"Lo yakin Ky?" Regan terus merecoki cowok di sampingnya itu dengan pertanyaan yang sama.
"Nggak ada pilihan. Gue males debat sama dia."
"Gue juga males liat muka si munyuk songong itu. Gedek gue sumpah!"
Seperti permintaan Bhiky semalam, Esky datang untuk memenuhi tantangannya. Bell pulang sudah berlangsung sejak dua jam yang lalu. Dapat dipastikan area sekolah kini sudah sangat sepi. Hanya tersisa teman-teman Bhiky dan beberapa anak taekwondo yang akan menengahi sekaligus menyaksikan mereka bertanding.
"Gitu dong, dateng." Bhiky sudah bersiap dengan dobok beserta sabuk merah yang melingkari pinggangnya. Tak lupa hiasan tangan yang selalu Bhiky bawa. Sebatang rokok yang hampir tandas.
"Cemen banget bawa antek-antek. Esky dong bos, sendirian. Baru gentle!" cibir Regan.
"Bacot. Lo ngapain ngintilin Esky nyampe sini hah?"
"Lah, wajar dong. Gue kan anak taekwondo. Jadi, gue harus ikut menengahi pertandingan ini. Gitu doang pake nanya." Regan membalas tak mau kalah.
"Tuh. Munyuk-munyuk di belakang lo ngapain ikutan?" lanjut Regan. Telunjuknya mengarah pada teman-teman Bhiky yang serentak menggunakan jaket kulit.
"Bodoh. Mereka itu bakalan jadi saksi kemenangan gue ngelawan Esky." Bhiky menyeringai puas.
"Dih! PD amat lawan lo Ky." Regan berbisik pelan. Esky hanya meliriknya sekilas.
"Perhatian-perhatian!"
Seruan itu berhasil mengalihkan atensi orang-orang untuk mendekat. Di sinilah mereka berkumpul sekarang, outdoor di sebelah lapangan basket yang sudah dilapisi matras. Wasit yang akan menengahi pertandingan sore ini adalah Bastian. Ia sudah bersiap untuk membacakan peraturan selama pertandingan berlangsung.
"Oke, seperti biasa. Kita tanding tanpa protector dan layar poin karena ini bukan pertandingan resmi. Kita gunain poin manual yang akan dicatat oleh Arav dan Zyo. Arav Zyo tolong lebih teliti saat memberikan nilai." Bastian menyampaikan instruksi pertandingan sore ini. Arav dan Zyo yang bertanggung jawab memberikan penilaian pun mengangguk paham.
"Baik, silahkan bersiap di posisi masing-masing!"
Esky dan Bhiky segera menuju ke tengah matras. Tangan Esky sibuk membenarkan sabuk merahnya yang sedikit longgar. Tepukan tangan mulai terdengar di telinga cowok itu. Ia menatap lurus, mensejajarkan pandangannya dengan Bhiky. Sorot kebencian dapat Esky lihat pada kedua mata lawannya itu.
"Gue, Arav sama Zyo disini netral. Jadi, kita akan memberikan poin kemenangan murni seadil-adilnya," ujar Bastian.
"Gue percaya sama lo Bas." Bastian hanya mengangguki perkataan Esky sebagai jawaban.
"Ntar kalo menang suruh Esky ikut tawuran Bhik!" pekik Moren. Disampingnya terdapat Galan yang hanya memberikan jempolnya sebagai dukungan.
"Seru juga ide lo Mor. Gimana?" Bhiky beralih menatap Esky.
"Nggak akan!"
Regan yang sedari tadi hanya diam kini mendekat menghampiri teman karibnya itu. Ia menepuk-nepuk pundak Esky. Seolah kalimat tersirat agar Esky tak menghiraukan omong kosong sekawanan monyet di depannya. Regan lalu membisikkan sesuatu ke telinga cowok itu.
"Inget mama lo aja Ky."
Regan lalu mundur karena pertandingan akan dimulai. Cowok itu terkadang heran dengan sikap Bhiky yang terus mengusik kehidupan Esky. Walaupun sudah berteman lama, Regan masih tidak mengerti masalah utama yang ada diantara mereka. Begitu pun dengan Ibra, Ken, Vero dan Arey.
KAMU SEDANG MEMBACA
FAMOUS
Teen FictionSiapa sangka bidadari salju milik SMA Antariksa berhasil membuat Esky, cowok dengan segudang prestasi taekwondo jatuh ke dalam lubang asmara. Ziva, gadis yang sedang memainkan taktik untuk mendapatkan cinta sang pujaan hati. Dibalik itu ternyata Esk...