Seorang wanita muda tengah memetik daun teh di ladang luas milik pemerintah kerajaan. Dia bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup. Di sini wanita itu awalnya tinggal bersama sang nenek. Namun orang yang menjaganya telah tiada sebulan yang lalu.
Kini dia hidup sendiri di negara yang masih asing untuknya.
Jari-jari lentik itu dengan telaten memetik daun teh yang telah matang. Butuh waktu cukup lama untuk membuat keranjang yang kosong menjadi penuh.
Keranjang yang dia pikul kini cukup berat. Wanita itu selalu melakukan pekerjaan dengan penuh senyuman, wajah putih seputih susu dan mata sebulat bulan purnama itu disapu semilir angin pagi.
Wanita itu telah berangkat sebelum matahari menampakkan sinar. Lalu akan pulang setelah keranjang pikulnya penuh. Meski hidup sendiri, terkadang dia merasa masih memiliki keluarga entah di mana.
Hidup di negeri orang adalah tantangan tersendiri untuknya. Namun wanita itu hidup dengan baik selama ini. Hatinya yang tulus dan selalu mau membantu, membuat banyak orang menyayanginya. Terutama seseorang yang sudah dia anggap seperti adik sendiri.
Hari itu, dia pulang ke rumah lebih cepat. Beberapa hari ini adalah waktu bekerja sebelum libur musim dingin. Wanita muda itu akan libur selama dua bulan penuh.
Kala berjalan ke luar area perkebunan, dia bertemu seorang gadis muda yang cukup penasaran dengan kelakuannya pagi ini.
"Kakak tidak bekerja?" tanya gadis itu.
"Aku pulang lebih awal, Maggie. Aku akan beristirahat di rumah bulan ini," ucap si manis seraya lemparkan senyuman hangat pada seseorang yang sudah dia anggap seperti halnya adik sendiri.
"Kak Vic tidak adil. Mengapa tidak menungguku?" tanya gadis yang dipanggil 'Maggie' seraya memajukan bibir.
"Ku kira tadi kau sudah berangkat. Maaf, ya. Aku ingin menikmati waktu hari ini. Oh iya, besok datanglah ke rumah. Aku akan memasakkan sup ayam kesukaanmu," ujar wanita muda itu.
"Wah! Aku tidak sabar. Baiklah, sampai bertemu besok, Kak Vic. Aku akan segera menyelesaikan pekerjaanku," balas yang lebih muda.
Wanita muda itu, adalah sosok yang begitu baik. Di sini, dia dipanggil Victoria. Si wanita manis dengan senyum secerah matahari itu merupakan sosok yang sangat disayangi oleh warga di sekitar tempat tinggalnya.
Tak hanya punya wajah yang cantik, tapi sifat dan kelakuannya begitu baik yang membuat orang-orang akan terpesona saat melakukan interaksi dengannya.
Wanita berusia 24 tahun itu menjauhi area perkebunan teh. Dia berjalan menyusuri jalan setapak yang juga jalan pintas terdekat. Medannya agak berbahaya. Karena jalan itu berbatasan langsung dengan tebing yang terjal.
Namun, para petani pemetik teh sudah terbiasa dengan jalan di tempat itu. Jadi mereka tak takut dengan jalur ekstrem sudah menjadi makanan mereka sehari-hari.
Dan kini Victoria melewati jalan tersebut dengan begitu hati-hati.
Dan di tengah perjalanan, samar-samar dia dengar suara orang yang meminta tolong. Awalnya wanita itu mengira jika suara tersebut hanya halusinasi. Namun, lambat laun suara itu makin keras. Dan Victoria mencoba mendengarkan lebih seksama.
"Siapapun tolong aku!"
Ya!
Itu memang suara seseorang yang meminta tolong.
Dia mencari darimana asal suara itu. Dan si manis menemukan seseorang yang tergantung di tebing. Seorang pria paruh baya yang berusaha berpegangan pada batu di atas. Tubuhnya menggantung bebas dan bisa jatuh kapan saja.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Missing Princess
FantasíaKehidupan Victoria selama 4 tahun kebelakang baik-baik saja. Dia jalani kehidupan sebagai Rakyat Erden dengan tenang dan tanpa hambatan. Tapi semua itu berubah kala dia menolong seorang pria yang tanpa dia tahu bahwa itu adalah Raja dari tempatnya...