Satu minggu berlalu....
Aneska masih berada di kediaman keluarga Mazoya. Menuruti kemauan mereka semua. Selama ini, Barra tidak memberikan kabar untuk Aneska yang membuat Aneska benar-benar kesal kepada suami psikopatnya itu.
Saat ini Aneska sedang sibuk menjemur pakaian di belakang rumah besar itu. Tiba-tiba Bu Tina datang menghampirinya.
"Aneska?"
"Iya tante?"
"Kamu sudah masak?" Tanyanya dianggukan oleh Aneska.
"Sudah Tan. Pekerjaan rumah sudah selesai semua?"
Bu Tina mengangguk mengerti, ini bukan kali pertama Aneska terlihat rajin. Tapi setiap hari, bahkan perempuan itu setiap pagi sudah melakukan aktivitas dirumah tanpa di suruh.
"Saya mau kamu antar makan siang ke kantor suami saya. Sebentar lagi teman-teman saya mau datang kesini, mau ada arisan." Suruh Bu Tina seenaknya.
"Tante izinin Aneska keluar?" Heran Aneska.
Bu Tina mengangguk. "Kamu pasti bosan, kan? Jadi kamu bisa sekalian jalan-jalan."
Aneska mengulaskan senyumnya sangat senang.
"Tapi jangan lupa waktu, kamu masih jadi tanggung jawab saya. Kalo kamu berani kabur, saya akan lapor sama Barra."
Aneska menganggukkan kepalanya. "Iya tante, Aneska gak akan kabur kok. Aneska cuma mau cari udara segar."
Bu Tina mengangguk. "Saya siapin dulu makanannya."
Aneska tersenyum. Dia tahu sebenarnya keluarga Mazoya itu baik, cuma karena keadaan saja yang membuat mereka membenci Aneska.
Tak lama dari itu..
Kini Aneska sudah berada diluar, dia berdiri di halte menunggu angkutan umum lewat dengan menjinjing kotak nasi pemberian Bu Tina itu.
Rasanya senang sekali, karena satu bulan lebih dia tidak diizinkan menghirup udara di luar oleh Barra dan kali ini Aneska merasakannya.
Dia pergi ke kantor pak Arif menggunakan angkutan umum, meskipun sedikit berdesak-desakan tapi tidak apa, asalkan Aneska senang.
Selang beberapa menit, akhirnya Aneska telah sampai di kantor tidak terlalu besar itu. Dia bertanya dengan seorang resepsionis terlebih dahulu.
"Ruang pak Arif ada di sebelah kanan ya, mba lurus aja, nanti ada ruangan di paling pojok. Tutur orang itu dan Aneska mengangguk.
"Makasih, ya mba."
Aneska berjalan mengikuti arah petunjuk yang diberikan oleh orang tadi. Hingga sampai di depan ruangannya, Aneska mengetuknya sopan.
Tok, tok...
"Masuk!"
Aneska membuka pintu itu karena mendengar pak Arif mempersilahkannya masuk.
"Kenapa kamu kesini Aneska?"
"Saya di suruh tante untuk mengantarkan makan siang untuk om." Ucap Aneska menaruh kotak makan itu di atas meja.
Pak Arif berjalan mendekat. "Bukannya kamu gak boleh keluar? Kenapa istri saya mengizinkan kamu?"
Aneska menggeleng. "Saya gak tahu, tapi saya beneran disuruh."
Pak Arif menghela nafasnya panjang ikut bingung.
"Ya sudah om, saya mau pulang." Ucap Aneska bergegas pergi.
"Eh—"
Aneska melirik pak Arif yang menahan tangannya itu dengan tatapan tercengang.
"Temani saya makan dulu, biasanya istri saya yang menemani, tapi karena dia gak ada, jadi kamu saja."
KAMU SEDANG MEMBACA
HELLO BARRA : MY BAD HUSBAND [Sudah Terbit]
De TodoPetaka datang saat kedua pasang kekasih tidak menuruti apa kata orang tua... Hubungan yang sudah berjalan selama tiga tahun, akhirnya kandas begitu saja saat kecelakaan maut tiba-tiba datang membunuh satu orang. Awalnya mereka melawan takdir karena...