13

4 0 0
                                    

Setelah melewati sehari untuk berkabung. Di hari berikutinya, Zephyr menjadi tempat yang sangat indah. Seperti yang dijanjikan Joanna beberapa hari lalu, mereka kini berkeliling di pasar malam.

Yang paling antusias adalah Victoria. Karena wanita belum pernah melihat perayaan semeriah ini. Lebih banyak orang yang berdagang dan banyak wahana yang tersedia. Dan ini bahkan lebih ramai dari Erden jika dibandingkan.

Lebih dari sebulan di sini, Victoria merasa nyaman tinggal di sini. Walau entah mengapa kepalanya lebih sering sakit karena bayangan-bayangan asing, tapi semua itu bukan masalah untuknya.

Karena Margareth dan Joanna selalu ada di sisinya.

"Perayaan di sini lebih meriah dari di Erden," gumam Victoria.

"Kau benar. Pangeran Mahkota akan mengeluarkan dana sebesar mungkin untuk perayaan ulang tahun dua adik yang sangat dia sayang," balas Joanna.

"Apa itu tidak akan berdampak pada perekonomian negeri?" tanya Victoria.

Joanna menggeleng, "Para rakyat dengan sukarela menyisihkan lima persen penghasilan mereka setiap tahun untuk acara ini."

"Seluruh rakyat?" beo Victoria tak percaya.

"Iya. Karena sayangnya mereka pada Kedua Putri."

"KAKAK, AKU MAU NAIK WAHANA ITU," teriak Margareth yang sudah ada di depan bianglala.

"Maggie, astaga! Tunggu kami," balas Victoria seraya menarik tangan Joanna.

Setelah membayar tiket untuk menaiki wahana itu, mereka masuk ke salah satu bianglala yang bisa diisi oleh 4 orang. Victoria memandang takjub suasana Zephyr dari atas bianglala.

"Aku selalu menyukai wahana ini. Karena aku bisa melihat pemandangan negeri ini yang luar biasa indah."

"Bisakah kita mengikat janji di atas langit seperti ini?"

"Kak, apa kita bisa melakukan hal seperti ini lagi saat kau telah menanggung tanggung jawab sebagai wakil Kakak Tertua?"

Sekali lagi. suara itu hadir di otaknya. Victoria menutup telinga untuk menghentikan suara itu. Jika seperti ini terus menerus, dia rasa akan gila saat mengalaminya lagi.

"Victoria...ada apa?" tanya Joanna khawatir.

"T—tidak, Kak Joanna. Hanya saja aku mendengar suara seseorang," jawab Victoria.

"Tarik napasmu, Kak Victoria."

Keadaan Victoria lambat laun membaik. Walau masih pucat, tapi mereka menikmati malam itu dengan tenang dan senang. Banyak makanan yang mereka beli untuk menemani waktu begadang hari ini.

Tradisi di hari kedua, seluruh rakyat akan begadang di rumah mereka untuk merayakan ulang tahun Kedua Putri Kerajaan kesayangan. Semua itu mereka lakukan serta-merta dengan harapan yang selalu dilangitkan.

Di tengah perjalanan pulang, ketiganya bertemu dengan Jieand yang kebetulan juga mendatangi pasar malam. Dia datang sendirian dan sang pria langsung mendatangi kekasihnya.

"Halo! Kebetulan sekali aku bisa bertemu kalian di sini," ujar Jieand seraya mengambil alih barang bawaan Margareth.

"Selamat malam, Tuan Jieand," sapa Joanna.

"Panggil aku dengan nama saja. Dan aku akan memanggilmu Kakak. Bagaimana?" tawar Jieand.

"Baiklah. Itu lebih baik," balas Joanna.

Victoria tentu saja tak mengenal siapa orang di depannya ini. Karena baru pertama kali ia bertemu dengan sang pria. Dia hanya diam seraya menatap pria yang sepertinya lebih muda darinya itu.

"Apa ini Kak Victoria? Wah! Ternyata Kakak lebih cantik dari yang kulihat kemarin," ungkap Jieand dengan begitu riang.

"Maksudnya?"

"Kak Vic. Kenalkan, ini Jieand. Dia...kekasihku," terang Margareth.

Victoria cukup terkejut mendengarnya, "Kau memiliki kekasih? Wah! Sejak kapan?"

"Kakak tidak marah?" tanya Margareth balik.

"Mengapa aku harus marah? Aku justru senang karena kau akhirnya menemukan orang yang akan menjagamu."

Margareth dan Jieand saling menatap. Mereka tersenyum lega. Ternyata semudah ini. Mereka kira, Victoria akan marah atau menanyakan banyak hal. Tapi, wanita muda itu malah menyambut mereka dengan sangat baik.

"Aku kira Kakak tidak akan merestui kami," ungkap Margareth.

"Aku tidak sekolot itu. Jadi, jika boleh tahu. Sejak kapan kalian menjadi sepasang kekasih?" tanya Victoria.

Mereka dalam perjalanan pulang. maksudnya ke rumah Joanna.

"Sejak 5 tahun lalu, Kak," jawab Jieand.

"Sudah cukup lama ternyata. Jadi, kalian menjalani hubungan jarak jauh?"

"Kakak benar. Kami berusaha saling percaya satu sama lain."

"Itu bagus. Semoga hubungan kalian tak ada masalah apapun," harap Victoria.

"Terima kasih, Kak," ucap Margareth dan Jieand bersamaan.

.

.

Balder memutuskan keluar dari Istana Thalaevar menuju pasar malam. Dengan penjagaan ketat seperti tamu-tamu yang lain. Ya, para tamu yang lain juga ke luar untuk menikmati pasar malam yang begitu ramai di Zephyr.

Dia menatap sebuah bianglala. Senyum tipis terbit dari wajah tampan bak Zeus tersebut. Sang pangeran membayar tiketnya dan masuk ke salah satu tempat di wahana tersebut.

Suasana pasar malam memang sangat ramai seperti pada umumnya. Dan teriakan dari seseorang yang cukup keras menarik perhatian sang pangeran sebentar. Tidak lama. Karena setelah itu, wahana tersebut kembali berjalan.

Dia teringat sosok yang memenuhi hatinya selama ini. Sosok yang ia cari keberadaannya selama 4 tahun belakangan. Dan sosok yang akan dia jadikan pendamping hidup satu-satunya jika takdir tak sejahat itu pada mereka.

"Kau sangat suka menaiki wahana ini

Kau mengatakan padaku jika kau suka melihat pemandangan indah dari atas sini.

Kau memang benar. di atas sini sangat indah. Dan aku berjanji jika menemukanmu, maka kita akan mengikat janji di atas sini seperti apa yang pernah kukatakan padamu."

Senyum itu terbit. Dia hanya sendirian di sini. Menikmati setiap keindahan Zephyr yang sangat terkenal dan takkan pernah dia lupakan. Kenangan yang membuatnya bertahan hidup dengan alasan untuk bisa menemukan seseorang yang begitu berharga untuknya.

Hingga matanya memicing kala melihat seseorang turun dari wahana. Entah Balder hanya berhalusinasi, atau orang yang dia pikirkan memang kini ada di hadapannya.

"A—Alexa?"

Sang Pangeran ingin berteriak menghentikan langkah orang itu untuk memastikan. Tapi, terlambat. Karena saat orang itu menghilang diantara kerumunan, dia baru saja turun ke bawah.

Dengan langkah panjang dia berusaha mencari orang itu. Memastikan bahwa itu benar-benar orang yang ada dalam pikirannya selama ini. Orang yang selalu ada dalam hatinya selama ini dan sampai kapanpun.

Para prajurit pun turut kewalahan mengikuti langkah panjang sang pangeran kedua. Mereka tak tahu Balder akan melangkah ke mana. Tugas mereka hanya melindungi sang pangeran dalam keadaan apapun.

"Di mana kau?" ucapnya frustasi.

Dia mencari lagi di sekitar pasar malam. Dan Balder harap tak salah lihat. Itu pasti dia. Kekasihnya. Orang yang membawa separuh hatinya pergi entah ke mana.

"Apa itu benar-benar kau? Aku harap pengelihatanku tak salah," ucapnya dengan begitu yakin.

"Jika itu memang benar-benar dia, aku mohon pada-Mu untuk pertemukanku dengannya. Karena aku akan tebus kesalahan yang pernah kulakukan padanya."

chapter 14 [completed]

The Missing PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang