"Oh iya, Maggie. Kau benar-benar akan tinggal di sini?" tanya Josh.
Margareth menatap pria yang lebih tua. Kemudian mengangguk, "Sebenarnya Kak Vic pun telah memintaku. Tapi aku masih memiliki banyak pertimbangan, Kak."
Josh kernyitkan dahi, "Pertimbangan apa? Rumahmu dan Victoria bersebelahan, kan?"
"Kakak benar. Tapi aku tidak bisa meninggalkan rumahku begitu saja. Setelah rumahku terjual, aku baru akan benar-benar tinggal bersama Kak Victoria. Lalu uang hasil penjualannya bisa kami gunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari."
"Kau menjualnya? Tapi, bukankah itu adalah rumah tempatmu tumbuh? Bagaimana dengan kenangan di dalam sana?"
"Jika boleh jujur, kenanganku selama beberapa tahun lebih banyak di rumah ini. Ya, mungkin karena aku yang hidup sendiri dan Kak Victoria yang selalu menemaniku," terang Margareth.
"Kau benar. Jika tetap di rumah, kau pun akan kesepian meski Victoria tinggal di sampingmu."
Tak ada yang tahu jika kini ada banyak hal yang dipikirkan Josh. Termasuk tentang kejutan yang akan dia berikan untuk dua orang yang begitu berharga untuk hidupnya.
"Lagipula aku pun khawatir saat Maggie sendirian di rumah, Josh. Dia sering mengalami mimpi buruk. Jika dia sini aku bisa membangunkan dan menenangkannya," sahut Victoria.
"Kalian mengatakan hal yang benar. Jika Maggie di sini, kau pun tak akan merasa bosan. Dan Maggie juga akan memiliki seseorang yang bisa menjaganya. Ya, kalian saling menjaga seperti halnya saudara," ungkap Josh.
Oh! omong-omong mereka kini ada di depan rumah. Menikmati waktu malam yang tenang di perdesaan. Satu dua orang lewat menyapa mereka.
"Lalu, bagaimana jika kau rindu rumahmu? Kau tidak bisa ke sana, kan?" tanya Josh lagi.
"Sejujurnya aku masih bimbang, Kak. Tapi, saat kembali memikirkannya, Aku dan Kak Victoria adalah imigran. Dan kapan saja kami bisa kembali ke rumah kami, Kak Josh."
Josh baru ingat jika Victoria dan Margareth adalah imigran. Dan mereka pasti akan pulang ke tempat asal mereka. Dan itu berarti dia tak bisa lagi berkunjung ke mari. Tak ada alasan untuknya ke luar dari istana. Dan pasti banyak hal yang berubah dalam hidupnya.
"Halo kalian semua. Camilan malam sudah siap," sahut Victoria.
"Sudah jadi? Cepat sekali?" tanya Margareth tak percaya.
"Kalian lebih asyik bicara daripada membantu. Jadi pekerjaanku lebih cepat selesai," balas Victoria.
"Jadi artinya, jika aku atau Maggie membantumu, kami akan semakin menyusahkanmu, begitu?" rajuk Josh.
"Bukan aku yang mengatakan hal itu, oke. Itu adalah perkataanmu sendiri."
"Kalian masih bertengkar? Jika iya, aku akan habiskan sendiri camilannya," sahut Margareth.
"Oh! Maggie. Kau telah bersihkan tanganmu?" tanya Victoria.
"Belum..."
"Bersihkan dirimu. Setelah memakan camilan, tidur. Kau sudah berkeliling hari ini. Pasti sangat lelah."
"Tentu, Kak."
Tradisi sebelum tidur di Erden adalah menikmati camilan. Jadi mereka kini menyiapkan meja untuk berbincang hangat seraya menikmati waktu bersama. Ada beberapa jenis biskuit dan makanan ringan.
Biasanya mereka akan menikmati waktu sampai sebelum tengah malam.
.
.
Di tempat lain, di Istana lebih tepatnya. Sang raja tengah mencari putra pertamanya. Keadaannya membaik setelah beberapa hari ditangani secara intens oleh Dokter Kerajaan. Meski begitu, masih ada sang Jenderal pendamping dan juga selusin prajurit yang selalu mengawal sang raja.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Missing Princess
FantasíaKehidupan Victoria selama 4 tahun kebelakang baik-baik saja. Dia jalani kehidupan sebagai Rakyat Erden dengan tenang dan tanpa hambatan. Tapi semua itu berubah kala dia menolong seorang pria yang tanpa dia tahu bahwa itu adalah Raja dari tempatnya...