36. Kebenaran yang menyakitkan

12.8K 356 97
                                    

Barra yang duduk dengan diam didepan ruangan Aneska dirawat. Gadis itu tidak sadarkan diri setelah ditusuk oleh Barra menggunakan gunting, tapi untung saja kondisinya tidak separah itu dan luka tusukannya tidak terlalu dalam. Terlihat Barra seperti menyesal telah melakukannya.

Barra tidak sendiri, ada Ilham dan Farhan juga yang setia menemaninya. Bu Nelin masih didalam, dia memang merasa sangat khawatir tentang kondisi menantunya itu, mau bagaimanapun ini ulah anak kandungnya itu.

Saat Bu Nelin keluar, dia menghela nafasnya panjang dan berjalan menghampiri Barra. Barra mendongakkan wajahnya.

"Ikut bunda." Ajak Bu Nelin yang sudah berjalan terlebih dahulu.

Barra menoleh kearah kedua temannya itu, lalu beranjak bangkit untuk mengikuti sang bunda.

Bu Nelin memberhentikan langkahnya tepatnya ditempat yang cukup sepi untuk orang-orang yang berlalu lalang di rumah sakit. Dia berhadapan dengan anaknya itu.

Bu Nelin menghembuskan nafasnya berat lalu memberikan sebuah foto dari dalam saku celananya. Barra menerimanya.

"Cuma karena ini semuanya jadi kacau." Ucap Bu Nelin.

"Kamu ingin tahu kebenarannya hingga memaksa papah kamu untuk menjelaskan semuanya." Ujar Bu Nelin membuat Barra terdiam.

Bu Nelin menemukan foto itu tepat dimana pak Ferry tidak dapat selamatkan, dan itu berada di bawah.

"Jika kamu tahu semuanya apa yang akan kamu lakukan?" Tanya Bu Nelin kepada Barra.

"Jawab bunda?"

"Papah melarang Barra untuk tahu semuanya." Ungkap Barra membuat Bu Nelin terdiam sejenak.

"Memang seharusnya kamu tidak tahu, Barra. Tapi bunda muak lihat kamu yang selalu membanggakan Mazoya, seakan-akan dia orang pemenang dihati kamu! Kamu memandang dendam orang tua kamu dan juga istri kamu itu!"

Barra hanya diam mendengar penuturan yang sangat kesal dari Bu Nelin.

"Bunda dan papah dari dulu mewanti-wanti kamu agar tidak kenal dan dekat dengan Mazoya, tapi kamu tidak pernah mendengarkan apa yang kita ucapkan. Dan sekarang semua masalah berdatangan karena ulah kamu, Barra! Ini bukan salah kita!"

Barrra mengangguk. "Kalo emang semua salah Barra. Coba jelaskan semuanya agar Barra tahu, agar Barra sadar siapa yang paling bersalah disini."

Bu Nelin mendesis membuang wajahnya menahan tangisnya itu.

"Bun?" Panggil Barra memegang kedua lengan bundanya.

"Bunda, sudahi semuanya, tolong jangan merahasiakan apapun dari Barra." Mohon Barra.

Bu Nelin mengangguk. "Apa yang harus bunda percaya dari kamu, setelah kamu tahu semuanya?"

"Barra akan berubah, Barra tidak akan menyimpan dendam kepada orang tua Barra sendiri, Barra akan belajar lagi menjadi anak yang baik." Ucap Barra mencoba meyakini Bu Nelin.

Bu Nelin melepaskan tangan Barra itu lalu menggeleng. "Itu gak akan mungkin."

Barra memandang Bu Nelin bingung. "Kenapa bunda? Kenapa gak mungkin?"

"Karena—" ucapan Bu Nelin terhenti seraya menahan tangisnya.

"Karena ini kesalahan terbesar Bunda dan papah." Ungkap Bu Nelin.

Barra menggeleng. "Barra gak ngerti maksud kalian apa?"

"Kamu dengan Mazoya sebenarnya..."

Barra menunggu kelanjutan perkataan ibunya yang terasa sulit itu.

HELLO BARRA : MY BAD HUSBAND [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang