sakit, Arabela langsung berlari masuk ke dalam mencari ibunya, dia mendapati Nyonya Chankimah sedang berdiri di depan ruang ICU. "Mommy?", panggil Ara.
"Sayang, daddy mu nak", jawab Mommy nya.
Ara langsung memeluk ibunya, "Kita tunggu dulu penjelasan dari dokter yah, mommy tenang dulu", ucap Ara menenangkan ibunya.
Tak berapa lama, dokter akhirnya keluar dan menyampaikan bahwa tuan Chankimah mengalami serangan jantung, tapi untunglah beliau cepat mendapat penanganan dari pihak medis sehingga nyawanya dapat tertolong.
Arabela dan ibunya sedang menunggu tuan Chankimah dipindahkan ke ruang rawat, tak lama kemudian Ares datang menyusul Arabela di rumah sakit.
"Bagaimana keadaan daddy?", tanyanya.
"Daddy baik-baik saja", jawab Ara.
Skip...
Waktu menunjukan pukul sembilan malam, Arabela dan Ares baru saja selesai berbicara dengan tuan Chankimah, setelah menunggu daddy nya tidur Ara pergi keluar dan mengajak Ares ikut bersamanya.
"Aku tidak mau hamil dan itu perjanjian kita", ucapnya.
Tuan Chankimah, barusan meminta anak dan menantunya segera memberikan dia cucu dan ini adalah hal yang tidak mungkin bagi Ara.
"Lalu apa rencanamu, kau tahu ini permintaan daddy bukan?", Jawab Ares.
Arabela terdiam, dia mencoba memikirkan sesuatu, "aku akan mencari jalan keluarnya, pastikan kau akan setuju dengan hal ini", ucap Ara sambil berlalu pergi meninggalkan suaminya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Girl
RomansaAku membutuhkannya sebagai wanita yang akan melahirkan anak ku nanti, tapi dia menginginkan sebuah syarat yang sulit untuk aku penuhi, Shenaa begitu aku memanggilnya, dia mau menjadi ibu pengganti yang akan mengandung anak ku tapi dengan syarat aku...