05. KING ONAR

29 22 0
                                    

"Gue bawa rendang bikinan bunda. Cobain deh! Pasti enak."

"Esky, gue bawa nasgor buatan gue sendiri pake toping baso goreng. Ini spesial buat lo."

"Enggak-enggak! Terima rendang gue aja Esky, buatan camer dijamin lebih spesial dari nasgor Dhikari."

"Alah camer tai kucing!"

"Lo ngatain bunda gue tai kucing hah?"

"Dih enggak. Lo tu yang tai kucing."

Esky berdiri di ambang pintu kelas. Cowok itu enggan berkutik dengan apa yang dilakukan dua gadis gila di depan kelasnya. Esky melirik sekilas pada jam tangannya, pukul 06.12. Sepagi buta ini dirinya sudah dihadapkan dengan perdebatan konyol dua orang gadis yang bahkan tidak dikenalinya itu.

Menyesal datang pagi, itulah yang dirasakan Esky sekarang. Seharusnya ia dapat merasakan ketenangan datang ke sekolah sepagi ini. Nyatanya hal itu sudah terusik oleh kehadiran Rania dan juga Dhikari. Dua gadis itu sedang berebut memberikan bekal istimewanya kepada Esky.

"Udah Esky terima punya gue aja." Rania menyodorkan paksa kotak makan berwarna hijau toska.

"Mending nasi goreng gue. Lo pasti belum sarapan kan? Nah cocok banget nih buat dimakan pagi-pagi." Tersenyum lebar, Dhikari ikutan menyodorkan kotak makan kayu kepada Esky.

"Gue udah sarapan."

Raut wajah Dhikari mendadak murung. Lain dengan Rania yang kini malah tertawa puas. Ia kembali menawarkan bekalnya.

"Rendang gue enak banget buat makan siang nanti. Lo bisa hemat uang jajan kalo terima bekal yang gue kasih. Ayo dong Esky!"

"Heh mbak cepol ketinggian! Mau dia kagak hemat sekalipun juga nggak bakalan kurang tu uang jajan," seru Vero dari dalam kelas.

Rania hanya melirik sinis. Apa kata Vero barusan? Cepol ketinggian? Huh! Dia tidak tau saja kalo itu sedang trend.

"Gue udah sarapan dan gue udah bawa bekal buat makan siang nanti. Jadi, maaf gue nggak bisa terima." Esky kembali masuk kedalam kelas. Rasanya sudah cukup menonton drama pagi ini yang sepertinya sia-sia.

"Yah ... Percuma dong gue bikin nasgor subuh-subuh."

"Gue juga gagal nyuruh calon mantu bunda buat nyobain masakannya." Rania masih memandangi Esky yang mulai fokus dengan benda persegi di tangannya.

"Tau ah sebel. Mending gue makan sendiri. Gue belum sarapan dari tadi."
Dhikari beranjak pergi meninggalkan Rania yang masih enggan beralih dari tempatnya.

Rania menghela napas, ia tidak ingin bekalnya sia-sia. Gadis itu juga sudah sarapan dan membawa bekal sendiri untuk makan siang. Lalu siapa yang akan menghabiskan bekalnya yang gagal diberikan kepada Esky?

Dengan gusar Rania memutar langkah, hendak pergi. Saat itulah dirinya berpapasan dengan Ibra yang baru saja datang dengan seragam lengkap dan rambut yang disisir rapi. Anak teladan memang. Tanpa pikir panjang Rania menyodorkan paksa kotak bekalnya kepada Ibra.

"Eh wibu. Dari pada bekal gue sia-sia mending lo makan deh. Temen lo nggak mau nerima soalnya. Lo nggak suka hal yang mubazir kan? Mending gue kasih ke lo biar guna. Sekian terima kasih pak ustadz."

Rania melanjutkan langkahnya. Ia bernapas lega sekarang. Sangat disayangkan jika rendang yang ia bawa terbuang sia-sia. Dari pada mubazir, lebih baik memberikannya kepada Ibra bukan?

"Btw gue bukan wibu."

Rania yang belum melangkah terlalu jauh itu membalikkan badannya. "Lo pake kacamata dan lo wibu."

••000••

Ting ting ting!

Bunyi alarm khas itu mulai menjalar ke seluruh penjuru smariksa. Sudut-sudut koridor kini mulai ramai dipenuhi para siswa yang sedang berlalu-lalang. Tempat utama yang dituju tak lain adalah kantin. Tidak sedikit juga dari mereka yang lebih memilih membuka bekal bersama-sama. Ah! Seindah itu memang masa SMA.

FAMOUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang