"Ky, cepetan kek lo! Lama nih gue nunggu."
"Lo pikir jalan nggak pake waktu?"
"Ya makanya buruan dodol!"
"Lima menit lagi."
"Ingin ku berkata kasar. Kaki gue lama-lama kesemutan anjeng!"
"Mau gue sumpel mulut lo Rey? Biar ga nambah dosa terus."
"Salahin mulut gue aja Ky, jangan gue! Gue kan nggak tau apa-apa."
"Lo yang punya mulut masalahnya."
"Cepetan ya Allah. Merinding gue lama-lama diparkiran. Mana sepi lagi."
"Makanya gausah bacot. Ntar dia denger. Bentar lagi gue nyampe."
"Dia si-"
Esky mematikan panggilannya sepihak. Cowok itu sedang berjalan di koridor sembari mengotak-atik handphone. Hari ini Arey memang berniat nebeng Esky. Namun, karena Esky masih ada pertemuan ekskul setelah pulang sekolah, Arey terpaksa harus menunggunya.
Esky melangkah tergesa-gesa, menyusuri koridor sepi dan sunyi. Sesekali ia membalas cat dari Arey yang terus meronta-ronta. Esky menatap malas benda pipih di tangannya. Matanya yang tak fokus melihat ke arah depan itu reflek membuatnya menabrak seseorang dari arah yang berlawanan.
Bruk!
"Maaf, gue nggak sengaja!"
Esky membenarkan posisinya. Netranya menoleh, mendapati seorang gadis dengan masker putih yang membalut hidung serta mulutnya. Gadis itu memungut lembaran kertasnya yang berserakan. Jemari Esky ikut membantu, memungut segulung kertas putih yang tak jauh dari tempatnya berdiri.
"Ini. Sekali lagi gue minta maaf!"
Mata gadis itu membola saat Esky mengulurkan tangan sembari menggenggam segulung kertas tadi. Tangannya kini ikut terulur merampas benda itu dengan kasar. Esky sedikit tersentak, memandangi gadis itu dengan kening yang berkerut.
"Lo nggak papa?" Esky menaikkan satu alisnya. Menatap gadis itu bingung.
"Enggak, m-makasih!"
Gadis itu melesat pergi begitu saja. Esky masih pada posisinya, berdiri memandangi bayangan gadis itu yang mulai hilang di ujung koridor. Cowok itu hanya mengedikkan bahu acuh. Ia kembali pergi untuk menemui Arey.
Tak butuh waktu lama Esky sudah tiba di parkiran sekolah. Benar kata Arey, suasana parkiran memang sepi hingga nyaris membuat bulu kuduk Esky berdiri. Arey nampak berdiri loyo di samping motor milik Esky.
"Dorrr!"
"Allahu Akbar!"
Arey reflek mengusap dadanya kasar. Kaget akan kehadiran Esky yang tiba-tiba saja berdiri di belakangnya. Rasanya Arey ingin mengeluarkan sumpah serapahnya sekarang juga. Dengan tidak berdosanya Esky malah menatapnya tanpa ekspresi.
"Anjir gue kira setan."
"Bukan, mana ada setan ganteng. Yok cabut!" Esky merogoh saku seragam berlambang osis lalu mengeluarkan kunci motor.
"PD tingkat akut bos! Lama lo. Sejam ada gue nunggu." Arey melipat kedua tangannya di depan dada.
Esky melirik Arey sekilas. "Siapa suruh nebeng gue."
"Motor gue lagi di bengkel kalo lo lupa dan ya, cuma lo yang rumahnya searah sama kosan gue. Satu lagi, lo yang nawarin duluan ke gue," elak Arey tak mau disalahkan.
"Iya, buruan naik!"
Dengan malas Arey menaiki jok motor Esky. Energi cowok itu rasanya habis hanya karena menunggu sang empu yang sekarang sedang fokus mengendarai motor itu. Mau bagaimana lagi? Demi tumpangan gratis menuju kossan tercintanya, Arey rela menunggu lama.
KAMU SEDANG MEMBACA
FAMOUS
Teen FictionSiapa sangka bidadari salju milik SMA Antariksa berhasil membuat Esky, cowok dengan segudang prestasi taekwondo jatuh ke dalam lubang asmara. Ziva, gadis yang sedang memainkan taktik untuk mendapatkan cinta sang pujaan hati. Dibalik itu ternyata Esk...