"ANESKA!"
Aneska yang sedang sibuk memasak di dapur langsung terbirit-birit menghampiri Barra di kamarnya.
"Ada apa?"
"Ambilin gue minum."
Aneska menghela nafasnya kasar. Ini bukan kali pertamanya Barra memerintahkan Aneska tapi setiap harinya. Aneska sebenarnya sangat malas sekali dengan laki-laki itu yang selalu menyuruh Aneska seenak jidatnya, padahal Aneska bukan pembantunya.
Tapi tak apa, intinya selama beberapa hari ini Aneska tidak merasakan siksaan dari Barra. Entah mengapa laki-laki itu terlihat tenang bahkan tidak berbuat kasar kepada Aneska, ya walaupun suka seenaknya.
"Nih" Aneska memberikan satu gelas air minum kepada Barra.
"Pijetin gue" suruhnya lagi seraya meluruskan tangannya dihadapan Aneska.
"Gue lagi masak, pijetin sendiri" tolak Aneska.
"Siapa yang nyuruh lo masak. Gue nyuruh lo pijetin gue" ketus Barra.
Aneska menggertak tertahan ingin rasanya dia memakan manusia ini hidup-hidup.
"Cepetan. Mau gue siksa lo?"
Kata itu selalu menjadi senjata untuk Barra agar Aneska takut. Aneska benar-benar kesal.
Aneska menghela nafasnya pasrah dan duduk disamping Barra untuk membantu memijatnya itu. Kali ini Aneska sadar kalo dia adalah babu dari anak konglomerat itu.
"Hari ini kerjaan gue banyak banget di kantor. Pusing banget kepala gue" gumam Barra memegang kepalanya sekilas.
"Sini" suruh Aneska menepuk pahanya.
"Ngapain?"
"Udah sini tiduran" suruh Aneska perhatian.
Barra menghela nafasnya pasrah dan menuruti perintah Aneska. Laki-laki itu merebahkan dirinya di kasur dengan kepalanya yang dia legakan diatas paha Aneska.
"Kalo capek bilang, biar gue pijetin lo" ucap Aneska seraya memijat kepala Barra dengan pelan.
"Lo lagi caper kan sama gue"
"Dibaikin bukannya bilang makasih malah bilang gue caper. Masih untung gue perhatian sama lo" ketus Aneska.
"Kenapa sekarang lo yang galak" desis Barra.
"Emang kenapa?" Balas Aneska malah ngelunjak.
"Ck—"
"Eh diem dulu" cegah Aneska menahan Barra yang ingin bangkit.
"Gue belum selesai" imbuh Aneska dengan masih memijat suaminya itu. Barra akhirnya pasrah karena merasa pijatan Aneska terasa sangat nyaman.
"Enak gak sih jadi CEO diusia muda?" Tanya Aneska basa-basi.
"Enak lo pikir makanan"
"Gue serius tanya" desis Aneska.
Barra mengangguk. "Enak aja."
"Apa yang buat lo merasa enak menjadi CEO?" Tanya Aneska lagi.
"Selain dapat duit banyak, Lo bisa tau susahnya cari duit kaya gimana, lo tau namanya persaingan sesama perusahan. Dan menjadi CEO menurut gue yang paling enak adalah, lo bisa di kenal oleh orang-orang penting tanpa dipandang sebelah mata"
Aneska mungut-mungut mengerti penjelasan Barra. "Ini termasuk cita-cita lo apa bukan sih?"
Barra menganggukkan kepalanya. "Iya"
"Kenapa lo mengkhawatirkan cita-cita? Padahal dari lo lahir saja lo tau bakalan menjadi penerus perusahan bokap lo." Heran Aneska.
Barra menghembuskan nafasnya panjang memandang wajah Aneska dari bawah.
KAMU SEDANG MEMBACA
HELLO BARRA : MY BAD HUSBAND [Sudah Terbit]
DiversosPetaka datang saat kedua pasang kekasih tidak menuruti apa kata orang tua... Hubungan yang sudah berjalan selama tiga tahun, akhirnya kandas begitu saja saat kecelakaan maut tiba-tiba datang membunuh satu orang. Awalnya mereka melawan takdir karena...