07. TANTANGAN BHIKY

27 17 0
                                    

Malam ini hujan turun deras. Hawa menjadi lebih dingin dari biasanya. Jam menunjukkan pukul 21.00 namun Esky masih berkutat dengan buku tebal dihadapannya. Buku dengan cover bernuansa hitam putih itu bertuliskan matematika.

Sebuah buku yang pastinya menjadi momok tersendiri bagi para pelajar. Matematika alias mematikan. Mapel yang sepertinya memiliki pembenci dengan persentase paling tinggi. Apalagi dengan kondisi buku yang setebal itu. Baru melihatnya saja sudah membuat orang lari.

Tentu saja Esky adalah kalangan mereka. Ia kurang menyukai matematika maupun pelajaran lainnya yang berbau angka. Terkadang cowok itu heran dengan Ibra yang sangat cinta terhadap fisika. Ntah mendapat nilai tinggi atau bahkan rendah dibawah KKM, hal itu tidak menyurutkan cinta Ibra kepada fisika sedikit pun.

Drrttt....

Drrttt....

Sebuah notifikasi video call berbunyi atas nama Bhiky. Esky melengos, enggan mengangkat panggilan yang sudah berkali-kali membuat handphone-nya berdering itu. Ia mencoba fokus pada buku di hadapannya walaupun sudah dilanda lelah. Mata cowok itu mulai berkunang-kunang. Muak dengan jejeran angka-angka yang ada di sana.

Sudah dua menit lamanya handphone itu tetap berdering. Di sana masih terpampang jelas notifikasi video call dari oknum yang sama. Bising yang tak kunjung berhenti itu pun membuat jemari esky dengan terpaksa mengangkat panggilan dari Bhiky.

"Lama banget."

Dua kata yang terlontar dari mulut Bhiky itu langsung di sambut tatapan tajam milik esky. Sinyal malam ini sepertinya sangat lancar. Terlihat jelas Bhiky sedang mengisap sebatang rokok ditangannya.

"Ada perlu? Cepetan ngomong!" tanya Esky to the poin.

"Santai dong! kita ngobrol-ngobrol dulu biar asik." Bhiky terlihat menghembuskan kepulan asap rokok dari mulutnya.

"Langsung aja. Gue nggak ada waktu!" Nada bicara Esky menyarkas.

Bhiky menaikkan satu alisnya sembari tertawa pelan. "Sok banget nggak ada waktu," ujarnya.

"Nggak usah bacot buruan ngomong!"

Memang benar kata Ibra. Menanggapi Bhiky sebenarnya hanya buang-buang tenaga buat emosi. Kerap kali Esky terpancing oleh omongan cowok itu hingga berakhir dengan perkelahian. Hal itu sudah pasti ikut menyeret nama Esky kedalam ruang BK.

"Gue cuma mau ngajak lo tanding taekwondo besok sepulang sekolah. Gimana?" tantang Bhiky.

Sebuah tantangan yang sudah biasa bagi Esky. Bhiky mengajaknya bertanding hanya untuk membuktikan siapa yang lebih hebat antara dirinya atau Esky. Cowok itu tidak akan puas sebelum membuat Esky tumbang dalam pertandingan.

"Nggak, gue sibuk! Lo cari anak taekwondo lain buat ajak tanding!" tolak Esky.

"Kenapa? Lo takut kalah? Cuih! emang dasarnya lo itu cupu dari dulu." Bhiky kembali menghisap batangan rokoknya yang hampir habis.

"Kalah? Bukannya lo yang suka kalah tanding sama gue?" Esky memutarbalikkan pertanyaan. Sekaligus memutarbalikkan fakta yang sebenarnya.

"Nggak ada ceritanya gue kalah sama lo Ky. Ini cuma perihal keberuntungan aja. Kali ini gue pastiin keberuntungan itu bakalan berpihak ke gue. Gue yang bakalan menang tanding."

"Gue rasa pertandingan ini nggak penting kalo cuma perihal adu kehebatan."

"Wow! Ini yang katanya juara sekolah? Kebanggaannya smariksa?Baru diajak tanding aja udah mundur. Lo cemen bro!" Bhiky membalikkan satu jempolnya dengan bibir tersungging miring.

"Nggak ada yang perlu dibuktiin dari sebuah kehebatan. Kita masih sama-sama belajar. Kalo mau adu kehebatan mending lo tanding sama sabeum. Dia jauh lebih jago daripada gue," terang Esky.

"Ck, nyali ciut berkedok otak sok bijak. Lo beneran se-cupu ini Nerima tantangan gue Ky?"

Esky benar-benar menahan gejolak dalam dirinya. Kata-kata Bhiky berhasil menyalakan kobaran api dalam raga cowok itu. Emosi yang ditahannya kini ikut tersulut. Berusaha untuk tidak meladeni apa yang dikatakan Bhiky sepertinya nihil. Bukan Esky namanya jika hanya diam saja ketika direndahkan.

"Seyakin itu lo mau tanding sama gue?" Kesabaran Esky sudah diambang batas. Ia menyorot tajam pada mata Bhiky.

"Really! Gue nggak pernah main-main sama ucapan gue!" Bhiky menekankan penuh kalimatnya.

"Fine. Berhubung gue orang bijak yang nggak mau memperpanjang bacotan nggak guna ini. Gue terima tantangan lo, Bhiky!"

"Oke deal. Besok gue tunggu ditempat biasa! Kalo lo sampe nggak dateng, gue anggep lo nggak gantle."

Bhiky mematikan panggilannya sepihak. Esky lalu melempar asal handphonenya itu ke atas nakas.

••000••

"Loh, mama belum tidur?"

Wanita paruh baya itu menoleh. Tersenyum hangat ketika mendapati putra semata wayangnya menghampiri dengan secangkir kopi ditangannya.

"Hm, mama belum ngantuk kayaknya. Kamu sendiri malem-malem bikin kopi buat apa bukannya tidur?"

"Biar nggak ngantuk ma. Mau otw tanding sama MTK soalnya." Esky tertawa pelan. Cowok itu lalu meneguk secangkir kopi yang dibawanya.

"Jangan begadang le! Kalo belum selesai di lanjutin lagi besok. Bangun jam tiga sholat tahajjud, baru di terusin belajarnya," tutur Bu Nala, mama Esky.

"Iya, siap melaksanakan saran. Percuma bikin kopi kalo gini."

Bu Nala terkekeh. "Nggak papa biar mama minum."

"Mama juga nggak boleh begadang. Nanti nggak tidur lagi sampe subuh." Esky menjauhkan secangkir kopi di depannya dari hadapan Bu Nala.

"Kamu pasti tau kan alasan mama begadang?" Bu Nala menatap sendu putra semata wayangnya itu.

Esky menghela napas. "Ma, kesehatan mama itu jauh lebih penting. Esky nggak mau mama kenapa-kenapa cuma karena nungguin sesuatu yang nggak pasti."

Bu Nala menatap kosong layar TV yang tidak menyala. "Tiap malem mama duduk di sofa ini sampe ketiduran. Nyatanya nggak ada yang berubah Ky. Semua sama aja kayak waktu awal."

Esky menggenggam erat tangan sang mama. "Mama nggak usah mikirin hal itu lagi. Dunia mungkin bisa ngebawa seseorang jauh dari kita bahkan dari Tuhan sekalipun. Tapi satu yang harus mama inget, kita punya doa yang lebih kuat dari segalanya."

Bu Nala diam sesaat. Ia menatap lekat mata Esky. Esky dapat melihat jelas mata indah sang mama kini mulai berkerut diselimuti mata panda. Bu Nala pasti sudah sering melewatkan waktu tidur malam. Esky lalu mendekap Bu Nala agar bersandar pada dada bidangnya. Berharap wanita itu sedikit lebih tenang sekarang.

"Mama tenang aja. Kita cuma butuh sabar sedikit lagi.

______________________________________

Hai hai, apa kabar?

Kira-kira mama Esky kenapa ya?
Terus maksud kata-kata Esky juga rahasia banget kayaknya

Dunia ngebawa seseorang jauh dari Tuhan? (⁠。⁠•́⁠︿⁠•̀⁠。⁠)

Ayo, ditunggu part selanjutnya!

FAMOUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang