The Girl 3

1.2K 143 7
                                    

Ini sudah satu minggu sejak Arabela dan Shenaa bertemu, terakhir Arabela meninggalkan kartu namanya untuk Shenaa dan meminta wanita itu menghubunginya jika dia mau berubah pikiran dan menerima tawaran Ara.

Shenaa sedang duduk di tepi tempat tidurnya, dia menggenggam kartu nama milik Arabela, dia sangat penasaran dengan wanita itu, Shenaa merasa mungkin ini saatnya dia harus berhenti menjadi seorang wanita penghibur, lebih baik mengandung selama sembilan bulan dan setelah itu dia akan pergi jauh sejauh mungkin dari Bangkok.

Shenaa lalu mengambil handphone miliknya dan mulai menghubungi nomor yang tertera di kartu nama itu, dia sudah membuat janji dengan Ara, mereka akan segera bertemu malam ini.

Skip...

Waktu menunjukan pukul 21.00 waktu Bangkok, mobil sedan putih baru saja tiba di sebuah lobi hotel bergaya oriental, Arabela lalu turun dari mobilnya, dia lalu berjalan menuju resepsionis dan tak lama kemudian Ara masuk ke dalam lift menuju kamar dimana Shenaa berada.

Arabela terus berjalan menyusuri lorong kamar hotel tersebut, dia tampak anggun dengan gaun berwarna hitam selutut, wanita ini sangat menyukai warna hitam. Ara lalu tiba di sebuah kamar, dengan tenang di menekan bel kamar tersebut, hingga munculah di hadapannya seorang wanita cantik, bergaun merah seksi yang tak lain adalah Shenaa.

"Kau datang sendiri?", tanya Shenaa.

"Apa aku harus membawa seseorang juga?", Ara kembali bertenya.

Shenaa tersenyum, dia sangat suka karakter seperti ini, cuek, tegas tapi menggemaskan. "Aku hanya bertanya", jawab Shenaa. Wanita itu lalu mempersilahkan Ara duduk di sofa dan dia menyuguhkan segelas wine pada Arabela.

"Bagaimana?, apa kau sudah memikirkannya?, aku harap jawabannya Yes", tanya Ara sambil meminum wine di tangannya.

Shenaa tersenyum lagi, dia menatap Arabela dengan tatapan nakalnya, tapi Ara tidak terpengaruh sedikit pun, "kau buru-buru sekali", jawab Shenaa. "Bisakah aku tahu kenapa kau tidak ingin hamil?, lalu apakah suami mu akan setuju dengan ini?", tanya Shenaa.

"Dia akan setuju, karena ini bagian dari perjanjian pernikahan kami, aku hanya tidak ingin hamil saja", jawab Ara dengan singkat.

Shenaa lalu berpindah duduk di dekat Ara, aroma parfum lavender dari Ara dan mawar dari Shenaa menjadi satu di penciuman meraka, "Apa tawaranmu padaku", tanya Shenaa lagi.

"Apa pun, aku akan memberikan cek kosong dan kau hanya perlu menulis berapa jumlah yang kau minta", jawab Ara.

Shenaa semakin tertantang dengan wanita itu, dia sangat anggun tapi terlihat tegas, dia bahkan tidak terlihat merasa risih dengan keberadaan Shenaa di dekatnya saat ini.

"Bagaimana kalau aku juga mengajukan syarat padamu?, aku akan menerima tawaran itu tapi dengan satu syarat", ucap Shenaa.

"Apa?".

"Selama sembilan bulan, perlakukan aku layaknya seorang kekasih". jawab Shenaa.

Ara menatap heran wanita itu, sejujurnya dia tidak mengerti maksud perkataan Shenaa, "apa maksudmu, aku tidak mengerti", ucap Ara.

Shenaa lalu mendekatkan tubuhnya pada Ara, mata mereka saling menatap, Shenaa lalu mengalihkan pandangannya pada bibir merah milik Ara yang terlihat lembut dan kenyal itu, "aku ingin kita berdua seperti sepasang kekasih, bahkan mungkin lebih dari itu, kau membutuhkan ku dan aku menginginkanmu", jawab Shenaa dengan suara yang nyaris tidak terdengar.

Arabela langsung mendorong wanita itu menjauh darinya, "apa kau sudah gila?, aku wanita normal dan sudah punya suami, mana mungkin aku menjalin hubungan denganmu", Ucap Ara.

"Wanita bersuami juga bisa menjalin hubungan dengan sesama wanita", jawab Shenaa.

Ara semakin tidak mengerti dengan wanita itu, "mintalah yang lain, jangan konyol Shenaa", ucap Ara.

Mendengar Ara mengucapkan namanya, membuat Shenaa semakin tertarik dengan wanita itu, "tapi aku hanya menginginkan dirimu, bagaimana?, jika kau setuju aku siap kapan saja mengandung anakmu", jawab Shenaa.

Ara mengusap rambutnya, sungguh ini di luar nalarnya, bagaimana bisa dia memperlakukan Shenaa separti dia memperlakukan kekasihnya, mereka adalah sesama wanita dan ini sangat konyol sekali. 

"Apa yang kau harapkan dariku?, aku bahkan tidak bisa memuaskanmu", ucap Ara.

Shenaa berjalan mendekati Ara, "aku ingin membuktikannya", jawabnya.

"Apa yang ingin kau buktikan?".

"Perkataanmu itu?".

"__"

"Bercintalah denganku Ara". ucap Shenaa.

Arabela mengambil tas dior miliknya, dia menatap Shenaa sesaat lalu pergi meninggalkan wanita itu di kamar hotel sendirian. Apakah Shenaa kecewa?, jawabannya tidak, justru dia sangat yakin Arabela akan kembali padanya, wanita itu hanya perlu berpikir tentang tawarannya tadi.

Skip...

Keesokannya, di kantor Arabela tidak bisa berkonsentrasi karena pikirannya selalu tertuju pada permintaan Shenaa, wanita itu menutup leptonya dengan asal lalu menelpon sekertarisnya untuk datang ke ruangan.

"Apa lagi?, aku sedang bekerja", ucap Wilona saat masuk ke dalam ruangan Ara.

"Aku yang menggajimu, apa kau lupa?",

"Baiklah, ada apa?".

Ara diam sejenak, sebenarnya dia juga bingung harus memulai dari mana, "Aku ingin mendiskusikan sesuatu denganmu, ah bukan maksudku aku ingin menanyakan sesuatu padamu", jawab Ara.

"__"

"Menurutmu, wanita tidak normal itu bagaimana?", tanya Ara.

Wilona memincingkan matanya, apa maksud sahabatnya ini?, " bicaralah dengan jelas dan spesifik, tidak normal bagaimana yang kau maksud?", tanya Wilona kembali.

Ara semakin tertekan dengan pertanyaannya sendiri, "apakah menurutmu, wanita yang sudah bersuami...", Ara menggantung ucapnya. "Ah tidak jadi, kembalilah bekerja", ucap Ara.

Wilo melipat tangannya di dada, "apa kau berselingkuh?, siapa pria itu?", tanya Wilona.

Arah menghembuskan nafasnya dengan kasar, "aku wanita yang setia dan kau tahu itu, sebaiknya kembalilah bekerja, aku sudah lupa apa yang ingin kau tanyakan", jawab Ara sambil menyalakan leptopnya kembali.

Setelah Wilona keluar ruangan, Ara mengambil handphonenya dan mengirimi seseorang pesan.

Ara to Shenaa

"Mari bertemu malam ini, aku akan mengirimkan alamatnya padamu".

Malamnya...

Ara dan Shenaa bertemu di sebuah apartemen mewah milik Ara, itu adalah rumah pribadinya yang tidak diketahui oleh siapa pun termasuk oleh kedua orang tua dan suaminya.

Kedua wanita itu masih saling menatap, "aku menerima tawaranmu, tapi ada aturan yang harus kita patuhi bersama", ucap Ara.

Shenaa tersenyum, "katakan", jawabnya.

"Pertama, kau akan tinggal di apartemen ini dan kau tidak boleh lagi melayani siapa pun, kedua kita hanya akan terlihat seperti kekasih saat aku berada di sini, ketiga hubungan ini adalah rahasia kita berdua dan kehamilan mu nanti adalah rahasia antara kau, aku dan suamiku", bagaimana?", tanya Ara.

Shenaa mengangguk, "poin satu dan tiga aku setuju, tapi poin dua perlu di revisi lagi, kau adalah kekasihku saat hanya ada kita berdua saja dan itu berarti bisa dimana saja, asal hanya ada kau dan aku, bagaimana?", tanya Shenaa kembali.

Ara tidak bisa lagi membantah, "baiklah aku setuju", jawabnya.

Shenaa lalu tersenyum, "Ayo kita temui Madam Davika, tebus aku dari tempat hiburan itu", ucap Shenaa lagi.

The GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang