10. MISI GAGAL

10 6 0
                                    

"Mana sih!"

Ziva menatap intens sekitar. Netranya cermat mengamati pergerakan setiap siswa yang baru saja keluar dari arah gerbang. Satu persatu siswa mulai meninggalkan area sekolah. Namun, gadis itu belum menemukan sosok yang sedang dicari-cari. Matanya yang sudah lelah itu mulai teralihkan. Menghela napas gusar pada oknum yang tak kunjung ditemukannya itu.

Ziva terkulai lesu. Ia mendaratkan tulang ekornya tepat dibawah sebuah pohon dengan sepatu sebagai alasnya. Sungguh tidak elit bagi Ziva melakukan hal ini. Tahta spring bed miliknya sekarang tergantikan oleh sepatu yang bahkan sudah kotor terkena debu. Gadis itu sudah seperti seorang pengemis di pinggir jalan. Apalagi dengan kondisi seragam yang kusut karena beraktivitas seharian.

"Gue kek gembel sumpah!"

"Lima menit lagi dia nggak nongol, oke gue pulang jalan kaki."

"Eh, tapi masa jalan kaki sih. Rencana makan tuan kalo gitu."

Ziva tetap menunggu. Sudah tiga menit berlalu keadaan masih tidak berubah. Ziva ingin menyerah saja. Percayalah! Ziva rela menolak jemputan supir pribadinya hanya untuk menjalankan sebuah siasat, berdiri menunggu Esky seorang diri dengan harapan cowok itu peka lalu memberikannya tumpangan.

"Konyol banget. Bisa nggak pulang gue kalo terus-terusan di sini."

Gadis itu berdiri dengan perasaan kesal. Ia memasang kembali sepatunya dan berniat ingin pergi.

Namun, ekor mata Ziva seketika memicing kala melihat Esky yang baru saja mengeluarkan motornya. Gadis itu mengulas senyum, mengurungkan niatnya untuk pergi.

"Minimal iba terus gue di tumpangin, amin ya Allah!"

Motor Esky mulai mendekat ke arah Ziva berdiri. Tanpa Ziva sangka, Esky hanya berlalu begitu saja. Cowok itu bahkan tidak meliriknya walaupun hanya sekilas.

Merasa usaha menunggunya sia-sia, Ziva menghentakkan kakinya keras. Rencananya hari ini sangatlah buruk. Kalo tau begini lebih baik dirinya pulang bersama supir. Memang mengharapkan Esky hanyalah sekedar fiksi.

"Gue pulang ke rumah Zua aja deh."

Ziva kali ini benar-benar pergi. Ia menuju rumah Nazua yang tidak terlalu jauh dari area sekolah. Butuh waktu sekitar sembilan menit jalan kaki untuk sampai kesana. Huh! Ini lebih baik daripada harus berjalan kaki setengah jam untuk pulang kerumahnya sendiri.

Sebuah rumah minimalis dengan kolam ikan di depannya itu mulai terlihat oleh mata Ziva. Menghela napas lega akhirnya dirinya bisa beristirahat setelah ini. Masa bodo jika ia tak menghubungi Nazua terlebih dahulu. Sekarang ini yang lebih penting adalah menegakkan tulang punggungnya pada sofa empuk milik Nazua.

Ziva mulai mengetuk pintu rumah Nazua. Tidak ada sahutan, namun tak lama kemudian Nazua menyembul dari balik pintu dengan handuk yang melilit kepalanya.

"Ngapain?" Ziva memutar bola matanya malas. Bukannya disuruh masuk, Nazua malah memberikan pertanyaan yang sukses membuat Ziva menoyor gundukan kecil di kepala Nazua.

"Gue kangen sama sofa hello kitty lo!"
Ziva yang geram itu pun menyelonong masuk kedalam rumah Nazua tanpa permisi.

"YA AMPUN ZIVA! RAMBUT GUE!" Nazua berteriak histeris. Ia masih berdiri di ambang pintu untuk membenarkan lilitan handuknya yang rusak. Sementara Ziva, gadis itu sudah mendaratkan tubuhnya dengan lega pada sofa lucu bernuansa putih dan pink.

"Lebay!" Ziva mengambil segelas aqua di meja lalu menusuknya dengan sedotan.

"Tingkat kesopanan sangat minus. Main duduk-duduk aja lo Ziv, yang punya masih berdiri juga," omel Nazua. Ia menyilangkan kedua lengannya sebelum akhirnya ikut duduk bersama Ziva.

"Eh bentar-bentar, lo kok belum ganti baju sih. Perasaan kita udah pulang sejam yang lalu deh."

Ziva meletakkan aqua ditangannya ke atas meja. "Gue dari tadi nggak pulang asal lo tau."

"Wait wait! Lo kenapa nggak pulang gila! Udah sore gini malah nyasar ke rumah gue. Digondol wewe baru tau rasa lo," cecar Nazua.

"Gue nggak bakalan kayak gini kalo rencana gue semulus harapan gue Zua. Males banget jadi gembel di pinggir jalan kalo nggak demi di tumpangin sama Esky!"

"Emh kebiasaan nih! Pasti gara-gara rencana bego lo kan."

"Bukan bego bestie! Tapi ber-ju-ang oke!" Ziva tersenyum gemas.

"Lo ngelakuin apa sih sampe rela nggak pulang gini?" tanya Nazua.

"Gue tadi nungguin Esky keluar gerbang satu abad sendiri Zua. Gue nunggu di pinggir jalan sendirian dengan harapan seluas samudera pasifik, dia nebengin gue terus kita pulang bareng deh, boncengan."

Ziva menghirup napas dalam-dalam, kembali melanjutkan ucapannya.

"Tapi nyatanya apa? Dia ngelirik gue aja nggak. Bayangin! Gue sendirian di tepi jalan sore-sore dengan keadaan sekolah yang udah sepi, terus dia lewat gitu aja bawa motornya. Sialan!"

"Bego nih beneran. Lo berharap di tebengin sedangkan selama ini belum pernah ada cewek yang berhasil nyentuh jok belakang motor Esky. Satu sekolah juga tau kali."

"Gue mau jadi yang pertama. Tapi ya, emang butuh effort lebih aja."

"Udah tau butuh effort lebih makanya lebih dramatis dong. Spek berdiri doang ditepi jalan mana mau ngelirik dia. Ekting dikit kek lo!"

"Gue panas-panasan gitu udah termasuk ekting kali. Emang belum berhasil aja. Tapi gue nggak bakalan nyerah. Dua kali lagi dengan rencana yang sama gue pasti berhasil jadi cewek pertama yang pulang bareng Esky!"

"Yakin?"

"He em!"

"Oke, gue tunggu kabar baik dari lo bestie."

______________________________________

Cewek gila mana yang modelannya kayak ziva? 😭

Tapi ternyata ada juga yang lebih gila dari Ziva, siapa ya?

Secret and just wait 🤫

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 26 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

FAMOUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang