Selamat datang, silakan klik bintang untuk membayar kerja keras penulis, Kak.
Silakan berkomentar juga, karena hal tersebut sangat membantu kami agar semakin semangat update ide baru.
Terimakasih atas kunjungannya, hope you enjoy it^^
***
Reina menutup pintu kamarnya, lalu merebahkan tubuhnya di atas kasur. "Oh, iya, lupa dihapus," gumam Reina. Kembali bangkit dengan malas, dan duduk di depan kaca riasnya.
Tangan Reina mengambil sebuah kapas, dan menuangnya dengan micellar water. Tidak, itu bukan untuk menghapus make-up di wajah Reina. Wajah Reina sudah cwantik natural dan slay, mana perlu dipolesi make-up.
Reina menghapus foundation yang ada di lehernya. Setiap berangkat sekolah, ia selalu menutupi luka menyebalkan yang Reina sendiri tidak tau asal-usulnya. Kata abanya, sih, itu tanda lahir. Mana ada tanda lahir bewarna ungu dan terlihat seperti urat nadi yang keluar?
Dulu, waktu TK, teman-teman Reina selalu mengata-ngatainya karena memiliki benda menyeramkan seperti itu. Itu sebabnya, selama ini Reina lebih memilih untuk menyembunyikannya karena takut hal yang sama akan terulang.
Cklek...
Reina menoleh, mendapati abanya yang sedang tersenyum. "Udah pulang?" tanya Richard.
"Belum, ini setan."
Richard menyentuh dadanya, berlagak sok terkejut. "Mana Reina?! Kembalikan putri kecil termanisku!" seru Richard, dan mengangkat tubuh Reina, lalu memutar-mutarinya.
"Aba! Pusing!" sergah Reina sambil tertawa. Richard menurunkan Reina.
"Ryan belum pulang?"
Reina mengangkat bahunya. "Mene ketehe,"
"Sana, ganti baju," Richard menepuk-nepuk kepala Reina. "Aba harus lembur beberapa hari di luar kota. Kamu bisa jaga diri, kan?"
Reina menatap abanya dengan wajah memelas. "Kalo dari Ryan, kayaknya enggak, deh," papar Reina, dan memeluk Richard. "Jangan lama-lama, Ina takut."
Richard membalas pelukannya. "In Syaa Allah, enggak," Richard mengecup kening Reina. "Aba berangkat dulu,"
Mata Reina membulat tak percaya. "Hah? Baru juga pulang, kok langsung berangkat?"
"Lagi istirahat aja, makanya Aba sempetin mampir ke rumah. Biar bisa ngasih tau kamu, kalau hari ini ada tugas mendadak," kekeh Richard. "Udah, ya. Salamin buat kakakmu nanti,"
Reina mengangguk, melihat kepergian Richard. Terkadang, Reina masih suka heran. Mengapa Richard tidak pernah mengendarai mobil ketika pergi bekerja? Richard pernah menjawab, kalau naik bus lebih mengasyikkan. Tapi, hal itu masih terdengar aneh bagi Reina. Richard pun tidak pernah memberi tahukan di mana tempat dia kerja.
Saat ingin mengganti baju, tiba-tiba ada suara seperti benda jatuh. Reina tersentak, ia mengira suara itu berasal dari abanya. Tapi sepertinya, arahnya bukan dari pintu depan.
Karena penasaran, Reina memilih untuk menghampiri sumber suara. Saat berada di lorong rumah, ia tidak menemukan apapun yang terjatuh. Mata Reina tak sengaja melirik pintu perpustakaan yang meninggalkan celah.
Perasaan, tadi ia sempat melihat pintunya tertutup. Siapa yang membukanya? Reina masuk ke dalam, dan menemukan sebuah buku yang terjatuh. Pantaslah, sepertinya ada tikus yang melakukannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
AMETHYST [HIATUS]
FantasyFANTASY - FICTION STORY Meskipun bukan primadona, Reina sering dijuluki sebagai Princess oleh kaum Adam di sekolah. Siapa sangka, di dimensi lain Reina benar-benar seorang Princess sungguhan. Ia mewarisi Amethyst dari kedua orang tuanya. Bunda yang...