04. IRON MAN RIBUT

29 23 0
                                    

"KEN SINI LO!"

"TURUN LO SEKARANG!"

"BAYAR KAS ATAU GUE GOROK LEHER LO!"

Suara teriakan Mecca menggema di setiap sudut ruang kelas. Cewek itu membawa sebilah pisau ditangannya. Tatapan mautnya tak pernah lepas dari sosok Ken yang sekarang sedang berlarian dari meja satu ke meja lain. Ken benar-benar menelan ludahnya susah payah. Panik jika Mecca menyalahgunakan pisau yang akan digunakannya untuk praktek nanti. Terlihat sadis memang bendahara satu ini.

Esky dan Vero yang baru saja datang hanya geleng-geleng kepala melihat kelakuan bendahara dan sekertaris kelasnya itu. Sama-sama mempunyai jabatan namun tak pernah bisa akur. Kedua cowok itu lalu menghampiri Ibra dan Arey yang tengah sibuk dengan beberapa buku.

"Baru dateng lo Ver?" tanya Ibra.

"Biasa gue kan murid teladan." Vero mengeluarkan buku tulis dan satu buah pulpen. "Nyontek Kimia"

"Si anying dateng-dateng minta contekan," sewot Arey.

"Gue nggak ada urusan sama lo ya. Gue kan mintanya ke Ibra." Vero menatap binar Ibra. Ibra yang sudah tau niat terselubung Vero itu hanya memberikan buku PR-nya dengan malas.

"Itu mereka kenapa lagi si?" Esky menatap Ken dan Mecca silih berganti. Sedikit ngeri melihat pisau yang dibawa Mecca.

"Kayak nggak tau aja lo, Ky. Biasa urusan duit." Kini pandangan Arey ikut tertuju pada Ken dan Mecca.

"Ya Allah Mec, sadis bener lo. Ngeri gue sama pisau lo itu." Ken berhenti di meja paling pojok. Napas cowok itu terengah-engah.

"Bacot! Bayar kas cepet! Gue capek abis panas-panasan malah disuruh ngejar tirex." Mecca menatap tajam Ken.

"Siapa yang lo bilang tirex?"

"Lo lah, pake acara nanya lagi."

Ken dan Mecca saling beradu tatapan tajam. Namun, Ken membelalakkan matanya saat menyadari mata tajam Mecca mulai berkaca-kaca. Gadis itu terlihat ingin menangis walaupun masih mempertahankan egonya. Ia tidak mau terlihat lemah dan membiarkan Ken lepas begitu saja tanpa memberikan uang kas.

"Mec." Ken turun dari atas meja. Cowok itu menghampiri Mecca lalu menyerahkan dua lembar uang sepuluh ribuan.

"Ini. Nggak usah kembalian buat nutupin kas gue yang bolong," ujarnya pada Mecca.

"Dari tadi kek. Buang-buang tenaga!"

Mecca merampas uang itu dengan kasar. Ken bisa melihat jelas pipi gadis itu mulai basah karena air mata. Mecca sedikit terisak. Masih dalam keadaan menyembunyikan tangisnya walaupun sepertinya percuma. Gadis itu berbalik lalu duduk di samping Willy yang masih tidak percaya melihat seorang Mecca menangis.

"Hayoloh hayoloh!" Arey ikut mengompori suasana kelas yang tiba-tiba hening.

"Kasian anak orang Ken. Minta maaf kek lo!" timpal Ibra.

Ken menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Cowok itu masih tidak bergerak dari tempatnya. Gengsinya terlalu besar untuk meminta maaf pada Mecca.

"Udah sono cepetan!"

Dengan amat terpaksa Ken berjalan menuju meja Willy. Gadis itu sedari tadi berusaha menenangkan Mecca yang terus mengomel dengan mata sembab.

"Mec." Mecca mendongak. Mendengus kesal melihat Ken berdiri dihadapannya.

"Apa?" Nada Mecca menyarkas.

"Maaf!"

"Gue minta maaf!"

Mecca menganga tak percaya pada apa yang dilakukan cowok itu. Ken merogoh sakunya, mengeluarkan sebatang coklat lalu menaruhnya di depan Mecca.

"Buset! Itu nembak apa minta maaf? Pake coklat segala." Arey bersorak heboh membuat Ibra menutup kupingnya rapat-rapat.

FAMOUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang