Satu minggu kemudian.
Jeffrey baru saja kembali masuk kerja. Sebab selama satu minggu ini dia sakit dan harus menjalani rawat inap. Tentu saja ada Sirene yang menemani selama 24 jam. Dia bahkan membawa dua koper untuk baju gantinya. Tidak heran jika Joanna tidak memiliki kesempatan untuk sekedar berduaan saja, apalagi mengadukan soal Hanan yang hampir melecehkan dirinya.
"Serius mau langsung kerja hari ini?"
Tanya Sirene yang sedang membantu Jeffrey memakai jas di ruang VIP rumah sakit. Sebab Jeffrey memang baru melepas jarum infus pagi tadi. Sehingga agak siang bisa langsung ke kantor untuk menghadiri rapat penting.
"Rapat ini tidak bisa direschedule lagi. Joanna sudah kamu panggil, kan?"
Sirene mendengus kesal. Lalu mengangguk singkat. Sebab semalam, Jeffrey memang sudah berpesan agar Joanna datang dan ikut dengannya kerja. Sebab selama di rumah sakit, Sirene melarang wanita itu datang. Karena dia ingin merawat si tunangan sendiri tanpa gangguan.
Jeffrey sebenarnya ingin melarang. Tetapi karena tidak ingin berdebat dan memicu pertikaian, dia akhirnya menurut saja. Apalagi tubuhnya benar-benar sakit semua. Susah gerak hingga ke kamar mandi saja harus dipapah.
"Ada di luar."
"Oke. Terima kasih karena sudah merawatku satu minggu ini."
Ucap Jeffrey sembari mengusap pundak kanan Sirene. Membuat wanita itu tersenyum tipis. Lalu memeluk Jeffrey. Kemudian mengecup bibirnya dua kali.
"Ini sudah menjadi kewajibanku, Sayang."
Sirene mulai meraih tas. Lalu menggandeng tangan Jeffrey keluar ruangan. Hingga mereka bertemu Joanna yang memang sejak satu jam yang lalu menunggu di depan. Berdiri karena memang tidak ada kursi di sana.
Jeffrey hanya menatap Joanna sebentar. Lalu berjalan menuju lift bersama si tunangan. Karena Joanna memang selalu berjalan di belakang mereka.
Setelah tiba di lantai dasar, Jeffrey dan Sirene berpisah. Sedangkan Joanna sudah terlebih dahulu memasuki mobil dan membuka ponselnya. Sebab benda pipih ini baru saja bergetar pelan, pertanda ada pesan masuk datang.
"Berangkat sekarang, Pak?"
"Iya."
Jeffrey yang baru saja menduduki kursi belakang langsung menatap Joanna. Ada sedikit rasa tidak enak di hatinya. Karena sudah satu minggu ini tidak memberi kabar. Sebab Sirene memantau 24 jam. Sehingga mereka tidak bisa bertukar pesan untuk menanyakan kabar.
Jeffrey diam saja selama perjalanan. Begitu pula dengan Joanna. Karena dia sibuk membalas pesan di ponsel pribadinya. Tidak di ponsel lain apalagi iPad yang biasa dipakai untuk berbalas pesan dengan Dayana.
Setibanya di kantor, Joanna dan Jeffrey berjalan beriringan saat memasuki lift. Karena Joanna masih sibuk membalas pesan hingga tidak memerhatikan langkah kaki.
"Sibuk amat!"
Sindir Jeffrey setelah memasuki lift. Dia juga menekan tombol beberapa kali. Hingga lift yang baru saja terbuka menutup kembali. Lalu membawa mereka ke lantai 12 gedung ini.
"Siapa, sih?"
Jeffrey mengintip layar ponsel Joanna. Dia menatap kontak grup WA yang tertera di room chat. Membuat pria itu mulai bernafas lega. Sebab sebelumnya, dia mengira jika Joanna sedang berbalas pesan dengan pria.
"Sorry."
Joanna langsung mengantongi ponselnya. Lalu menatap Jeffrey lama. Kemudian melirik CCtv yang ada di atasnya. Sehingga mereka tidak bisa macam-macam sekarang.
"Bagaimana keadaanmu? Sirene benar-benar melarangku masuk. Jadi tidak bisa menjenguk."
"Sudah lebih baik. Ya, aku bisa memaklumi. Dia bahakan memasukkan ranjang lain ke kamarku untuk dirinya sendiri."
Joanna terkekeh pelan. Sebab dia tahu dia Sirene memang sangat berlebihan. Karena wanita itu memang menyukai Jeffrey sungguhan. Tidak sekedar mengincar hartanya saja.
Ting...
Tidak lama kemudian lift terbuka. Joanna mengekori Jeffrey memasuki ruangan. Hingga pintu kembali tertutup dan dikunci dari dalam.
Tanpa berbicara apa-apa, Jeffrey langsung memeluk Joanna. Membuat wanita itu ikut membalas pelukan juga. Sembari menghirup dalam-dalam aroma tubuh si pria.
"Miss you so bad!"
Seru Jeffrey setelah melepas pelukan. Dia mulai menjatuhkan ciuman pada bibir Joanna. Tidak hanya kecupan. Namun lumatan juga. Karena selama satu minggu ini dia benar-benar merindukan si wanita.
Ya. Jeffrey dan Joanna tidak hanya saling tertarik secara seksual saja. Namun secara emosional juga. Mereka sudah tiga tahun berpacaran. Namun memutuskan menyembunyikan hubungan dan menunggu waktu yang tepat untuk mengumumkan.
Namun kehadiran Sirene justru memperkeruh suasana. Membuat Jeffrey dan Joanna memutuskan untuk bertahan sedikit lebih lama. Karena saat itu, Jeffrey harus menuruti permintaan Sandi yang tengah sakit parah. Untuk bertunangan dengan anak sahabatnya.
Joanna juga tidak masalah. Meski terkadang dia merasa cemburu juga. Namun dia berusaha sabar karena tahu jika Jeffrey tidak mungkin semudah itu berpaling darinya.
Mengingat sebelum bekerja dengan si pria, Joanna dan Jeffrey sudah berteman saat masih anak-anak. Karena ibu Joanna yang merawat Nirmala, nenek Jeffrey yang sudah lama meninggal. Sehingga jelas jika mereka dapat mudah dekat dan akhirnya bisa berkencan.
"Kamu ada meeting sebentar lagi!"
Tegur Joanna saat Jeffrey meremas pinggang. Lalu menarik kemeja yang wanita itu kenakan. Hingga membuat perut dan punggungnya sedikit terlihat.
"Masih setengah jam lagi!"
Jeffrey membawa Joanna ke sofa. Mereka melakukan itu di sana. Dengan pakaian yang masih melekat di badan. Membuat adrenalin mereka semakin terpacu dan cepat keluar.
"Ada yang mau aku bicarakan denganmu."
"Apa?"
Tanya Jeffrey sembari memakai kembali jas yang sempat dilepas. Dia baru saja keluar dari kamar mandi bersama Joanna. Karena mereka baru saja bersih-bersih di sana.
"Hanan, dia berusaha melecehkanku."
Joanna langsung bercerita tentang apa yang terjadi padanya. Tentang apa yang dilakukan Hanan padanya. Membuat Jeffrey naik pitam tentu saja. Dia berniat mendatangi Hanan di parkiran sekarang juga. Namun Joanna langsung menahan karena beberapa menit lagi akan ada klien yang datang.
Tbc...