4. Turned Purple

87 60 59
                                    

Selamat datang, silakan klik bintang untuk membayar kerja keras penulis, Kak.

Silakan berkomentar juga, karena hal tersebut sangat membantu kami agar semakin semangat update ide baru.

Terimakasih atas kunjungannya, hope you enjoy it^^

***

Derap kaki itu melangkah sangat laju, seperti ibu-ibu yang tak ingin kelewatan untuk mendapatkan sembako gratis. Sesampainya di depan kelas, wajah mulus Reina nyaris menabrak sebuah perut buncit.

Kepala Reina mendongak, beruntung itu bukan cikgu besar yang ia takuti. Itu hanyalah gumpalan lemak dari Bayu. "Loh, Inces baru dateng? Tumben,"

"Gak ada angkot yang bisa ngangkut gue."

"Kalo gitu, boleh kali, Babang Bayu yang antar jemput Inces mulai besok."

Reina meringis. "Udah punya tukang ojek baru, gue," timpal Reina. "Belum masuk, kan?"

"Amaan, masih 3 menit lagi."

Reina akhirnya dapat bernapas lega. Ia melangkahkan kakinya ke dalam kelas, dan tersentak karena tiba-tiba ada tangan yang dengan lihainya menepuk pipi tembam Reina. "INA! LO DARI MANA?"

Tidak heran lagi. Semua pun tau tamparan itu berasal dari tangan jahanam siapa. "Apaan, sih, kecebong. Gak ada akhlak banget main tampol pipi gue!"

Wanita berjilbab itu menyentuh kening Reina. Setelah sadar, ia malah menjitaknya. "Gue kira lo sakit! Lo bangun kesiangan?"

"Mana pernah gue kesiangan," balasnya sambil sibuk mengelus-elus jidat. "Angkot sepi banget, gak ada yang lewat. Untungnya ada tukang ojek lewat, tadi."

"Kirain gue, lo bakalan gak masuk hari ini."

Di tengah perbincangan, tiba-tiba ada keramaian di luar. Keduanya saling memandang satu sama lain. Mereka pun berinisiatif untuk menghilangkan rasa penasarannya.

Banyak segerombolan murid yang sedang menonton. Reina dan Cahya mencari cara agar dapat menyerobot masuk ke kerumunan itu. "Misi!" seru Cahya, dan berhasil lolos.

Reina ingin mengikuti Cahya, namun, tiba-tiba tangannya ditarik oleh seseorang. Reina berusaha untuk melepaskan diri dari genggaman itu, tetapi ia sudah dibawa menjauhi kerumunan.

Saat berada di kesepian, Reina menepis tangan kekar itu. "Apaan, sih," dengus Reina, berusaha menatap wajahnya. Ternyata itu pangeran kodok. "Ngapain lo bawa gue ke sini?"

Rey mengeluarkan sesuatu dari sakunya, dan memperlihatkan sebuah benda di hadapan Reina. "Ini kalung lo?"

Sontak, ia menyentuh lehernya, mencari-cari kalung yang selama ini tidak pernah dilepaskan. "Jatoh di mana?"

"Makanya jangan ceroboh!" Rey menjitak kening Reina. Reina kembali meringis, mengapa kening berharganya itu selalu menjadi sasaran amarah?

"Apaan, sih, main jitak sembarangan aja!" ketus Reina, merebut kalung yang dipegang Rey.

"Lo dapet kalung itu dari mana?" timpal Rey.

"Beli di tukang mainan!" jawab Reina, asal. Ia hanya tidak ingin Rey mengetahui kehidupannya lebih dalam.

💎💎💎

Mata Reina sibuk mencari babunya yang mendadak hilang. Ternyata, dia sudah duduk manis di kursi, bergosip dengan para betina lain, seperti emak-emak yang tak sengaja bertemu di tukang sayur.

AMETHYST [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang