03. DRAMA VERO TELAT

43 27 20
                                    

"Anak-anak, saya sudah berulang kali mengingatkan perihal masalah sampah. Tolong jika ingin membuang sampah pisahkan mana yang organik dan mana yang anorganik. Sampah-sampah itulah yang nantinya akan kita daur ulang kembali agar menghasilkan manfaat."

Suara mikrofon dari bapak kepala sekolah menggema di setiap sudut lapangan upacara milik SMA Antariksa. Beliau sedang memberikan amanat pada upacara yang dilaksanakan setiap Senin pagi itu.

Berbagai ekspresi siswa dapat ditemukan pada tiap-tiap barisan upacara. Kebanyakan dari mereka hanya menguap dengan kaki yang tidak bisa diam, lelah akibat berdiri terlalu lama. Tak sedikit juga dari mereka yang malah asik mengobrol sendiri.

Seperti sekarang ini, Ziva asik menendang-nendang kaki Nazua yang baris disebelahnya. Cewek itu sedang dilanda kegabutan. Bosan dengan amanat upacara yang sedari tadi tak kunjung tamat. Laki-laki bertubuh tegap dengan rambut yang didominasi uban itu masih dengan semangatnya menyampaikan rentetan kalimat penuh makna. Tidak kenjung memberikan tanda-tanda akan purnanya amanat.

"Ziv! Diem kek lo!" Nazua menatap malas pada teman karibnya itu.

"Bosen."

"Ya terus? Ngapain lo noel-noel kaki gue sih!"

"Nggak papa si. Biar sepatu baru lo kenalan sama sepatu gue." Ziva tersenyum manis, memperlihatkan deretan giginya.

"Ish udah berhenti! Kotor sepatu gue nanti." Nazua gemas sendiri dengan perlakuan Ziva yang tak kunjung berhenti. Ide cemerlang muncul pada benak gadis itu. Nazua dengan kerasnya balik menendang kaki Ziva hingga membuat gadis itu sedikit terhuyung ke depan.

"Zua! Kok lo gitu sih!"

"Diem makanya dodol!"

"Kotor sepatu branded gue gara-gara lo!" cibir Ziva tak terima.

"Imbas dong! Sepatu gue kotor sepatu lo juga kotor." Nazua tersenyum penuh kemenangan.

Ziva mencebikkan bibirnya kesal. Ia tak lagi menendang-nendang kaki macan betina disampingnya itu. Dengan wajah sungut Ziva mengalihkan pandangannya ke arah lain. Seketika itulah bibirnya kembali mengulas senyum tipis. Senyum penuh arti yang sepertinya menggambarkan isi hati gadis itu.

"Ngapain lo senyum-senyum? Kek orgil," ucap Nazua.

"Kali ini nggak papa lo ngatain gue orgil Naz, gue ikhlas!" Senyum Ziva semakin mengembang jelas. Nazua yang penasaran pun akhirnya mengikuti arah pandang Ziva. Mencari apa yang sebenarnya membuat gadis itu senyum-senyum tidak jelas.

"Hm pantesan," gumam Nazua ketika menyadari bahwa objek yang sedang diamati Ziva adalah Esky.

Cowok itu berdiri tidak terlalu jauh dari barisan Ziva dan Nazua. Kedua gadis itu dapat melihatnya dengan jelas lantaran tinggi Esky yang lebih menonjol dari anak-anak lain.

"Ganteng banget ga si dia tu." Ziva terus saja mengatakan hal yang sama hingga membuat Nazua geleng-geleng kepala.

"Gantengan bias gue juga!"

"Ih gada gada! Gantengan Esky gue!"

"Esky gue Esky gue emang lo siapanya hah?" Hati Ziva serasa tertusuk mendengar fakta yang terlontar dari mulut Nazua.

"Lo mah gitu. Dukung gue jadi calonnya Esky kek."

"Dukung si dukung. Tapi lo harus inget, tipenya Esky itu susah ditebak. Mending nggak usah ngarep lebih deh!" Nazua memberikan saran.

"Jangan ngomong gitu elah! Gue pasti bisa dapetin dia!"

"Lo tau sendiri kan Esky itu nggak pernah deket sama cewek manapun. Gue jadi heran sama tu cowok."

FAMOUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang