5. The Beach

79 52 56
                                    

Selamat datang, silakan klik bintang untuk membayar kerja keras penulis, Kak.

Silakan berkomentar juga, karena hal tersebut sangat membantu kami agar semakin semangat update ide baru.

Terimakasih atas kunjungannya, hope you enjoy it^^

***

"Sshhh," Reina menyentuh luka tersembunyi di lehernya yang mendadak terasa ngilu. Seingat Reina, luka itu tidak pernah terasa sakit. Reina melihat wajahnya di kaca. "Kok gue tiba-tiba pucet?"

Tangan Reina memutar keran, mengambil air yang sedang mengalir deras. Reina merasa sangat semeriwing saat benda cair itu membasahi wajahnya. Ia jadi ingin sekalian mandi. Sayangnya, tidak kepikiran membawa sabun dan shampoo.

Saat kembali melihat wajahnya di kaca, Reina melihat pantulan kalungnya tiba-tiba bersinar, namun hanya dalam hitungan detik. Entah pikirannya yang sedang kacau atau bagaimana, perasaannya jadi tidak enak.

"Murid-murid sekalian yang Bapak cintai. Hari ini, semuanya boleh langsung pulang ke rumahnya masing-masing. Bapak tau kalian merasa khawatir dengan selaku apa yang terjadi pagi tadi. Bapak harapkan kalian tidak panik, terus berdo'a saja untuk teman kalian yang saat ini tengah ditangani di rumah sakit. Terimakasih."

Reina menghela napas. Kenapa tidak sejak awal saja dipulangkan? Sepertinya juga, mereka dipulangkan karena paksaan dari murid-murid itu sendiri.

Setelah keluar dari toilet, Reina dibuat mematung oleh kehadiran manusia yang sedang berdiri tepat di hadapannya. Saya tau pikiran kalian, tapi itu bukan Rey. Itu adalah Ryan. "Serahin duit lo."

"Duit apaan?"

"Duit yang Aba kasih."

"Buat apaan?"

"Buat gue jajan!"

"Jajan apaan?"

Ryan yang merasa telah dipermainkan, memojokkan Reina ke tembok. "Gak usah banyak tanya! Siniin!"

"Gue harus tanya, minta duit buat beli apa. Sebegitu kurang, kah, duit yang dikasih Aba buat lo?"

"Kasih duitnya sekarang, atau gue hajar lo di sini."

Reina cemas saat melihat mata kakaknya yang memanas. Ia sedang tidak enak badan hari ini, jadi tidak ingin mencari masalah. Akhirnya, Reina pasrah, memberikan semua uang yang dia bawa.

Ryan hanya mencomot uang itu, dan pergi meninggalkan Reina yang masih mematung. Tidak ada embel-embel kata terimakasih untuk Reina. "Siapa? Preman sekolah?"

Reina kembali dibuat tersentak oleh Pangeran Kodok yang tiba-tiba ada di sampingnya persis. Reina jadi agak was-was, takut kalau ternyata Rey ini adalah Jin Tomang. Eh, tapi bagus, dong? Kalau gitu kan Reina bisa memberikan 3 permintaan.

"Pake ilmu teleport dari mana, lo?"

"Udah jadi insting pengembala domba kalo dombanya ilang."

"Sialan!"

Rey memberikan sebuah tas bermotif kulit harimau. "Nih, tas lo. Biar gak usah balik ke kelas buat ngambil."

"Tau dari mana kalo ini tas gue?"

"Mikir, lah, pe'a! Lo tadi berangkat sekolah sama siapa?!"

"Tapi, lo ngambil tas ini langsung ke kelas gue?"

Yang ditanya malah menggaruk kepalanya yang kutu-an. "Iya...?"

💎💎💎

Tadi...

"Tuan Putri Solo ke mana, sih?! Yang lain udah pada pulang, dia gak balik-balik!" gerutu Cahya sambil membawa tas Reina dengan esmosi. "Apa dia pingsan, yak, di toilet?"

Otak Cahya kini jadi memikirkan yang tidak-tidak. Ia ingin menyusulnya ke toilet, namun ada orang yang tiba-tiba menghentikan aksinya. "Lo temennya Reina?" tanya Rey, sangat cuek.

Cahya bergidik ngeri saat bertatapan langsung dengannya. Refleks, Cahya memejamkan matanya, takut dihipnotis. "Lo tau di mana Reina?!" tanya Cahya yang masih memejamkan mata.

Rey sebenarnya tidak tau, ia hanya mendengar gerutu-an Cahya tadi, yang mengatakan bahwa Reina ada di toilet. "Tau, gue tukang ojeknya. Gue disuruh buat ngambil tasnya."

"Nih! Ambil!" sosor Cahya, menyerahkan langsung tas Reina tanpa basa-basi.

Setelah Rey mengambilnya, Cahya malah berlari. Ia ngeri jika harus berkontak mata kembali dengan manusia bermata tajam itu.

💎💎💎

"Di kelas lo kosong, tadi, udah pada pulang. Tinggal tas lo doang yang lagi duduk anteng lonely," sambung Rey kembali.

Reina hanya ber-oh ria saja.

Entah kenapa, kini mereka jadi jalan berdampingan. "Gimana martabak yang gue kasih semalem?"

"Lo kasih racun ke martabak itu, ya?"

"Iya, gue kasih racun gajah."

Mata Reina sontak membulat, "beneran lo kasih racun gajah?!" jerit Reina. "Padahal gue cuma mau bilang, lo ngasih racun apaan sampai gue bisa rakus ngabisin tu martabak sendirian!"

"Ya lo mikir, lah, betina. Gue kan ngasih racun gajah, dan yang makan manusia. Racunnya gak bakalan ngaruh di lambung lo, kecuali kalau lo siluman gajah."

"Oh, iya juga, ya," gumam Reina dengan kepolosannya yang bodoh.

Rey memberikan uang yang tadi sempat Reina kasih. "Nih, gue balikin uangnya. Lagi butuh kan, lo?"

"Buat bayar ongkos pulang sekolah aja, gue ngojek sama lo, ya?"

Dengan malas, Rey mengambil tangan Reina dan meletakkan uang tersebut. "Gak usah bayar, gue demen sedekah buat orang yang membutuhkan," tutur Rey sambil menutup tangan Reina.

Bibir Reina terangkat walau sebenarnya ia merasa bahwa Rey sedang menyindirnya. "Lo gemesin banget. Gue sampai mau buang lo ke kali," timpal Reina.

💎💎💎

"Lo masih suka jalan-jalan?!" tanya Rey yang kini tengah mengendarai motornya di tengah jalan. Ia harus berteriak karena suaranya beradu dengan angin kencang.

Reina mendekatkan wajahnya dari belakang. "Suka! Tapi udah gak pernah semenjak Aba gue sibuk!"

"Mau gue ajak main?!"

"Mauuuuu!!!" sahut Reina dengan sangat bahagia. Sudah lama sekali ia tidak merasakan yang namanya jalan-jalan.

Mata Rey beralih ke kaca spion. Ia dapat melihat dengan jelas, wajah Reina yang tampak kegirangan. Tak sadar, Rey ikut tersenyum merasa senang.

Rey memberhentikan motornya. Menarik tangan Reina untuk pergi ke pesisir pantai. Mata Reina berbinar saat melihat ombak besar yang tengah melahap orang-orang yang sedang berenang. Reina malah ingin merasakan terguyur ombak.

Kaki Reina melangkah maju di atas pasir, lalu berlari-larian tak karuan, menikmati udara segar. Rey tertawa kecil, memperhatikan Reina yang sedang kegirangan seperti bocah.

Reina berlari menghampiri Rey, dan dengan santainya menendang pasir pantai. Alhasil, seragam Rey kini dipenuhi oleh pasir-pasir menyebalkan.

Tanpa diselimuti rasa berdosa, Reina malah tertawa bahagia melihat wajah Rey yang apes. Namun, tawa itu mendadak lenyap saat Rey mengangkatnya, dan melemparnya dengan slay ke lautan. "REY!"

"Satu banding satu!" tukas Rey, dan ikut lompat ke laut.

AMETHYST [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang