The Girl 9

1.2K 136 12
                                    

Ini part khusus Ara dan Shenaa saja yah😉

"Aku menginginkan mu, Shenaa".

Perkataan Ara membuat Shenaa sedikit bingung tapi juga senang di waktu bersamaan, tunggu dulu Shenaa memang menginginkan mereka sebagai kekasih tapi kalau boleh jujur seharusnya ini belum di mulai karena perjanjiannya adalah setelah Shenaa hamil anak Ara.

Shenaa membelai lembut wajah wanita yang berada di atasnya sekarang, dia menatap mata yang bercahaya dan berkabut gairah itu, hembusan nafas Ara terasa hangat di wajah Shenaa, wanita itu lalu mengangkat kepalanya dan mencium bibir Ara dengan lembut namun dalam. Cukup lama mereka berciuman hingga keduanya melepas ciuman itu karena pasokan oksigen yang menipis.

"Maafkan aku", ucap Ara.

Ara lalu membaringkan tubuhnya di samping Shenaa, hingga kemudian Shenaa menarik wanita itu masuk ke dalam pelukannya, Ara menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Shenaa, aroma bunga lyly tercium dari tubuh wanita itu.

"Apa semuanya baik-baik saja?", tanya Shenaa.

Ara tidak menjawab namun sesat kemudian, Shenaa dapat merasakan tubuh wanita itu bergetar, Ara menangis di dalam pelukannya. Shenaa terus mengusap punggung wanita itu dengan lembut, dia merasakan lehernya basah dengan air mata Ara.

"Orang yang aku cintai telah menikah hari ini, aku baru mengetahuinya tadi malam dan Wilona tidak mengatakannya padaku", ucap Ara dengan suara yang tertahan.

Shenaa tersenyum, dia mengecup kepala Ara mencoba memberikan ketenangan pada wanita itu. "Apa dia kekasihmu?", tanya Shenaa.

Shenaa lalu mengurai pelukannya pada Ara, wanita itu bangun dan bersandar di ranjang, dia membawa Ara bersandar padanya dan mengusap lengan wanita itu.

"Namanya Rixi Revano, dia adalah teman satu kuliahku di Oxford. Dia pria yang hangat, baik, dan begitu pengertian padaku, aku merasa sangat dicintai saat bersamanya, tapi sayang Ares muncul di antara kami", jawab Ara.

Shenaa mengerutkan keningnya, Ares?, bagaimana bisa Ares menjadi orang ketiga di dalam hubungan Ara dan pria yang bernama Rixi itu. "Apa Ares juga teman sekampusmu?", tanya Shenaa.

"Yah...Ares adalah temanku sama seperti Rixi. Aku memiliki tiga orang teman, Wilona, Ares dan Rixi. Tapi aku menjalin hubungan dengan Rixi, kami memiliki banyak cita-cita bahkan Rixi berencana ingin melamarku setelah kami lulus kuliah nanti, tapi sayang ternyata di luar sepengetahuan ku, Daddy dan ayah Ares telah menjodohkan kami. Aku ingin Ares menolaknya dengan alasan kami bersahabat tapi dia menolak dengan alasan demi kedua orang tuanya, akhirnya inilah yang terjadi kami menikah tanpa cinta dan Rixi telah menikah dengan wanita lain", jawab Ara.

Shenaa merasa kasihan dengan wanita yang bersandar pada tubuhnya sekarang, Ara ternyata menyimpan luka dan cintanya pada orang lain. Dia terpaksa harus menghabiskan sisa hidupnya bersama pria yang tidak dia cintai sama sekali.

"Kenapa kau menceritakan ini padaku? apakah ini alasan kenapa kau menginginkanku?", tanya Shenaa.

Ara kemudian duduk dan menatap Shenaa, "sejak kita akrab aku merasa nyaman denganmu, sepertinya menyenangkan berperan sebagai kekasihmu walau aku merasa ini sangat konyol, maksudku aku wanita yang menyukai pria tapi saat bersama mu aku merasa akulah pria dan kau kekasihku". ucap Ara.

"__"

"Akhir-akhir ini, setiap kali aku marah, kesal, sedih bahkan bahagia, hal pertama yang muncul di kepalaku adalah dirimu", tambah Ara.

Shenaa tersenyum, hatinya menghangat mendengarkan kejujuran Ara, Shenaa lalu mencium bibir wanita itu lagi sebagai tanda terima kasih untuknya.

"Seumur hidupku, belum pernah ada yang mengatakan bahwa aku adalah zona nyaman mereka, bahkan aku merasa tidak pantas untuk siapa pun Ara", ucap Shenaa dengan mata yang sudah berkaca-kaca.

Ara menggenggam tangan Shenaa, "apa kau mau bercerita padaku kenapa kau bisa ada di tempat prostitusi?", tanya Ara.

Shenaa menatap ke arah langit-langit kamar itu, dia menutup matanya dan butiran demi butiran air bening jatuh dari pelupuk matanya.

"Saat itu aku baru berumur 20thn, aku merawat Ayahku yang sakit-sakitan dan harus berjuang untuk mencari uang demi pengobatannya. Ibuku meminjam uang pada rentenir dan pergi begitu saja meninggalkan kami, setiap hari para rentenir itu selalu datang menagih hutang pada kami, hingga....", ucapan Shenaa terputus dan air matanya kian deras mengalir di pipinya.

Arabela langsung menarik wanita itu dan memeluknya dengan erat, "tidak usah dilanjutkan, jangan mengatakan apa pun lagi, aku tidak akan mendengarkannya", ucap Ara sambil memeluk Shenaa dengan erat. Ara tahu luka ini jauh lebih besar dari apa yang diderita olehnya selama ini.

Shenaa terus menangis di pelukan Ara, kenangan buruk itu kembali menguap di permukaan, sungguh sampai kapan pun Shenaa tidak akan pernah bisa melupakannya.

"Aku tidak pantas untuk siapa pun, aku bahkan tidak ingin menikah dengan siapa pun, aku pelacur dan aku sangat kotor Ara", ucap Shenaa.

Shenaa mengurai pelukannya, dia menatap Ara yang juga telah berlinangan air mata, "pikirkan lagi tentang keinginanmu Ara, aku tidak ingin anak itu nantinya merasa malu mengetahui dia lahir dari rahim wanita penghibur malam seperti diriku", tambah Shenaa.

Ara menghapus air mata Shenaa, "Jangan mengatakan kalau kau tidak pantas untuk siapa pun, karena akulah yang akan menerima mu apa adanya dan mimpi ku akan tetap aku wujudkan, kau akan melahirkan anak untuk ku, anak kita berdua", jawab Ara sambil kembali memeluk Shenaa denga erat.

Keduanya terus menangis, Ara mengusap kepala Shenaa dengan lembut, "Mulai sekarang kita berdua akan selalu bersama, aku berjanji tidak akan pernah meninggalkanmu, terserah padamu kau mau menganggap diriku apa, entah itu kekasih atau apa pun yang kau mau, aku janji akan selalu ada untuk Shenaa". ucap Ara.

Skip...

Paginya Shenaa terbangun tanpa ada Ara di sampingnya, ini baru jam tujuh pagi. Namun dari dalam kamar Shenaa dapat mencium aroma sedap makanan, senyuman terukir di bibirnya. Shenaa mencoba mengingat kembali bagaimana semalam dia dan Ara saling berjanji untuk akan selalu bersama, entah seperti apa hubungan mereka tapi Shenaa merasa bahagia saat ini.

Ara sedang membuat nasi goreng, wanita itu tampak anggun dengan rambut yang di gulung dan dia menggunakan celemek, Ara tuda menyadari Shenaa sedang memperhatikannya, hingga dia kaget saat kedua tangan melingkar di perutnya.

"Good morning", sapa Shenaa.

"Kau mengagetkan ku, good morning juga", jawab Ara.

Shena meletakkan dagunya di bahu Ara, dia memejamkan matanya, berada di posisi ini terasa begitu nyaman sekali. "Kenapa kau malah tidur sambil berdiri begini?", tanya Ara.

"Biarkan aku begini, rasanya sangat menyenangkan", jawab Shenaa.

Are lalu menyentuh kepala Shenaa dan memberikan kecupan pada wanita itu, "ayo sarapan dulu, habis ini ikut aku ke rumah bantu akan mempersiapkan acara anniversary Mommy dan Daddy", ucap Ara.

Shenaa membuka matanya, "Hemm..kapan acaranya?", tanya Shenaa.

"Minggu dapan saat Ares sudah pulang dari Seoul, kita akan ke butik untuk membeli baju yang akan kita pakai di malam acara nanti", jawab Ara.

Shenaa terdiam, pasti acara itu adalah acara yang besar dan akan dihadiri oleh orang-orang penting, dia merasa tidak pantas untuk hadir di acara tersebut.

"Kenapa diam?". tanya Ara.

"Aku akan membantumu mempersiapkan semuanya, tapi kalau untuk hadir sepertinya aku...".

"Aku tidak ingin mendengar alasan apa pun", ucap Ara memotong pembicaraan Shenaa.

"__"

"Nasi goreng telah masak, ayo makan".

Ara bahkan tidak membahas tentang acara itu lagi, dia tahu Shenaa pasti merasa tidak pantas berada di acara anniversary Mommy dan Daddy nya nanti, tapi Ara akan tetap membawa Shenaa pergi bersamanya.

The GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang