Hari-hari telah Aneska lewati, kini kandungan Aneska sudah mendekati HPL bahkan lima hari lagi Aneska akan melahirkan. Sebelum itu, Aneska sudah merasakan tubuhnya yang ingin remuk, dia juga selalu bolak-balik kamar mandi untuk membuang air kecil seraya memuntahkan sesuatu dari dalam perutnya.
Bu Riana sama sekali tidak memperdulikan kesehatan Aneska, dia selalu memaksa Aneska untuk bekerja bahkan Aneska sudah beberapa kali merasakan kontraksi pada perutnya itu.
"Aneska!" Seru Bu Riana dari dapur.
"Iya mah." Aneska berjalan menghampiri Bu Riana dengan raut wajah yang pucat seraya memegangi pinggangnya yang terasa sakit.
"Ini udah saya siapin, tinggal di jual aja." Suruh Bu Riana.
Aneska duduk di kursi dapur dengan santainya. "Mah, hari ini Aneska izin gak berjualan dulu, ya. Perut Aneska sakit, kaki Aneska juga sedikit susah untuk jalan."
"Gak usah alasan, ini belum waktunya kamu melahirkan."
"Tapi dari semalam Aneska merasakan sudah kontraksi palsu, mah. Takutnya kalo Aneska paksa berjualan, nanti Aneska gak kuat." Jelas Aneska.
Bu Riana menghela nafasnya panjang. "Ya sudah, mamah suruh Hakim yang berjualan."
"Mah?" Aneska menahan tangan Bu Riana yang ingin pergi itu.
"Jangan suruh Hakim, biar Aneska aja." Pasrah Aneska langsung berbangkit dari duduknya dan mengambil dagangan yang sudah disiapkan Bu Riana.
"Kak Anes?" Panggil Hakim menghampiri Aneska.
"Ada apa Hakim?"
"Kenapa bang Barra gak datang, kak? Padahal Adek bayi mau keluar."
Pertanyaan Hakim selalu saja membuat Aneska merasa bersalah. Dia mengusap kepala adiknya itu.
"Nanti dia akan datang, kamu gak usah khawatir, ya." Tutur Aneska.
"Hakim gak mau lihat kak Anes berjualan lagi, Hakim kasihan sama kak Anes." Ucap Hakim membuat Bu Riana memutarkan bola matanya malas.
"Kalo kak Anes gak jualan, terus kita gak makan dong? Terus nanti biaya melahirkan adik bayi gimana?"
Hakim mengerucutkan bibirnya. "Mamah, kan bisa."
Bu Riana membulatkan matanya. "Jadi kamu menyuruh saya untuk jualan."
Hakim menahan tangan Bu Riana yang ingin memukul Hakim. "Maafin Hakim, mah. Dia cuma kasihan sama Anes."
"Sudah baik hati saya menerima kalian di rumah ini, saya juga sudah mengurus kalian dari kecil dan sekarang kalian seenaknya sama saya?" Tegas Bu Riana.
"Kak Anes lagi sakit, mah. Jangan suruh kak Anes berjualan lagi." Ucap Hakim yang sudah berani dengan Bu Riana.
"Kamu sudah berani—"
"Mah, mah, udah! Jangan pukul Hakim." Aneska lagi-lagi mencegah Bu Riana itu.
"Aneska akan berjualan, kak Aneska gapapa kok, Hakim." Ucap Aneska kepada mereka.
"Daripada Hakim khawatir sama kak Anes, lebih baik Hakim temani kak Anes berjualan, ya?" Tawar Aneska dianggukan oleh Hakim.
"Oke, Yaudah ayo." Ajak Aneska memberikan dagangannya kepada Hakim dan mendorong kursi roda adiknya.
"Aneska?" Panggil Bu Riana.
"Jika kamu tidak ingin berjualan, nanti malam ikut dengan saya."
****
"Sesuai perjanjian untuk malam ini saja."
Bu Riana menerima segepok uang dari seseorang laki-laki disana. Kini dia melirik Aneska yang terbaring lemah disana.
KAMU SEDANG MEMBACA
HELLO BARRA : MY BAD HUSBAND [Sudah Terbit]
De TodoPetaka datang saat kedua pasang kekasih tidak menuruti apa kata orang tua... Hubungan yang sudah berjalan selama tiga tahun, akhirnya kandas begitu saja saat kecelakaan maut tiba-tiba datang membunuh satu orang. Awalnya mereka melawan takdir karena...