Selamat datang, silakan klik bintang untuk membayar kerja keras penulis, Kak.
Silakan berkomentar juga, karena hal tersebut sangat membantu kami agar semakin semangat update ide baru.
Terimakasih atas kunjungannya, hope you enjoy it^^
***
"Lo serius?!"
Cahya mengangguk.
Kepala Reina rasanya pusing setelah mendengar gosip dari mulut Cahya. Kata Cahya, ia tak sengaja mendengar percakapan murid lain bahwa Ryan habis bertengkar. "Terus, sekarang anaknya di mana?"
"Tadi, sih, gue dengernya ada di ruang guru. Gak tau sekarang masih atau enggak."
"Yaudah, gue mau nengokin dia dulu. Lo gak usah ikut,"
"Jangan, kadal. Nanti malah lo juga yang diajakin berantem!"
"Tenaang, gitu-gitu dia Kakak gue. Gue harus nasihati dia."
Reina pergi keluar kelas, meninggalkan Cahya yang sedang berdo'a untuk Reina agar selamat menghadapi kakaknya. Di pertengahan do'a, Cahya melihat tas Reina yang bergerak sendiri.
Tas tersebut membuat Cahya ketakutan. Tak salah lagi, dugaannya yang selalu mengira bahwa tas itu berhantu ternyata benar. Cahya selalu membujuk Reina untuk mengganti tasnya yang ia duga berisi siluman maung, namun tak berhasil.
Karena terlalu takut, Cahya memilih untuk menghampiri Reina.
💎💎💎
"Kamu juga, Ryan. Kenapa harus emosian? Kamu tuh udah kelas 12, bentar lagi mau lulus!" gerutu kepala sekolah, menjewer telinga Ryan dengan gemas.
Reina mengintip dari jendela, berusaha mendengar percakapan mereka yang samar-samar.
"Dia duluan yang mulai, Bu. Saya beli minum pakai uang, malah disenggol sama dia!"
"Ibu tau kamu beli pakai uang! Tapi dia gak sengaja, Ryan, Allahuakbar."
Mata Reina berusaha fokus menatap murid lain yang berada di dalam sana. Sepertinya itu anak yang bertengkar dengan Ryan, dan sepertinya juga, Reina kenal anak itu. "Ina,"
Reina tersentak. Ia mengelus dadanya ketika tau pelakunya adalah kecebong. Jantungnya nyaris loncat ke perut. "Kan tadi gue bilang, di kelas aja," bisik Reina.
"Takut, gue, tas lo bergerak-gerak sendiri. Pasti ada roh maung nya. Gue udah pernah nyuruh lo buat ganti tas," timpal Cahya, ikut memelankan suaranya.
Reina menggaruk kepala. Untunglah temannya sangat polos nan bodoh, jadi ia tak perlu repot-repot mencari alasan. "Iya, nanti gue ganti," balasnya, kembali menyimak obrolan di ruang guru.
"Ryan, khusus buat kamu, mulai besok Ibu skors 2 hari."
Ryan membanting kursi yang ia duduki dengan geram, dan pergi keluar. Sungguh anak yang pemberani dan kurang ajar. Reina menarik tangan Cahya, mengajaknya untuk berpura-pura meneliti tanaman agar tak ketahuan Ryan.
Beruntung Ryan pergi ke arah yang berbeda, jadi ia tak melihat keduanya. "Katanya lo mau nyamperin dia, malah ngumpet, cosplay jadi cicak."
Reina menyengir. "Kalo dipikir-pikir, gak berani. Nanti nasib gue sama kayak bangku tadi, dibanting."
Cahya mencibir, dan mereka berdua kembali mengintip. "Karena kamu gak bersalah dan gak menyerang balik, kamu bebas dari hukuman."
"Makasih, Bu. Kalo gitu, saya balik ke kelas," pamitnya, mencium punggung tangan kepala sekolah dan keluar.
![](https://img.wattpad.com/cover/353554067-288-k190427.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
AMETHYST [HIATUS]
FantasyFANTASY - FICTION STORY Meskipun bukan primadona, Reina sering dijuluki sebagai Princess oleh kaum Adam di sekolah. Siapa sangka, di dimensi lain Reina benar-benar seorang Princess sungguhan. Ia mewarisi Amethyst dari kedua orang tuanya. Bunda yang...