24. Kegilaan Barra

10.4K 267 1
                                    

Hidup Aneska tak akan jauh-jauh dengan namanya babu, dirumah dia selalu di perintahkan oleh ibu tirinya untuk berjualan, di apartemen dirinya harus menuruti perintah Barra, dan untuk saat ini Aneska juga harus menurut menjadi pembantu keluarga Mazoya tanpa upah.

Aneska membereskan semua masalah rumah besar itu, dia mengepel, mencuci piring bahkan Aneska mencuci pakaian keluarga Mazoya. Ingin sekali Aneska menolak, tapi perlakukan mereka terhadap Aneska tidak akan membuatnya berani melawan.

Seperti saat ini, Aneska di perintahkan untuk membersihkan kolam renang yang sangat kotor dengan dedaunan. Bu Tina pergi karena ada acara dengan temannya, sedang Aneska dirumah hanya bersama pak Arif, dan pria tua itu sibuk didalam rumahnya.

"Rumah gede tapi pembantu aja gak punya." Desis Aneska menggerutu kesal.

"Udah kaya kapal pecah, gak pernah di bersihin, sampah dimana-mana." Gerutunya lagi seraya sibuk mengambil daun-daun kering di kolam renang dengan jaring kayu.

"Mazoya, selama lo hidup sebenarnya lo bahagia gak, sih?" Gumam Aneska.

"ANESKA!"

Aneska mendesis kesal saat mendengar panggilan pak Arif cukup keras dari dalam rumahnya.

"Gak istrinya, gak suaminya, sama-sama ngerepotin!" Desis Aneska menaruh kasar jaring kayu itu.

"Aneska!"

"Iya ada apa?" Tanya Aneska menghampiri pak Arif yang duduk di ruang keluarga.

"Tolong buatkan saya kopi." Suruhnya.

Aneska menghela nafasnya pasrah. Ini hujan kali pertamanya dia di suruh-suruh oleh pemilik rumah itu, tapi sudah berhari-hari.

"Iya sebentar." Ucap Aneska menurut.

Dia berjalan kearah dapur dan membuatkan kopi untuk pria tua itu. Selang beberapa menit, akhirnya Aneska telah menyelesaikan aktivitasnya. Dia memberikan kopi itu kepada pak Arif.

"Ini om kopinya." Ucap Aneska menaruh gelas kopi itu diatas meja didepan pak Arif.

"Aneska?" Panggil pak Arif lagi saat Aneska hendak pergi.

"Iya om?"

"Saya boleh minta tolong lagi?"

"Gak! Emang gue babu lo!" Batin Aneska.

"Iya om? Minta tolong apa?" Ujar Aneska dengan sopan.

"Tolong ambilkan inhaler di kamar Mazoya, saya merasa sesak nafas daritadi." Suruh Pak Arif.

"Om sakit? Lebih baik kerumah sakit aja, om." Saran Aneska.

"Tidak perlu, saya cuma butuh inhaler. Tolong ambilkan Aneska."

Aneska mengangguk. "Iya om, tunggu sebentar."

Aneska bergegas untuk masuk kedalam kamar Mazoya yang berada di lantai atas. Dia masuk kedalam dan mencari benda itu di semua laci kamar tersebut.

"Dimana sih—"

Aneska tanpa sengaja melihat sebuah foto didalam laci meja belajar Mazoya paling bawah. Foto itu sangat tidak asing untuk Aneska.

"Bunda Nelin dan Ayah Ferry?" Gumam Aneska.

Foto itu terdapat Bu Nelin dan Pak Ferry yang sedang menggendong bayi, tetapi Aneska tidak mengenali bayi siapa itu. Tapi jika dilihat itu tidak seperti Barra.

"Apa mungkin ini foto Barra waktu bayi?" Bingung Aneska. "Kenapa foto ini ada di kamar Mazoya?"

"Aneska!"

Aneska bergegas mencari kembali inhaler itu dan menyembunyikan foto tersebut dibalik bajunya. Dia dapat menghela nafasnya lega, akhirnya Aneska menemukan inhaler itu di laci dekat dengan kasur Mazoya.

HELLO BARRA : MY BAD HUSBAND [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang