7. Emerald

54 39 25
                                    

Selamat datang, silakan klik bintang untuk membayar kerja keras penulis, Kak.

Silakan berkomentar juga, karena hal tersebut sangat membantu kami agar semakin semangat update ide baru.

Terimakasih atas kunjungannya, hope you enjoy it^^

(Silakan baca note bahasa cerita Amethyst di bawah)

***

Matahari mulai tenggelam, ingin bersembunyi dari orang-orang yang tengah menikmati senja. Suasana saat memasuki sore hari memang berbeda. Orang-orang yang sedang di kendaraan beranjak pulang ke rumah masing-masing.

Dan ada satu manusia itu. Bukannya pulang ke rumah, ia malah kelayapan pergi ke hutan. Entah apa tujuannya. Apakah ia tidak takut dengan jeweran dari sang ibu?

Ia turun dari motor, dan berdiri di depan sebuah pohon besar. Ia menarik rantai pohon sebanyak tiga kali. Bim salabim, pohon itu terbelah dan menampakkan sebuah lubang.

Dengan santai, ia turun ke bawah, berseluncur di sana seperti sudah sering melakukannya. Seluncuran itu membawanya ke suatu tempat yang sangat berbeda. Tempat itu seperti memiliki keajaiban. Sangat alami, serba hijau, dan menyejukkan. Mirip-mirip dengan dunia fantasi yang ada di kartun Barbie.

Kemudian, lelaki tersebut masuk ke dalam bangunan yang sangat megah. Beberapa hewan ajaib dan orang-orang berlalu lalang di sana. Benar-benar sangat omejing.

"Tuan Emerald," ia menoleh. "Makanan sudah disajikan."

"Nanti aja. Saya ada urusan," paparnya, dan pergi ke suatu tempat. Ia membuka tanaman rambat likuanyu, hingga menampakkan sebuah air terjun. Bukan hanya air terjun, di sana juga terdapat dua patung bewarna hijau yang sepertinya terbuat dari kristal Emerald. Patung tersebut terlihat sedang berpelukan, dan sangat terjaga.

Kakinya gemetar, melangkah maju menghampiri kedua patung itu. Ia mengambil air dari sungai tersebut langsung menggunakan tangannya. Kemudian, ia menyiram kepala patung dengan air tadi.

Tanpa diduga, matanya malah menitikkan air. Menyadari ada air yang jatuh dari mata, membuat lelaki itu cepat-cepat menghapusnya. "Rey kangen kalian," lirihnya, menyentuh wajah patung. "Udah bertahun-tahun Rey berusaha buat mengembalikan kalian, tapi kenapa gak pernah berhasil?"

Tak dapat menahan lagi, ia melepaskan semua kepedihannya. Rey menangis tersedu-sedu sambil memeluk patung. "Embun, Romo, anak kecil itu udah remaja. Kalian bahkan belum pernah liat wujudnya secara langsung, kan?"

"Rey udah 217 tahun, sedangkan dia masih 16," tutur Rey, tertawa kecil. "Semoga dia gak kaget kalo sebenernya Rey udah kakek-kakek di Dunia Andras."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
AMETHYST [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang