Di sebuah pesisir pantai. Diantara banyak orang, kini Victoria dan Margareth tengah bersantai seraya menikmati keindahan laut Erden yang indah. Suasana di sana sangat ramai. Banyak kapal yang merapat dan pergi. Liburan memang selalu ramai. Orang-orang ke luar-masuk negara ini untuk menghabiskan waktu bersama keluarga.
"Sebelumnya aku tak tahu apa alasanmu yang sangat suka menyendiri di sini hingga berjam-jam. Tapi, sekarang aku mengerti. Suasana di sini mengingatkanku entah pada apa," ucap Victoria yang sontak membuat Margareth melebarkan matanya.
"Kakak mengingat sesuatu di masa lalu?" tanya Margareth hati-hati.
Victoria angkat kedua bahu, "Entahlah. Hanya sekelebat bayangan. Itupun selalu gelap dan tidak jelas."
Margareth sedikit kecewa mendengar pernyataan dari yang lebih tua. Dia harus kembali bersabar untuk mendapatkan apa yang dia inginkan selama bertahun-tahun.
"Aku selalu suka di sini, Kak. Tempat ini yang membuatku yakin bahwa aku harus meninggalkan tempat kelahiranku untuk mendapatkan kehidupan yang lebih tenang," balasnya.
"Kurasa—di tempat ini kita pertama kali bertemu. Apa aku benar?" tanya Victoria ragu.
"Kakak masih ingat ternyata. Kakak yang membantuku ke luar dari laut waktu itu. Kalau tidak ada yang membantuku, aku tak tahu lagi bagaimana nasibku," ungkap Maggie yang kini menyandarkan kepalanya di bahu yang lebih tua.
"Pertemuan yang tidak terduga sebenarnya. Tapi, itu membuat kita dekat sampai sekarang," ujar Victoria.
"Aku selalu berterima kasih padamu karena selalu ada untukku setelah pertemuan itu, Kak. Aku yakin takkan bisa membalas jasamu," tutur Margareth.
"Cukup anggap aku sebagai Kakakmu sampai kapanpun, Maggie. Aku sangat menyayangimu. Seperti halnya kasih sayang seorang kakak pada adiknya. Seperti itulah kasih sayangku padamu," ungkap Victoria.
"Pasti, Kak." "Pasti akan aku anggap kau seperti itu. Karena kau adalah kakakku sampai kapanpun."
"Maggie, sepertinya kita harus segera pulang. Hari ini harus berkemas. Dan kita harus ke pelabuhan lebih awal," ucap Victoria.
"Kakak benar. Dan juga, udara di sini sangat dingin. Memang lebih baik kita pulang," balas Margareth.
"Kau tak ingin membeli sesuatu?" tanya Victoria
"Kakak membawa uang?" tanya Maggie balik.
Victoria mengangguk, "Ya, untuk jaga-jaga. Kita ke pasar sekarang, untuk membeli camilan."
"Siap!"
Mereka berdua membeli banyak makanan di pasar untuk persiapan pergi ke Zephyr. Dari sini, mereka membutuhkan setidaknya seminggu untuk sampai di sana dengan kapal.
Dan sesampainya di rumah, sudah ada beberapa orang yang menunggu di halaman. Mereka sepertinya berasal dari kerajaan jika dilihat dari pakaian yang mereka gunakan saat ini.
"Mohon maaf, sedang mencari siapa?" tanya Victoria.
"Apa benar ini adalah rumah Nona Victoria?" tanya si pria paruh baya.
"Iya, benar. Saya adalah Victoria. Silahkan masuk ke dalam."
Pria paruh baya itu mengikuti pemilik rumah. Dan kini dia sampaikan apa yang menjadi tugasnya.
"Sebelumnya saya minta maaf jika mengganggu waktu anda, Nona. Saya adalah Dawson Ji. Saya ke mari untuk melaksanakan tugas dari Yang Mulia Raja," ucapnya.
Victoria terkejut tentu saja, "A—apa? Yang Mulia Raja?"
"Pria yang anda tolong beberapa hari yang lalu, beliau adalah Yang Mulia Raja Arthur," balas Jenderal Ji.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Missing Princess
FantasiKehidupan Victoria selama 4 tahun kebelakang baik-baik saja. Dia jalani kehidupan sebagai Rakyat Erden dengan tenang dan tanpa hambatan. Tapi semua itu berubah kala dia menolong seorang pria yang tanpa dia tahu bahwa itu adalah Raja dari tempatnya...