06. GADIS ITU?

22 19 0
                                    

"Pokoknya nih ya, jangan suka kemana-mana sendiri deh. Apalagi kalo sekolah lagi sepi."

"Lo mah yang bener aja Will. Jangan nakut-nakutin gitu ih."

Willy berdecak malas. "Gue denger sendiri dari alumni."

Wajah Mecca mendadak tegang, begitupun dengan Esky, Ibra dan Arey yang sedari tadi diam menyimak. Jam terakhir ini kelas mereka sedang kosong. Hal itu digunakan Willy untuk menyebar gosip yang ia dapat dari kakel lulusan taun lalu. Apalagi kalau bukan unsur mistis yang menyelubungi sekolah. Topik paling famous untuk dibicarakan.

"Ngaco!" Ken tiba-tiba menyela. Cowok itu baru saja selesai melepas petikan senar dan langsung ikut nimbrung di meja depan. Tak lupa ia mencomot toples berisi keripik apel di tangan Ibra.

"Mana ada kayak gituan. Lo cuma dikibulin kakel."

"Dih! Orang saksi telinganya banyak pake banget. Mereka itu sering denger suara orang ketawa di koridor lab smariksa," balas Willy.

"Tapi emang koridor lab itu arahnya ke gudang perlengkapan. Jadi wajar kalo sepi dan mungkin aja ada penunggunya." Ibra ikut menimpali.

"Lo percaya Ib? Sumpah gue nggak expect banget si modelan lo percaya sama yang begituan."

Arey menjitak kepala Ken. "Dodol emang! Justru modelan Ibra pasti tau banget soal hal-hal gaib. Bapaknya aja sering ngerukyah. Kita kan hidup berdampingan."

Mecca mengusap lengannya gusar. "Gue nggak mau lagi pokoknya disuruh Pak Fuad ngambil bola basket. Masi mending denger suara, kalo udah penampakan bisa semaput gue ya Allah!"

"Galak doang nagih kas. Sama gituan aja aslinya takut," gumam Ken pelan.

"Gue nggak tuli mon maap. Dari pada bacotin gue nggak jelas mending bayar tu kas lo yang nunggak." Mecca melempar buku tebal bertuliskan sejarah. Ken hanya meringis sinis.

"Dimana-mana sekolah itu pasti ada ceritanya. TK gue aja bekas kuburan." Ibra terkekeh pelan.

"Yang kayak gini nih yang sering gue denger. Bekas kuburan lah, rumah sakit lah, bangunan Belanda lah gedek gue sumpah. Kaga ada yang lain apa? Bekas tambang emas kek. Kan auto kaya kita kalo gitu," cerocos Arey.

Willy menepuk jidat. "Itu mah yang kaya sekolah, bukan kita. Yakali kita kebagian."

"Ya kan siapa tau Will."

"Gosip mulu kurang 10 menit pulang nih woy." Ken beranjak mengambil tasnya.

"Gitar gue mana?"

"Oh iya lupa gue." Ken mengambil sebuah gitar yang tergeletak di lantai lalu memberikannya pada Esky. "Nih makasih ya, besok gue pinjem lagi."

"Mau gue pinjemin ke dekel. Besok ambil aja ke dia."

"Siapa?"

"Deco anak 11 sainkes."

"Lo beneran mau kesana, Ky? Kita abis ghibahin koridor lab padahal. Berani bener lo," sahut Arey. Ia dan yang lainnya masih enggan bergerak dari tempat semua.

"Santai aja kali. Cuma lewat dikit."

"Palingan juga setannya yang ketempelan lo kaya cewek-cewek smariksa anjay. Ati-ati lo Ky di pelet mbak kunti," balas Arey cekikikan.

Esky reflek tertawa menampilkan deretan giginya. Arey yang baru menyadari sesuatu itu pun melongo. Begitupun dengan yang lain. Sungguh momen langka bagi mereka melihat Esky tertawa Renyah. Biasanya cowok itu tertawa hanya setengah-setengah. Tapi kali ini? Benar-benar perfect.

"Kalian duluan aja. Gue agak Lamaan." Esky lalu menghilang dari balik pintu.

"Njir tumbenan amat." Arey mengucek matanya yang mulai pedas akibat lupa berkedip.

FAMOUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang