11

6 0 0
                                    

"Aku juga tak bisa mengambil resiko seburuk itu, Dokter Karl."

"Dan apa yang akan anda lakukan, Putri?" tanya Joanna.

"Aku sudah siapkan rencana cadangan. Karena kita tak bisa lama di sini, aku siapkan rencana B."

Joanna kernyitkan dahi, "Maksud anda rencana B?"

"Kau akan ikut kami kembali ke Erden. Aku sangat membutuhkan dokter yang mengerti keadaan Kak Victoria," ujar Margareth.

"Tapi, Putri. Apa itu tak terlalu mencolok?"

"Aku sudah memikirkannya. Selama ini pun aku kesulitan mencari dokter yang bisa menangani Kak Vic. Itu mengapa kami membutuhkanmu untuk menangani dia, Dokter Karl."

"Mengapa anda dan Putri Alexandra tidak memilih menetap di sini, Putri? Pangeran Mahkota pasti akan melindungi jika dia tahu adik-adiknya pulang," ungkap Joanna.

Margareth menggeleng, "Tidak. Itu terlalu beresiko, Dokter Karl. Negara ini. Kita tak tahu apa ada mata-mata di sekitar kita. Cepat atau lambat, orang kerajaan pasti akan mengetahui keberadaan kami."

"Anda takut sesuatu yang buruk terjadi?" tanya Joanna.

"Itu salah satu alasannya. Tapi, ada alasan lain yang membuatku lebih takut. Keadaan Kak Victoria masih belum baik. Jika ada sesuatu yang terjadi, aku takut itu akan membahayakan nyawanya. Dan aku tak mau kehilangan kakakku," tegas Margareth.

"Yang anda katakan benar, Putri. Dan jika kehadiran saya memang bisa membantu, dengan senang hati saya akan mengikuti anda dan Putri Alexandra."

"Terima kasih banyak, Dokter Karl."

"Sudah tugas saya untuk setia pada para pewaris Zephyr, Putri."

Ya, seperti sumpahnya kala dilantik sebagai salah satu pekerja setia untuk kerajaan. Dokter Joanna Karl akan tetap melaksanakan sumpahnya hingga titik darah penghabisan. Meski nyawa taruhannya, dia tak peduli. Karena baginya, memegang komitmen setia adalah hal yang paling penting dalam hidupnya.

*********

Keadaan di Erden sangat tidak menarik menurut Christian. Terhitung sudah sebulan dia tak mendengar kabar tentang Victoria ataupun Margareth.

Rindu? Tentu saja dia merindukan keduanya.

Apalagi di istana dia begitu bosan karena tak ada apapun yang bisa dia lakukan kecuali bekerja dan melaksanakan tugasnya sebagai seorang Pangeran Mahkota.

Biasanya jika bosan atau suntuk dengan pekerjaan, Christian akan pergi ke luar untuk menemui Victoria. Menghabiskan waktu beberapa hari di sana dan menenangkan diri dari penatnya tugas di Istana.

"Apa anda memanggilku, Pangeran?" suara seseorang menggema di kamarnya.

"Masuklah, Nels. Dan minta prajurit mengatakan pada koki untuk mengantarkan makanan ke kamarku. Aku sangat lelah setelah rapat hari ini," pinta Christian.

Sang pengawal muda kembali masuk ke kamar sang pangeran setelah melakukan tugasnya. Dan dia pun menyadari raut sedih dari Christian.

"Ada apa denganmu, Kak?" tanya Nelson.

"Bosan di istana. Aku tak punya alasan untuk ke luar."

"Kau kan bisa menyamar atau melakukan apapun seperti biasa," ujar Nelson.

"Malas. Aku harus menunggu 2 bulan lagi. Apa yang harus kulakukan jika dia benar-benar pulang ke tempat asalnya?" tanya Christian lesu.

"Jika dia ditakdirkan untukmu, maka kalian pasti akan berjodoh, Kak."

"Kau benar. Tapi, apa Tuhan sebaik itu padaku?" ujar Christian lesu.

"Pasti. Saranku, teruslah berdoa pada-Nya."

Omongan mereka berhenti saat prajurit menyampaikan permintaan Arthur untuk bertemu. Lantas dia segera menemui sang Ayah. Dan di ruang kerjanya, Arthur kini memegang sebuah undangan dari Zephyr. Itu pasti adalah undangan untuk peringatan yang penting.

Kedua putranya datang juga ke sana. Dengan Balder yang menampilkan wajah malas.

"Ada apa Ayah memanggil kami?" tanya Christian.

"Ayah mendapatkan undangan dari Zephyr. Dan kalian berdua harus ikut bersamaku," ucap Arthur.

"Zephyr? Mereka mengadakan acara besar?" tanya Christian lagi.

Arthur mengangguk, "Ya, mereka akan merayakan hari ulang tahun Pewaris Kedua yang digabungkan dengan ulang tahun Pewaris Ketiga."

Tanpa mereka sadari, raut wajah malas yang terlihat dari wajah Balder berubah. Dia memang tak pernah bisa ditebak. Wajah itu menunjukkan raut tertarik.

"Ini adalah perayaan besar tahunan Zephyr. Sekaligus untuk mengenang dua Putri Kerajaan yang masih belum ditemukan hingga saat ini," ungkap Arthur.

"Ya, aku mendengar berita tentang tragedi itu 4 tahun lalu. Aku hanya berharap kedua Pewaris Zephyr segera ditemukan," ungkap Christian.

"Berapa lama kita di sana?" tanya Balder.

"Sekitar satu sampai dua minggu. Melihat estimasinya, kita akan menghabiskan waktu perjalanan 2 minggu hanya untuk pulang-pergi," jawab Arthur.

"Kami akan siapkan segalanya, Ayah."

"Baiklah, kalian bersiap. Lusa, kita akan berangkat."

Christian menampilkan senyum selama perjalanan menuju kamar. Dan Nelson tahu apa alasan sang pangeran seperti itu. Menemui orang yang dicintai sang Pangeran Mahkota, membuat Nelson penasaran. Sebaik apa orang itu.

"Akhirnya aku bisa bertemu Victoria," sorak Christian.

"Ya, itu jika dia adalah anak dari Raja Samuel. Selama 2 minggu di sana, apa kau akan mencarinya di seluruh negeri?" tanya Nelson.

"Kau tak pernah sekalipun mendukungku, Nels. Berilah aku sedikit semangat. Sudah sebulan ini aku tak melihat wajahnya. Dan aku sangat merindukan dia," ungkap Christian.

"Jika kalian bertemu pun, aku pasti akan jadi nyamuk di sana," timpal Nelson.

"Kudengar, di sana banyak wanita yang baik hati. Dan kau pasti akan tertarik pada mereka, Nels. Aku jamin," ujar Christian.

"Oh, jadi aku akan ikut?" tanya Nelson.

"Kau harus ikut kemanapun aku pergi, Nels."

"Perjalanan jauh aku diajak. Jika menemui orang yang spesial untukmu, aku yang tidak diajak," cibir Nelson.

"Itu berbeda. Aku hanya ingin menghabiskan waktu dengannya."

Berbeda dengan Christian yang begitu bahagia bisa pergi ke tempat di mana Victoria berlibur, Balder kini mengurung diri di kamar. Dia masuk ke ruangan rahasia di mana hanya dia yang tahu jika tempat ini ada. Di dalam sana ada banyak lukisan buatannya.

"Ayah mengajakku ke sana. Apa aku mampu menginjakkan kaki di sana?" ujar Balder entah pada siapa.

Di depannya terdapat lukisan di mana ada dia dan seseorang tengah saling menatap. Ya, itu lukisan buatan Balder yang sangat indah. Bakat melukis sang pangeran menurun dari Ratu Isabel, ibunya. Dan itupun barus sang pangeran sadari setelah bertahun-tahun membenci segala hal yang berkaitan dengan kegiatan melukis.

"Bertahun-tahun aku tak pernah lagi menginjakkan kakiku ke tempat itu. Saat mendengar kabar tak menyenangkan seperti itu, aku bahkan tak berani sekalipun mengingatnya."

Dia membuka sebuah kotak yang berisi gelang buatan seseorang yang begitu indah dan sangat berharga untuk pewaris tahta nomor dua di Erden itu.

"Apa aku sanggup melihat tempat di mana banyak kenangan kita terpatri di sana?"

Menangis. Suara itu bahkan sangat pilu. Tangis yang tak pernah Balder tunjukkan pada siapapun. Bayangan seseorang mampir ke dalam pikiran.

"Maaf."

.

.

tbc

Part 11 [completed]
[11 - 03 - 2024]

The Missing PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang