Barra mengerjapkan matanya karena terganggu suara telfon dari ponselnya. Dia meraihnya untuk mengangkat telfon tersebut.
"Halo ada apa?" Ucap Barra dengan suara beratnya.
"Pagi pak Barra"
Barra melihat nama penelfon itu, ternyata itu telfon dari Hanin, sekretarisnya.
"Iya ada apa Hanin?"
"Maaf mengganggu pagi-pagi seperti ini, saya mau menyampaikan pesan penting kepada pak Barra, kalo pihak Devisi relasi ingin mengadakan pertemuan penting bersama pak Barra atas keinginan para investor."
Barra seketika beranjak bangkit. "Kamu serius?"
"Iya pak Barra. Menurut saya para investor ingin mempertimbangkan kembali masalahnya dengan perusahaan Valmores."
Barra mengulaskan senyumnya lebar. "Kapan pertemuannya?"
"Sedang di jadwalkan pak."
"Oke Hanin, tolong kamu siapkan semuanya ya."
"Baik pak Barra."
Barra berdeham dengan sangat senang, kemudian memutuskan sambungan telfonnya. Dia melempar asal ponselnya di atas nakas.
"Semoga semuanya kembali dengan baik." Gumam Barra.
Beberapa detik kemudian, dia tersadar. Barra melihat kekanan dan kekiri, bukankah semalam dia tidur bersama Aneska? Lalu dimana perempuan itu berada?
Barra beranjak bangkit dan keluar kamar dengan masih terlihat wajah bantalnya itu.
"Lipatnya bukan gitu!"
"Nyerah gue, nes. Mending lo aja yang buat." Ucap Ilham pasrah.
Aneska menghela nafasnya kasar. "Emang dasar laki, apapun gak bisa, buat buket bunga aja gak bisa, bisanya nyusahin perempuan." Gerutu Aneska.
"Buset dah, istrinya Barra galak juga." Heran Ilham membuat Farhan terkekeh.
"Kalah lo sama bumil." Cibir Ilham.
"Kalo bukan istrinya si psikopat gila, udah gue—"
"Ekehm!" Terlihat Barra turun dari tangga menghampiri mereka yang duduk di ruang keluarga dengan santai.
"Ngomong apa tadi?" Tegur Barra dengan duduk disamping Ilham.
Ilham meringis tanpa dosa. "Gak kok, bar. Gue cuma keselek aja tadi."
Barra hanya mungut-mungut seraya melihat Aneska yang sibuk membuat buket bunga tanpa menoleh.
"Lo nyuruh dia buat kaya gitu?" Tegur Barra kepada Ilham.
Farhan tiba-tiba memberikan Barra sebuah undangan, Barra yang sedikit masih kesal dengan temannya itu merebut kasar dari tangan Farhan.
"Ada birthday party malam ini, Susan undang lo." Ucap Farhan kepada Barra.
"Secara lo kan, mantan gebetannya ya?" Sahut Ilham membuat Aneska seketika menoleh.
"Kenapa lo nes? Cemburu, gue bilang mantan gebetannya Barra?" Cibir Ilham membuat Farhan ikut terkekeh.
Aneska mendesis pelan. "Bisa diem gak! Gue gak bisa fokus karena kalian berisik!"
"Galak bener, bar, bini lo? Lo kasih makan apa?" Tegur Ilham mendapat tatapan datar dari Barra.
"Petasan kretek kali." Sahut Farhan tanpa dosa.
Barra menghembuskan nafasnya kasar, dia merebut karya yang belum jadi dari tangan Aneska dan diberikan kepada Ilham. "Kerjain sendiri, istri gue bukan babu."
KAMU SEDANG MEMBACA
HELLO BARRA : MY BAD HUSBAND [Sudah Terbit]
RandomPetaka datang saat kedua pasang kekasih tidak menuruti apa kata orang tua... Hubungan yang sudah berjalan selama tiga tahun, akhirnya kandas begitu saja saat kecelakaan maut tiba-tiba datang membunuh satu orang. Awalnya mereka melawan takdir karena...