Aneska mengangkat ember berisi jemuran sedikit kesusahan. Entahlah tiga hari dia tidak mencuci baju, seketika bajunya menjadi gunung.
"Minta tolong kan bisa"
Aneska terkejut saat tiba-tiba Barra menghampirinya di balkon mengangkat ember tersebut.
"Marahnya udah?" Cibir Aneska.
Barra menghela nafasnya kasar. "Ngapain gue marah karena nasi goreng. Gak penting"
"Masa sih" cibir Aneska malah menggoda Barra.
"Lain kali gue bakalan masak yang lebih enak daripada itu" usul Barra dianggukan oleh Aneska.
"Gue tunggu"
Barra melihat kearah baju-baju itu. "Lo semua yang cuci?"
Aneska menganggukkan kepalanya membuat Barra mendesis dengan kesal.
"Laundry kan bisa. Kenapa harus repot-repot nyuci? Lo lupa siapa gue?" Heran Barra.
"Selagi gue bisa nyuci sendiri, gak harus laundry" jawab Aneska.
"Lo lagi hamil, Aneska."
Kening Aneska berkerut. "Ya terus?"
"Ck. Kemarin dokter bilang lo harus bedres beberapa hari. Kandungan lo lemah" jelas Barra membuat Aneska terdiam.
Barra mendesis kasar dan langsung mengambil baju-baju yang ingin di jemur. "Sekarang lo duduk, biar gue yang lanjutin"
"Emang lo bisa?"
Barra mengangguk. "Kalo cuma jemur doang mah, bisa gue"
Aneska mengerucutkan bibirnya. "Coba gue lihat dulu"
Barra mulai menaruh baju yang dia pegang dengan sebuah Hanger. Aneska melihatnya dengan intens kegiatan Barra itu.
"Bukan gitu" protes Aneska karena Barra hanya menaruh asal baju itu di hanger.
"Gini, bagian leher di masukin hangernya. Biar bajunya terlentang gitu" jelas Aneska mempraktikkan Barra dan Barra mengikutinya.
"Nah iya gitu" ujar Aneska karena melihat Barra yang sudah bisa.
"Yaudah lo duduk sana" usir Barra membuat Aneska mengerucutkan bibirnya.
"Duduk sendiri atau mau gue paksa?" Ancam Barra membuat Aneska bergidik takut. Perempuan itu lebih memilih duduk di kursi usang yang berada di balkon itu. Dia mengamati suaminya yang sedang menjemur.
Aneska menghembuskan nafasnya mencoba bersikap santai saat melihat aura Barra yang begitu mempesona. Bahkan laki-laki itu terlihat tampan meskipun kulitnya terkena sinar matahari, hidungnya yang mancung serta alisnya yang tebal apalagi keringatnya yang mendukung akan ketampanan tuanya itu.
"Nes yang ini gimana?"
Mata Aneska melotot saat Barra menunjukkan bra milik Aneska secara terang-terangan.
"BARRA!"
Barra terkekeh keras melihat ekspresi emosi dari Aneska. Buru-buru Aneska menghampiri Barra dan ingin merebut paksa barang miliknya itu. Tapi Barra malah mengangkatnya keatas dan membuat Aneska sangat kesal.
"Siniin bar" pinta Aneska.
"Gue cuma nanya, ini cara jemurnya gimana. Kenapa lo malah lari kesini bodoh" ucap Barra menyentil kening Aneska.
"Sini biar gue yang jemur" pinta Aneska berjinjit meraih barang itu dari Barra.
"Kenapa harus malu sih? Ini kan pakaian" tegur Barra.
KAMU SEDANG MEMBACA
HELLO BARRA : MY BAD HUSBAND [Sudah Terbit]
AcakPetaka datang saat kedua pasang kekasih tidak menuruti apa kata orang tua... Hubungan yang sudah berjalan selama tiga tahun, akhirnya kandas begitu saja saat kecelakaan maut tiba-tiba datang membunuh satu orang. Awalnya mereka melawan takdir karena...